TUGAS PENGKAJIAN
CERITA REKAAN
ANALISIS UNSUR
INTRINSIK
NOVEL “RANTAU 1 MUARA”
Karya : Ahmad Fuadi
Disusun Oleh : Purnama Okto Vinali
F1G012019
Dosen Pembimbing : Sri Nani Hariyanti
KEMENTERIAN PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI
JENDRAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL
DAN ILMU POLITIK
JURUSAN
ILMU BUDAYA
BAHASA
DAN SASTRA INDONESIA
2013
DAFTAR
ISI
Halaman
Depan ................................................................................................................. 1
Daftar
Isi ............................................................................................................................ 2
PENDAHULUAN
............................................................................................................ 3
PEMBAHASAN
1.
TEMA .................................................................................................................. 4
2.
TOKOH ............................................................................................................... 4
3.
PERWATAKAN ................................................................................................ 7
4.
LATAR atau SETTING...................................................................................... 20
5.
PLOT ................................................................................................................. 23
6.
GAYA BAHASA ............................................................................................. 25
7.
SUDUT PANDANG ........................................................................................ 27
8.
AMANAT ......................................................................................................... 28
PENUTUP
....................................................................................................................... 31
Daftar
Pustaka ................................................................................................................. 32
LAMPIRAN
Sinopsis.............................................................................................................................
33
PENDAHULUAN
Novel
“Rantau 1 Muara” merupakan novel terakhir dari trilogi “Negeri 5 Menara”
setelah “Ranah 3 Warna”. Trilogi novel ini menceritakan tentang perjalanan hidup
seorang anak kampung dari Minang bernama Alif Fikri yang bercita-cita ingin
belajar di Jerman agar bisa menjadi seperti B.J Habibie. Novel ini memiliki
pelajaran yang sangat banyak untuk para pembacanya, karena segala sesuatu hal
di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin terjadi.
Novel
ini dipilih sebagai bahan analisis karena isinya menggambarkan perjuangan, doa
serta keyakinan untuk mencapai cita-cita yang setinggi langit meskipun itu
merupakan hal yang sulit dan bahkan tidak mungkin bisa dicapai. Perjuangan yang
keras disertai doa dan keyakinan yang kuat bahwa hal itu dapat terjadi, maka
apa yang dianggap tidak mungkin oleh orang lain menjadi mungkin. Novel “Rantau
1 Muara” juga mengandung berbagai macam nilai pendidikan dalam kehidupan.
Selain
itu, bahasa yang enak dan ringan untuk dibaca membuat trilogi novel ini
memiliki banyak peminat. Bahkan sampai mendirikan komunitas Menara sebagai
bentuk ketertarikan mereka dengan novel yang ditulis oleh Ahmad Fuadi.
Kombinasi bahasa dan penceritaan yang baik membuat pembaca semakin tertarik
untuk membaca novel ini. Lalu, bagaimanakah unsur-unsur intrinsik yang
membangun novel “Rantau 1 Muara” ini?
PEMBAHASAN
Karya sastra memiliki unsur-unsur
intrinsik yang membangun karya sastra dari dalam diri karya sastra tersebut. Struktur
karya sastra (fiksi) terdiri atas unsur alur, penokohan, tema, latar (setting) dan amanat sebagai
unsur yang paling menunjang dan paling dominan dalam membangun karya sastra
(fiksi) (Sumardjo,
1991:54).
Unsur
intrinsik yang membangun novel “Rantau 1 Muara” karya Ahmad Fuadi adalah
sebagai berikut.
1.
TEMA
Tema adalah
sesuatu yang menjadi pikiran atau sesuatu yang menjadi pokok persoalan yang
diungkap dalam sebuah karya sastra, yang di dalamnya terbayang pandangan hidup
atau cerita pengarang (Hadidarsono, −: 21).
Pengarang dalam novel ini mengangkat tema tentang “Cinta dan
Perjuangan”. Novel ini menceritakan tentang perjalanan hidup Alif Fikri dalam
mencapai tujuanya untuk sekolah di Amerika dan menikah dengan seorang gadis
yang sangat dikaguminya. Tujuan sang tokoh untuk belajar di Amerika tampak pada
penggalan sebagai berikut.
Keajaiban injury time terjadi
hanya dalam hitungan seminggu. Hari ini aku mendapat e-mail resmi dari dua
fakultas komunkasi yang bagus di East Coast. Boston University dan George
Washington University di Washington DC. Mereka telah menyetujui aplikasi S-2ku.
Selain itu,
tokoh Alif Fikri juga memiliki tujuan untuk menikahi gadis yang telah
ditaksirnya saat awal bertemu yaitu Dinara yang merupakan rekan kerja sekantor
tokoh Alif Fikri. Hal tersebut tampak dalam penggalan novel sebagai berikut.
Pokok
masalah yang membebaniku adalah cara mempercepat lamaran, pernikahan, dan memboyong
Dinara ke Washington DC. Waktu kami hanya dua bulan lebih. Tapi bagaimana aku
melakukan lamaran dari negeri yang jauh ini?
2.
TOKOH
Tokoh
menunjuk pada orangnya, pelaku cerita (Nurgiyantoro, 2000: 165). Hal ini
senada dengan yang diungkapkan oleh Hasim (dalam Fanani, 1997:
5) bahwa penokohan adalah cara pengarang untuk menampilkan watak para tokoh di
dalam sebuah cerita karena tanpa adanya tokoh, sebuah cerita tidak akan
terbentuk. Menurut Aminudin (1984:85), tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita
rekaan, sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita, sedangkan penokohan adalah cara sastrawan menampilkan
tokoh https://sites.google.com/site/melacakilmu/pendidikan/bahasa-dan-sastraindonesia/perwatakandanpenokohan, diakses tanggal 31 Desember 2013
Tokoh-tokoh
yang terdapat dalam novel “Rantau 1 Muara” adalah
sebagai berikut.
a.
Alif Fikri atau Aku
b.
Dinara
c.
Mas Budi atau Mas Garuda
d.
Ibu Odah atau Ibu kos
e.
Bang Togar
f.
Pak Wangsa
g.
Kang Maman
h.
Pak Endang
i.
Randai
j.
Pak Imin
k.
Ustad Salman
l.
Mba Eva
m.
Uda Ramon
n.
Pasus Warta
o.
Mas Aji
p.
Mas Malaka
q.
Dida
r.
Mbak Risa
s.
Pak Garda
t.
Om Chen
u.
Sutan Rangkayo Basa
v.
Jenderal Broto
w.
Ibu Utami
x.
Amak
y.
Mbak Hilda
z.
Mas Nanda
aa.
Ustad Fariz
bb.
Tom Watson
cc.
Prof. Deutsch
dd.
Perwira
ee.
Menteri Roddick
ff.
Mas Galih
gg.
Mas Rama
hh.
Rio
ii.
Arum
jj.
Tere
kk.
Mama Mona
ll.
Mas Tegal
mm.Atang
nn.
Raja
Berdasarkan
perananya terhadap
jalan cerita, tokoh dibagi menjadi tiga, yakni sebagai berikut.
a)
Tokoh protagonis, yaitu tokoh yang mendukung
cerita. Biasanya ada satu atau dua figur tokoh protagonis utama, yang dibantu
oleh tokoh-tokoh lainnya yang ikut terlibat sebagai pendukung cerita.
b)
Tokoh antagonis, yaitu tokoh penentang cerita.
Biasanya ada seorang tokoh utama yang menentang cerita, dan beberapa figur
pembantu yang ikut menentang cerita.
c)
Tokoh tritagonis, yaitu tokoh pembantu, baik
untuk tokoh protagonis maupun untuk tokoh antagonis (Waluyo, 2003:16).
Pembagian tokoh dalam novel “Rantau 1 Muara” berdasarkan
teori di atas adalah sebagai berikut.
a) Tokoh
protagonis
Tokoh protagonis dalam novel “Rantau 1 Muara” adalah Alif
Fikri (aku). Hal ini dikarenakan novel “Rantau 1 Muara” menceritakan tentang
kehidupan tokoh Alif Fikri atau aku. Selain itu, ada juga tokoh bernama Dinara
yang mendukung tokoh utama dan jalanya
cerita.
b) Tokoh
antagonis
Tokoh antagonis dalam novel “Rantau 1 Muara” adalah Randai.
Hal ini dikarenakan Randai selalu mengusik kehidupan tokoh Aku dan memberikan
tantangan baru bahkan saat tokoh Aku sedang berada di bawahnya.
c) Tokoh
tritagonis
Tokoh tritagonis dalam novel “Rantau 1 Muara” adalah ibu
Odah yang merupakan ibu kos tokoh “Aku” saat di Bandung, pak Imin, pak Wangsa,
pak Endang, kang Maman, Ustad Salman, mba Eva, Uda Ramon, Pasus Warta, mas Aji,
mas Malaka, Dida, Jendral Broto, ibu Utami, Amak, mas Garuda, mbak Hilda, mas
Nanda, Ustad Fariz, Tom Watson, Prof. Deutsch, perwira, menteri Roddick, mas
Galih, mas Rama, Rio, Arum, Tere, mama Mona, Atang, Raja, dan mas Tegal.
3.
PERWATAKAN
Menurut Jones (dalam Nurgiyantoro 1995:165) penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
Suardi Tasrif (dalam Mochtar Lubis, 1960:18) mengemukakan 7 macam cara
melukiskan perwatakan tokoh cerita, yaitu sebagai berikut.
1.
Physical Description : menggambarkan bentuk lahir dari pelaku cerita.
2.
Portroyal of Throught Streem of Conscious : pelukisan jalan pikiran atau apa yang terlintas
dalam pikiran tokoh.
3.
Reaction to Event : penggambaran tentang bagaimana reaksi pelaku terhadap kejadian-kejadian.
4.
Direct Auther Analysis: menganalisis langsung watak tokoh.
5.
Discussion of Environment : pelukisan keadaan sekitar lingkungan pelaku,seperti
keadaan kamar yang bisa memberi kesan jorok, dan sebagainya.
6.
Rection of Others About to Character : pelukisan mengenai bagaimana pandangan pelaku lain
terhadap tokoh utama.
7.
Conversation of About to Character : perbincangan oleh pelaku-pelaku lain terhadap tokoh
utama, untuk memberi kesan terhadap tokoh utama https://sites.google.com/site/melacakilmu/pendidikan/bahasa-dan-sastraindonesia/perwatakandanpenokohan,
diakses tanggal 31 Desember 2013
Cara pengarang melukiskan tokoh dalam novel
“Rantau 1 Muara” adalah dengan Physical Description, Portroyal of Throught Streem of
Conscious, Reaction to Event, Direct Auther Analysis,
dan Discussion of Environment.
Melalui cara Physical Description, pengarang
menjelaskan watak tokoh Pak Wangsa dalam cuplikan sebagai berikut.
Dengan
dompet sesak menyembul dari saku belakangku, aku melangkah pasti ke Kantor
Fakultas. Selama ini, Pak Wangsa yang kurus tinggi menjaga meja administrasi dengan disiplin dan lurus. Terlambat sedikit
mengurus daftar ulang semesteran, dia akan marah. Aku berharap semoga kali ini
dia mau sedikit fleksibel.
Melalui cara Portroyal of Throught
Streem of Conscious, pengarang menjelaskan watak tokoh Aku dalam cuplikan
sebagai berikut.
Sambil
menyurukkan kedua tangan ke dalam saku, aku membelah jalanan bersalju, seperti
perahu oleng menembus gelombang pasang. Aku sepak-sepak bongkah-bongkah salju
sekuat-kuatnya, melampiaskan sisa-sisa kesalku. Apakah kami memang terlalu muda
untuk menikah sehingga bertengkar seperti ini? Apakah setiap pasangan baru
menikah akan bersilang paham seperti ini? Apakah kami hanya berdua dan tidak
punya keluarga lain untuk mengadu, sehingga tegangan emosi kami lebih tinggi?
Beragam pertanyaan berputar-putar di kepalaku. Aku tidak bisa menjawab.
Melalui cara Reaction to Event, pengarang
menjelaskan watak tokoh mbak Hilda saat mendapatkan kabar mengenai mas Nanda dalam
cuplikan sebagai berikut.
Wajah
Mbak Hilda pucat pasi. Dia hanya duduk dengan lunglai di sofa apartemennya
sambil bersedekap. Si kembar, Putra dan Putri, duduk di lantai sambil memegang
ujung baju ibunya. Keduanya menangis dengan isakan pelan. Dinara merangkul
mereka untuk menenangkan. Mereka berdua membenamkan kepala ke pangkuan Dinara
tapi tangisan mereka tidak berkurang.
Melalui cara Direct Auther Analysis, pengarang
menjelaskan watak tokoh Dinara dalam cuplikan sebagai berikut.
Sudah sebulan Dinara
bergabung dengan kami, menjadi bagian pasukan sersan. Gadis ini belajar seperti
spons, menyerap hal baru dengan lahap, aktif bertanya, beradaptasi dengan
cepat, dan cerdas. Dia ramah, ramai, cantik, dan paling muda diantara kami.
Walau dia baik kepada semua orang, tapi menurutku dia tampak pemilih untuk
berteman dekat.
Melalui cara Discussion of
Environment, pengarang menggambarkan lingkungan tokoh dalam cuplikan
sebagai berikut.
“Gak
tuh, ngapain? Mending pulang aja tiap hari ke rumah. Gue anak rumahan.” Dia mungkin anak mami, manja, dan tidak mau
menderita di kos. Mungkin juga anak orang kaya. Mungkin juga diantar jemput
sopir pribadi.
Selain itu, watak para tokoh yang mendukung jalanya cerita adalah sebagai
berikut.
a.
Alif Fikri atau Aku
Dalam novel “Rantau 1
Muara”, tokoh Alif Fikri atau Aku memiliki watak sebagai berikut.
1. Bekerja
keras, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Tentulah
aku beruntung. Seandainya dia tahu dan merasakan bagaimana aku mengorbankan
kenikmatan-kenikmatan sesaat untuk bisa sampai “beruntung”. Berapa ratus malam
sepi yang aku habiskan sampai dini hari untuk mengasah kemampuanku, belajar,
membaca, menulis dan berlatih tanpa henti. Melebihkan usaha di atas rata-rata orang
lain agar aku bisa meningkatkan harkat diriku.
2.
Sedikit sombong,
terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Ada
rasa bangga menjalar dari dasar hatiku. Apa yang aku impikan akhirnya selalu
tercapai. Uh, aku kok terdengar sombong? Mungkin
sekali-sekali tidak apa, apalagi kalau kenyataanya memang begitu.
Kesombongan yng kelak aku sesali.
3. Bertanggung
jawab, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Aku
berbisik sendiri: “Tenang adiak-adiak
kanduang, abang kalian ini sekarang sudah dapat pekerjaan. Tenang-tenang
saja kalian dalam bersekolah, Abang akan bantu. Kita akan punya rezeki, insya
Allah tanggal muda bulan depan.”
4. Penakut,
terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Dengan
was-was aku berjalan maju. Aku rapal doa-doa dan bacaan suci lainya. Aku tidak
takut makhluk halus, tapi kalau ketemu, aku tidak mau. Jadi wahai para jin dan
setan, menyingkirlah jauh...
5. Berjiwa
nasionalis, terbukti pada cuplikan di dalam novel saat tokoh Alif Fikri
mengobrol dengan wartawan bule tentang perkembangan bangsa Indonesia
pasca-reformasi, yakni sebagai berikut.
Aku
agak terganggu dengan komentarnya yang pesimistis tentang Indonesia. Aku
menyela, “Jangan lupa, Indonesia sudah rindu ingin punya pemilu demokratis.
Pemilu Juni nanti pasti dibela dan dijaga semua orang. Saya tidak setuju dengan
pendapat Anda. Menurut saya, sebaliknya, ini awal kebangkitan Indonesia.
Mungkin dalam lima tahun sudah akan smooth
sailing.
6. Lemah
dan bodoh, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Wahai
perempuan, kenapa harus seperti buku tertutup di depan kami para lelaki? Kami
makhluk yang lemah dan bodoh dalam membaca isyarat yang tidak terkatakan dengan
jelas. We are not mind readers. Kami
bukan cenayang.
b.
Dinara
Dalam novel “Rantau 1
Muara”, tokoh Dinara memiliki watak sebagai berikut.
1.
Ceria, percaya diri
dan waspada, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Anak
baru ini tertawa ramah. “Baru dari mana dulu?ini kantor kedua saya dan sudah
beberapa hari masuk untuk tugas orientasi di lantai bawah,” katanya. Wajahnya
ceria, percaya diri dan juga agak waspada. Jawabanya berlogika dan lengkap
informasi.
2.
Ramah dan
perhatian, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Aku
kembali ke ruang rapat. Rapat singkat sudah bubar tapi ruangan masih ramai.
Dinara yang duduk di ujung meja sedang meladeni pertanyaan awak redaksi lain.
Bagai kembang yang mekar, dia dikelilingi kumbang-kumbang. Dan sang kembang ini
membagi perhatian dengan rata, senyum sana, senyum sini. Betul-betul anak
Jakarta yang gaul.
3.
Ramah, ramai dan
cantik, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Sudah
sebulan Dinara bergabung dengan kami, menjadi bagian pasukan sersan. Gadis ini
belajar seperti spons, menyerap hal baru dengan lahap, aktif bertanya,
beradaptasi dengan cepat, dan cerdas. Dia ramah, ramai, cantik, dan paling muda
diantara kami. Walau dia baik kepada semua orang, tapi menurutku dia tampak
pemilih untuk berteman dekat.
4.
Pintar dan manja,
terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Satu
bulan sejak pertama mengenalnya, aku habiskan untuk menerka-nerka dia dari
jauh. Bahkan tidak kuanggap dia di level yang serius, sekadar anak kota pintar
yang manja saja. Boleh jadi dari keluarga kaya karena warisan turun-temurun.
5.
Nasionalis,
terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
“Kan
Abang sendiri yang bilang, sebaik-baiknya manusia itu yang bermanfaat buat
orang lain. Yang paling perlu manfaat itu ya Indonesia. Bangsa kita.” Dia
tiba-tiba jadi nasionalis tulen.
c.
Mas Budi atau Mas Garuda
Dalam novel “Rantau 1
Muara”, tokoh mas Budi atau mas Garuda memiliki watak sebagai berikut.
1.
Nasionalis,
terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
“Nama
di KTP sih Budi,tapi nama Garuda itu julukan dari kecil. Karena saya suka
burung lambang negara kita itu. Ah, alasan yang aneh ya.. nanti saya ceritakan
cerita lengkapnya. Ehm,” selorohnyadengan lidah Jawa yang kental. Plus sebuah
dehaman di akhir.
2.
Suka menolong atau
ringan tangan, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Dengan mulut diperban, Mas Nanda mencoba bicara susah payah.
“Garuda...ingin bantu bayi kecil di warung gyro
itu.... abis memapah saya ke sini....dia...pergi lagi....” Bicaranya tidak
lurus. Bibirnya baru dijahit karena robek kena pecahan kaca.
.... Hanya soal waktu saja. Kalaupun dia telah mati, aku
yakin dia mati tidak dengan sia-sia. Mas Garuda yang selalu ringan tangan
membantu orang lain. Semoga dia mendapatkan husnul
khatimah, akhir yang baik.
3.
Ramah, terbukti
pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
“Baru
datang ya Mas? Saya belum pernah lihat sampeyan
sebelumnya, katanya ramah. Aku mengangguk mengiyakan...
4.
Baik, terbukti pada
cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
“Mas
nggak kerja? Tanyaku. Dari tadi dia hanya duduk saja di kamarku.
“Ah, tenang, saya bisa telat sedikit. Yang penting kamu oke dulu. Gimana? Kita perlu ke dokter? Atau saya kerok? Tanya dia sambil memperlihatkan koin 50 sen bergambar lambang negara Amerika Serikat. Aku menggeleng.
“Ah, tenang, saya bisa telat sedikit. Yang penting kamu oke dulu. Gimana? Kita perlu ke dokter? Atau saya kerok? Tanya dia sambil memperlihatkan koin 50 sen bergambar lambang negara Amerika Serikat. Aku menggeleng.
d.
Ibu Odah atau Ibu kos
Dalam novel “Rantau 1
Muara”, tokoh ibu Odah memiliki watak sebagai berikut.
1.
Latah, terbukti
pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
....
Di luar, ibu kost yang sedang asyik menonton TV, tergagau sambil mengangkat
kaki, “Eee cepot ee copoooot! Kok, masih ada tikus? Ibu kan kadang-kadang
bersihin kamar itu ditemani Momon.” Kucingnya, si Momon, menegakkan kuping dan
melompat dari pangkuanya mengejar si tikus sampai lubang gelap di sudut dapur,
persis seperti Tom dan Jerry. Ukuran “kadang-kadang” Ibu Kos
itu mungkin hanya sekali dua kali saja dalam setahun.
2.
Pecinta daster,
terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
....
Sebagai imbalan, aku imingi sesuatu yang Ibu Kos tidak akan bisa tolak. “Nanti
saya akan cariin Ibu daster di luar negeri.” Dia memang tipe ibu-ibu separuh
umur yang selalu berbaju daster kembang segala rupa....
e.
Bang Togar
Dalam novel “Rantau 1
Muara”, tokoh Bang Togar memiliki watak suka mengintimidasi di awal, terbukti
pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Mungkin
memang adat Bang Togar saja yang suka mengintimidasi di awal. Selanjutnya dia
bilang, “Ingat kau selama di Kanada mengirimkan artikel ke koran di Bandung?
Aku lihat banyak artikel kau dimuat selama kau tak ada di Indonesia. Duit kau
semua itu.”
f.
Pak Wangsa
Dalam novel “Rantau 1
Muara”, tokoh pak Wangsa memiliki watak disiplin, terbukti pada cuplikan di
dalam novel sebagai berikut.
Dengan dompet sesak menyembul dari saku belakangku,
aku melangkah pasti ke Kantor Fakultas. Selama ini, Pak Wangsa yang kurus
tinggi menjaga meja administrasi
dengan disiplin dan lurus. Terlambat sedikit mengurus daftar ulang semesteran,
dia akan marah. Aku berharap semoga kali ini dia mau sedikit fleksibel.
g.
Kang Maman
Dalam novel “Rantau 1
Muara”, tokoh Kang Maman memiliki watak baik hati, terbukti pada cuplikan di
dalam novel sebagai berikut.
....
Pusat kerumunan itu adalah Warung 1 Meter Kang Maman yang kami gelari the Savior from Cimahi, sang penyelamat
dari Cimahi. Dialah penyelamat mahasiswa yang kelaparan dan kehausan di
sela-sela kelas. Lalu dia menjelma menjadi penyantun kami ditanggal tua karena
dia mau diutangi sampai bulan depan....
h.
Pak Endang
Dalam novel “Rantau 1
Muara”, tokoh Pak Endang memiliki watak aneh dan suka bermain TTS. Hal ini terbukti
pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Hari
ini aku mampir ke koran Suara Bandung
untuk mengambil honor dari tulisan bulan lalu. Untuk sampai ke ruang kasir, aku
harus melintas di depan ruangan Pak Endang, redaktur pelaksana yang eksentrik.
Dia suka memberi teka-teki yang aneh-aneh kepada stafnya, yang jawabanya hanya
dia dan Tuhan yang tahu. Aku selalu menghindar agar tidak sampai tersandera di
ruanganya dengan teka-teki aneh. Tapi aku terlambat, kepalanya sudah mencongok
dari balik pintu ruanganya. Dia tersenyum lebar bagai anak yang baru dapet
mainan baru. Kena deh!
i.
Randai
Dalam novel “Rantau 1
Muara”, tokoh Randai memiliki watak yang senang membanggakan diri sendiri atau
sombong. Hal ini terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Tidak
begitu lama, Randai seperti biasa mulai membuka konflik. “Aden sekarang sedang
mengurus tugas belajar di IPTN. Kemungkinan aden
akan belajar di Eropa atau Amerika, atau ikut training di markas Airbus atau Boeing,” katanya seperti
membanggakan diri. Aku tahu gaya dia selalu berusaha memancing kompetisi.
j.
Pak Imin
Dalam novel “Rantau 1
Muara”, tokoh Pak Imin merupakan tukang pos. Hal ini terbukti pada cuplikan di
dalam novel sebagai berikut.
Tanganku
baru mengeratkan ikatan tali rafia di dus terakhir ketika sebuah motor berhenti
di depan pagar. Aku sudah hafal, bunyi motor Pak Imin si tukang pos. Tangan Pak
Imin tenggelam ke dalam tas cokelat tuanya yang tersampir di motor bagian
belakang. “Kilat khusus buat Alif Fikri.”....
k.
Ustad Salman
Dalam novel “Rantau 1
Muara”, tokoh Uatad Salman memiliki watak penyemangat dengan ceritanya. Hal ini
terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
“Coba
kalian dengar baik-baik. Ibnu Rusyd itu adalah seorang laki-laki ajaib, salah
satu orang paling jenius yang pernah lahir di peradaban muslim. Dia lahir di
Cordoba, Spanyol, pada tahun 1126 dan meninggal tahun 1198 di Marrakesh,
Maroko,” katanya bersemangat. Seperti biasa Ustad Salman selalu menceritakan
sejarah dengan detail sampai tahun dan tempat. Dia selalu bilang, untuk menulis
yang baik harus ditopang riset dan data yang lengkap.
l.
Mba Eva
Dalam novel “Rantau 1
Muara”, tokoh Mba Eva memiliki watak ramah. Hal itu terbukti pada cuplikan di
dalam novel sebagai berikut.
“Sebentar
lagi ada sambutan dari pemimpin redaksi. Silakan gabung dengan semua wartawan
baru di lantai tiga. Ini hari pertama kita beroperasi sebagai sebuah majalah
lagi,” kata Mbak Eva tersnyum melihat tingkahku bagai seseorang yang akan mendapat
makan siang gratis.
m.
Uda Ramon
Dalam novel “Rantau 1
Muara”, tokoh Uda Ramon memiliki watak sebagai berikut.
1.
Pemberontak, terbukti
pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
....
Uda Ramon terkenal sebagai anak pemberontak dan paling lasak di kampungku. Pergaulannya
luas, seluas lapangan bermainya mulai Maninjau sampai Bukittinggi....
2.
Baik, terbukti pada
cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
....
Rupanya rantau membuatnya insaf. Dia kini anak muda yang rajin salat, pekerja
keras, dan sering berkirim wesel ke amaknya. Konon ibu-ibu di kampung kini
memujinya sebagai anak yang tahu
diuntuang, dan mereka mulai berbisik-bisik membicarakan kemungkinan
menjodohkan anak gadis mereka dengan Uda Ramon.
n.
Pasus Warta
Dalam novel “Rantau 1
Muara”, tokoh Pasus Warta memiliki watak sebagai berikut.
1.
Memiliki hobi
mendengarkan lagu dangdut, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai
berikut.
Pasus
adalah penggemar tingkat parah Ike Nurjanah dan Gito Rollies, yang berkorelasi
dengan selera musiknya yang aneh: campuran dangdut dan rock. Hobinya memutar
kaset kleksinya di tape rekaman untuk
wawancara. Kepalanya mnegangguk-angguk mengikuti irama lagu. Kadang dia ikut
berdendang. Suaranya seperti dawai kendor. Meleot ke sana, meleot kemari. Tanpa
peduli kuping kami yang keriting mendengarnya, dia tetap bernyanyi sepenuh
hati.
2.
Egois, terbukti
pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Doktor?
Doktor apa? Aku bingung, menurutku tidak ada yang lucu sam sekali. Mungkin
selera humoranya kelas rendah. Selain itu, dia memang suka egois menikmati
humornya sendiri. Tidak peduli orang lain merasa lucu atau tidak. Aku coba juga
bertanya, “Hoi, kenapa kau ketawa?”
3.
Memiliki tekad yang
kuat, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Karena
ditolak oleh satpam yang berjaga di rumah konglomerat ini, ia bertekad melawan
dengan cara paling sederhana. Menginap di taman kecil pas di depan rumah konglomerat
itu. Benar-benar menginap. Dia sampai membawa tenda dan tikar untuk tidur
melingkar di sana. Dia juga membawa kertas bertuliskan spidol, “Mohon wawancara
5 menit saja.” Satpam telah berkali-kali mengusirnya tapi Pasus membela diri
bahwa dia berhak tidur di lahan publik. Mungkin karena bosan melihat muka Pasus
selalu ada di depan rumahnya, konglomerat ini menyerah juga.
4.
Sombong, terbukti
pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Dia terkekeh sendiri, tapi tidak keberatan untuk ikut. “Little little I can speak-speak lah,”
katanya. Aku amati rasa percaya diri Pasus meroket tajam sejak dia bisa
menaklukan Om Chen tempo hari. Kadar kesombonganya juga naik beberapa kali
lipat.
5.
Seperti filusuf, terbukti
pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
“Kau
pikirlah baik-baik. Apa yang kau cari. Uang akan habis tandas dibelanjakan.
Tapi yang kita sukai akan tinggal terus di sini,” katanya menunjuk dadanya. Ah,
sejak kapan dia jadi filosofis. Kami berdiam diri lagi. Aku membalikkan badan
menghadap tembok.
6.
Playboy, terbukti
pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Gara-gara
Pasus bertingkah pagi ini, aku pun kemudian sibuk merapikan rambut dan bajuku.
Aku tidak mau kesan pertamaku buruk. Pasus selama ini punya banyak teman
perempuan. Yang diajaknya jalan juga berganti-ganti. Selain spin doctor, dia kami gelari playboy cap dangdut.
o.
Mas Aji
Dalam novel “Rantau 1
Muara”, mas Aji memiliki watak seperti penyair dalam tulisanya. Hal ini terbukti
pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Di
kalangan aktivis kampus dulu, dia menjadi simbol suara perlawanan yang ditakuti
rezim Orde Baru. Bukan karena dia punya pasukan, tapi karena syair dan tulisan
kritisnya dibaca jutaan orang. Kabarnya, dia pernah beberapa kali diculik serta
diinterogasi agar mau melinakkan tulisan-tulisannya. Beberapa hari saja setelah
dilepas, dia menulis lebih tajam lagi. Dan dia diculik lagi dan begitu
selanjutnya. Anehnya, bagai kucing bernyawa sembilan, dia masih hidup. Mungkin
“menghilangkannya” sangat beresiko buat pamor Pemerintah. Namanya Sang Aji,
atau akrab dipanggil Mas Aji atau dengan inisialnya SA.
p.
Mas Malaka
Dalam novel “Rantau 1
Muara”, tokoh mas Malaka memiliki watak sebagai berikut.
1.
Santai dan apa
adanya, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
“Sersan.
Serius tapi santai. Nikmati kerja kita,” terang dia.....
“Bahkan
di sini rapat boleh pakai apa saja, layaknya di rumah sendiri. Pakai sarung
saja boleh. Karena kami tidak melihat sarung, tapi melihat isi laporan kalian,”
katanya.
2.
Tegas, terbukti
pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Dia
melirikku tajam sekilas. “Sejak kapan aku bercanda kalau bagi tugas. Kita
sersan kan? Serius dulu, santai belakangan.”
q.
Dida
Dalam novel “Rantau 1
Muara”, tokoh Dida memiliki watak suka bercanda. Hal ini terbukti pada cuplikan
di dalam novel sebagai berikut.
“Wah
belum kenal, udah naksir aja.” Dida cengar-cengir sambil menjulurkan lidahnya.
r.
Mbak Risa
Dalam
novel “Rantau 1 Muara:, tokoh Mbak Risa memilikisifat yang sedikit cuek atau tidak
peduli. Hal ini terbukti pada cuolikan di dalam novel sebagai berikut.
“Yak,
tanda tangani tanda terimanya,” kata Mbak Risa seperti tidak peduli dan
menyodorkan sebongkah tumpukan uang yang harum. Pasus membagi dua uang itu dan
menyodorkan separuhnya ke aku....
s.
Pak Garda
Dalam novel “Rantau
1 Muara”, tokoh Pak Garda mengagumi wartawan Derap. Hal ini terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai
berikut.
Selain
mendapatkan wawancara yang bagus, kami berhasil membuat Pak Garda kaget, karena
Pasus merebut bon restoran dari tangannya dan membayar lunas harga makanan yang
mencapai sejuta rupiah dengan uang tunai yang kami tumpuk di meja. Pak Garda
menggeleng-geleng. “Baru kali ini saya ditraktir wartawan. Padahal selama ini
wartawan meminta saya yang nraktir.”
t.
Om Chen
Dalam novel
“Rantau 1 Muara”, tokoh Om Chen memiliki watak pecinta burung. Hal ini terbukti
pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
“Gampang,”
kata Pasus menjentikkan jari. “Aku riset kalau dia adalah penggemar burung dan
ayam pelung. Dia punya burung cucakrowo, kacer, cendet, gletekan, kenari, dan
banyak lagi. Di kampungku dulu, bapakku punya beberapa burung kicau juara
kecamatan dan aku yang mengururs mereka. Jadi aku mengerti sekali kualitas dan
cara mengurus burung. Begitu aku memuji kolksi burung Om Chen, kami langsung
akrab. Bahkan aku cerita makanan khusus burungku di kampung sono. Dia mau mesen supaya burung-burung
piaraannya lebih bagus suaranya. Diplomasi burung, kawan.”
u.
Sutan Rangkayo Basa
Dalam novel
“Rantau 1 Muara”, tokoh Sutan Rangkayo Basa memiliki
watak sebagai berikut.
1.
Memperhatikan
kesopanan, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
... Tidak ada jalan lain selain aku harus bicara dengan
orangtua Dinara secepatnya. Dan yang aku hadapi adalah seorang calon bapak
mertua bersuku Minang yang pasti sangat memperhatikan kesopanan dan adat dalam
masalah pinang-meminang. Pengalamanku terakhir bicara dengan dia tidak begitu mengesankan.
2.
Keras dan egois, terbukti
pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
“Papanya Dinara orangnya keras dan punya ego yang besar.
Harus pelan-pelan masuknya. Gini aja. Ibu akan pelan-pelan mulai bicara sama
papanya Dinara minggu ini. Minggu depan, kamu telepon Ibu lagi untuk
membicarakan bagaimana situasinya.” Seperti kata Dinara, Ibu Utami memberi
lampu hijau kepadaku dan Dinara.
3.
Memiliki hobi
mengisi crosswords, terbukti pada
cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
“Crosswords,”
kata Ibu Utami kepadaku sebelum pembicaraan telepon kami
selesai. “Coba Alif mengirimkan beberapa buku crosswords dari Amerika khusus ke papany Dinara. Hobinya mengisi
buku itu. Dia punya koleksi dari berbagai negara tapi belum ada dari Amerika.
Coba kirim secepatnya....
v.
Jenderal Broto
Dalam novel “Rantau 1
Muara”, tokoh Jenderal Broto memiliki watak sebagai berikut.
1.
Menghargai orang
lain, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
“Tapi
setelah saya baca lagi, saya sadar era telah berubah. Ini masa Reformasi. Walau
tidak sepenuhnya sesuai dengan keinginan saya, saya hargai usaha Anda menulis
juga sisi baik kami.....
2.
Anti wartawan,
arogan dan kaku, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Siapa tidak kenal jenderal tinggi besar dengan temperamen
keras ini. Sangat antiwartawan, gayanya arogan dan kaku. Dia kini konon
dituntut di luar negeri karena dianggap melanggar HAM di Irian Jaya. Di mana
aku harus mencari Pak Jenderal? “Tentu saja di Mabes-lah,” kata Pasus tersenyum
jahil melihat aku berkeringat dingin mendapat tugas yang aku “minta” sendiri
ini.
w.
Ibu Utami
Dalam novel “Rantau 1
Muara”, tokoh ibu Utami memiliki watak sebagai berikut
1.
Ramah, terbukti
pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
“Lewat
sini saja. Jangan sungkan, saya masih sambil kerja kok,” kata ibunya....
2.
Baik, terbukti pada
cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
“Papanya
Dinara orangnya keras dan punya ego yang besar. Harus pelan-pelan masuknya.
Gini aja. Ibu akan pelan-pelan mulai bicara sama papanya Dinara minggu ini.
Minggu depan, kamu telepon Ibu lagi untuk membicarakan bagaimana situasinya.”
Seperti kata Dinara, Ibu Utami memberi lampu hijau kepadaku dan Dinara.
x.
Amak
Dalam novel “Rantau 1
Muara”, tokoh Amak memiliki watak bijaksana. Hal ini terbukti pada cuplikan di
dalam novel sebagai berikut.
Begitu
Amak mendengar akau akan merantau setidaknya selama dua tahun tanpa pulang,
mukanya tampak berkabut. Aku duduk bersimpuh di depan Amak dan tidak berani
beringsut sampai mendengar jawabannya. Setelah beberapa saat diam, Amak
mengulang lagi nasihatnya, “Ke mana pun dan apa pun yang wa’ang lakukann, selalu perbarui niat, bahwa hidup singkat kita ini
hanya karena Allah dan untuk membawa manfaat. Jangan berorientasi pada materi.
Kalau memang sekolah jauh itu membawa manfaat dan wa’ang niatkan sebagai ibadah, pailah, pergilah.”
y.
Mbak Hilda
Dalam novel “Rantau 1
Muara”, tokoh mbak Hilda memiliki watak ramah. Hal ini terbukti pada cuplikan
di dalam novel sebagai berikut.
Begitu
Mas Garuda menguak pintu, hidungku diambut bau yang sangat Indonesia. Ada bau
sambal terasi yang menusuk nikmat. Kepala seorang perempuan muncul dari dapur
sambil berteriak, “Wah ada tamu. Halo selamat datang, saya Hilda.” Kepalanya
diikat kain putih seperti koki dan senyumnya selebar mukanya. Aku tersenyum
menyambut salamnya yang riang.
z.
Mas Nanda
Dalam novel “Rantau 1
Muara”, tokoh mas Nanda memiliki watak suka membantu. Hal ini terbukti pada
cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
“Rumah
ini milik Mas Nanda dan istrinya Mbak Hilda, yang sudah lama tinggal di sini.
Dari Mas Nanda, saya belajar bisnis kurir ini. Lumayan buat nabung modal untuk
saya pulang selamanya ke Indonesia tahun depan,” katanya.
aa.
Prof. Deutsch
Dalam novel “Rantau 1
Muara”, tokoh Prof. Deutsch memiliki watak yang senang menuntut ilmu. Hal ini terbukti
pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
“I always a student at heart. My main
interest is research and the history of knowledge,” katanya ketika aku
tanya bagaimana dia bisa tahu begitu banyak hal. Seorang profesor yang selalu
meras dirinya seorang murid.
bb.
Ustad Fariz
Dalam novel “Rantau 1
Muara”, tokoh Ustad Fariz memiliki watak suka menasehati. Hal ini terbukti pada
cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Ustad
Fariz yang sedang bertamu ke rumah kos kami tidak ketinggalan unjuk saran dan
membekaliku. Pesannya, “Dibalik setiap kesuksesan laki-laki, pasti ada sosok
perempuan yang hebat. Pilihlah perempuan terbaik. Karena dia yang mengingatkan
dan menguatkan kita kaum lelaki. Dan kalau nanti dianugerahi anak, perempuan
pulalah yang menjadi madrasatul ula, sekolah
pertama setiap anak manusia.
cc.
Tom Watson
Dalam novel “Rantau 1
Muara”, tokoh Tom memiliki sikap percaya terhadap tokoh Aku dan Dinara. Hal ini
terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Tom
Watson yang mengenal baik reputasi Derap,
memberi aku dan Dinara kepercayaan besar untuk mengembangkan gaya liputan
ala Derap yang selalu ditopang riset
dan perencanaan matang...
dd.
Perwira
Dalam novel “Rantau 1
Muara”, tokoh perwira memiliki watak ramah. Hal ini terbukti pada cuplikan di
dalam novel sebagai berikut.
....
Begitu pintu terkuak, kami disambut oleh perwira berhelm mengkilat. “Saya perlu
mengantar Anda bukan hanya karena alasan keamanan, tapi karena takut Anda
tersesat. Kantor ini luas sekali. Staf baru saja bisa bingung kembali ke ruangannya,”
kata perwira ini ramah.
ee.
Menteri Roddick
Dalam novel “Rantau 1
Muara”, tokoh Menteri Roddick memiliki watak sebagai berikut.
1.
Ramah, terbukti
pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
“Apa
kabar?” sapanya dalam bahasa Indonesia. Menteri Roddick dengan hangat
mengembangkan kedua tangannya menyambut kami dan menyilakan duduk....
2.
Santai dan santun, terbukti
pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Menilik
penampilannya yang santai, rasanya sosok dia kurang pas menjadi menteri
pertahanan sebuah negara Adikuasa. Bagaimana mungkin seorang yang berpengarai
santun ini punya kuasa untuk merekomendasikan operasi militer atau perang
kepada Presiden AS. Look can be
deceiving.
ff.
Mas Galih
Dalam novel “Rantau 1
Muara”, tokoh Mas Galih merupakan teman Mas Garuda. Hal ini terbukti pada
cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
....Mas
Garuda menyetir dan Dinara kami daulat menjadi navigator kepercayaan untuk
membaca peta dan menemukan jalan ke apartemen baru Mas Garuda di kawasan Queen.
Kami sudah diannti oleh Mas Galih dan Mas Rama, teman-teman Mas Garuda yang
tinggal di New York.
gg.
Mas Rama
Dalam novel “Rantau 1
Muara”, tokoh Mas Rama merupakan teman Mas Garuda. Hal ini terbukti pada
cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
....Mas
Garuda menyetir dan Dinara kami daulat menjadi navigator kepercayaan untuk
membaca peta dan menemukan jalan ke apartemen baru Mas Garuda di kawasan Queen.
Kami sudah diannti oleh Mas Galih dan Mas Rama, teman-teman Mas Garuda yang
tinggal di New York.
Selain
itu, tokoh Mas Rama berwatak putus asa. Hal ini terbukti pada cuplikan di dalam
novel sebagai berikut.
...Setiap
dua hari-kadang setiap hari-aku menelepon mas Rama. “Jejaknya masih nihil,”
begitu umumnya dia menjawab. Dia mungkin juga sudah bosan ditanya dan tidak tau
harus memberikan jawaban apa lagi kepadaku. Suaranya saat berbicara bernada
frustasi yang sama dengan nada bertanyaku.
hh.
Rio
Dalam novel “Rantau 1
Muara”, tokoh Rio memiliki watakbaik dan jago memasak. Hal ini terbukti pada
cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Di
ABN, kami mendapat teman-teman baru yang tidak kalah seru, walau tak ada yang
seantik Pasus. Rekan kerja pertama yang aku kenal adalah Rio. Ketika jam makan
siang, dia mengetuk-ngetuk kubikelku. “Mas, yuk makan siang bareng di meja
rapat. Ntar coba ya green curry Thailand
yang gue masak sendiri.” Selain Rio sudah memiliki jam terbang tinggi di dunia radio broadcasting dan videography dia pintar memasak dan membuat
aku terus menambah nasi.
ii.
Arum
Dalam novel “Rantau 1
Muara”, tokoh Arum memiliki watak suka bercanda dan tomboi. Hal ini terbukti
pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
...
Arum yang tomboi, suka bercelana jeans dan
berjaket kulit, memakai jam sebesar jengkol dan mengidolakan pria macho seperti Vin Diesel...
Sepanjang
perjalanan ke DC, tak habis-habisnya aku diledek. “Lif, bagi-bagi dong
cokelatnya? Pekerja pabrik pasti dapat gratis dong,” seloroh Arum.
jj.
Tere
Dalam novel “Rantau 1
Muara”, tokoh Tere memiliki penampilan yang girly.
Hal ini terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
...
Sedangkan Tere yang girly, suka
bergaun modis berwarna pastel, kerap meneneteng kamera Nikon manual dan
menyukai cowok akademisi...
kk.
Mama Mona
Dalam novel “Rantau 1
Muara”, tokoh Mama Mona memiliki watak keras. Hal ini terbukti pada cuplikan di
dalam novel sebagai berikut.
“Dari
mana?” katanya menusuk. “Sudah janji?”
ll.
Mas Tegal
Dalam novel “Rantau 1
Muara”, tokoh mas Tegal memiliki watak ramah. Hal ini terbukti pada cuplikan di
dalam novel sebagai berikut.
Mas
Tegal mendekatiku. “Giman Mas jadinya, dapat kerjaan di pabrik coklat atau
botol? Nanti kita kos bareng aja. Biar hemat. Jadi kita bisa cepat nabung buat
pulang kampung.”
mm.Atang
Dalam novel “Rantau 1
Muara”, tokoh Atang memiliki kebiasaan mencatat alamat semua teman-teman. Hal
itu terbukti dari cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Malam
kami habiskan bernostalgia dan bercerita tiada henti tentang apa yang kami
jalani setelah tamat di PM. Atang, kawanku yang dulu selalu rajin mencatat
alamat orang, mempunyai informasi lengkap tentang Sahibul Menara yang lain...
nn.
Raja
Dalam novel “Rantau 1
Muara”, tokoh Raja memiliki watak cinta kampung halaman . Hal itu terbukti dari
cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
“Sebuah
sekolah di Medan sudah minta aku pulang untuk membuat sistem sekolah Islam
modern. Kampungku lebih membutuhkan kami.”
4.
LATAR
atau SETTING
Menurut Hadidarsono, latar atau setting adalah tempat dan waktu
terjadinya peristiwa dalam cerita, dan lingkungan sosial. Unsur latar dapat
dibedakan dalam tiga pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial (Pengkajian Cerita Rekaan: 55-59)
Latar yang digunakan di novel “Rantau 1 Muara” adalah sebagai
berikut.
a. Latar
Tempat
Latar tempat yang digunakan dalam novel “Rantau 1 Muara”
adalah sebagai berikut.
1)
Kos-kosan Ibu Odah
di Bandung
.... Setahun yang membuat aku bukan pemuda tahun lalu lagi.
Aku yang baru, aku yang sudah berbeda. I
am back in Bandung.
Karena malas
pindah-pendah seperti kucing beranak, aku “menghasut” Ibu Odah, ibu kosku agar
tidak melepas kamarku ke orang lain selama aku pergi.
2)
Kantin Kang Maman
.... Pusat kerumunan itu adalah Warung 1 Meter Kang Maman
yang kami gelari the Savior from Cimahi,
sang penyelamat dari Cimahi....
3)
Ruang kerja Pak
Endang
Ketika aku meneruskan langkah, dia memanggilku dengan
kibasan tangannya, “Alif, kadieu heula, ngobrol
di dalam,” katanya. Terakhir dia memanggilku masuk keruangannya dua tahun lalu,
untuk memstikan aku bisa menulis teratur untuk korannya.
4)
Depan ruang tata
usaha
“Kamu sih enak Lif, banyak pengalaman luar negerinya. Pasti
banyak yang manggil wawancara,” kata Wira kepadaku ketika kami sama-sama antre
mendapatkan cap legalisasi di depan ruang tata usaha.
5)
Kantor Fakultas
Dengan dompet sesak menyembul dari
saku belakangku, aku melangkah pasti ke Kantor Fakultas. Selama ini, Pak Wangsa
yang kurus tinggi menjaga meja
administrasi dengan disiplin dan lurus.
6)
Musala kantor
.... Tentulah aku mau menunggunya. Musala kecil yang sumpek,
tempat aku bergelung pada malam hari bersama Pasus, tiba-tiba terasa lebih
teduh dan sejuk.
7)
Perempatan Jalan
Lengkong dan Jalan Asia Afrika
Aku meloncat turun dari angkot tepat di perempatan Jalan
Lengkong dan Jalan Asia Afrika....
8)
Trotoar, pinggir
jalan
.... Semoga kali ini lulus, kataku membatin sambil melangkah
ke pinggir jalan untuk menyetop angkot. Tiba-tiba hanya dalam sekelebat
pandang, aku terkesiap. Ujung sepatuku seperti mencengkeram trotoar. Ingin aku
membalikkan badan, menghindar jauh, kalau perlu bersembunyi....
9)
Ruang kliping atau
ruang arsip
“Maksudnya, kau menginap dan tinggal di kantor, di ruangan
separuh ruang kliping separuh gudang ini?”...
Hari itu pula, sebelum tidur di kos ruang arsip, dengan
resmi aku cabut surat Amak dan adik-adik yang telah kuselipkan di buku harianku
sejak berbulan-bulan lalu...
10) Kos
Uda Ramon
Tujuanku adalah kamar kos Uda Ramon....
11) Kereta
Pernah suatu kali aku dan Dinara mendapat penugasan liputan
bareng naik kereta ke Bojong...
12) Kampung
Bayur
... Aku pulang ke kampung kelahiranku di Bayur untuk minta
restu dan doa Amak.
13) Ruang
rapat
Hanya ada satu cara agar dia tidak bisa menolak aku ajak
bicara. Aku harus duduk di sebelah dia ketika rapat redaksi. Tidak mungkin dia
menghindar, tidak mungkin dia lari, tidak mungkin dia berkelit sedang ada
tugas...
14) Taman
Lafayette Square
Sore itu aku perlu mencari angin. Aku racak sepedaku
memutari Foggy Bottom, menyelip di
antara beberapa mahasiswa yang jogging sore,
lalu berhenti di taman Lafayette Square, di depan rumah paling terkenal di
Amerika, atau bahkan di dunia. 1600 Pennsylvania Avenue. Rumah para presiden
Amerika. The White House.
15) Sungai
Potomac
.... Suatu kali dia mengajakku mendayung kano di Sungai
Potomac. Aku langsung menyambuttawaran ini karena mengingatkan pengalaman masa
kecilku mendayung biduk di Danau Maninjau dulu....
16) Rumah
Mas Nanda
“Rumah
ini milik Mas Nanda dan istrinya Mbak Hilda, yang sudah lama tinggal di sini.
Dari Mas Nanda, saya belajar bisnis kurir ini. Lumayan buat nabung modal untuk
saya pulang selamanya ke Indonesia tahun depan,” katanya.
17) Kamar
aku
.... Belum pernah aku merasakan kombinasi sakit seperti ini.
Dengan tumit, aku ketok dinding kamarku yang berbatasan dengan kamar Mas
Garuda. Semoga dia belum berangkat kerja.
18) Toko
berlian
Disuatu sore di awal Desember, aku dengan canggung masuk ke
Macy’s, sebuah departement store di
Pentagon City. Aku intip sudut penjual berlian yang pernah dibicarakan Mas
Garuda....
19) Apartemen
“Maaf ya Cinta, apartemen kita Cuma mungil gini,” kataku
ketika membuka pintu apartemen Old York, tempat tinggal kami yang baru di
kawasan Foggy Bottom....
20) Kantor
ABN
Di kantor ABN yang punya media radio, televisi dan internet,
aku dan Dinara seperti mengalami deja
vu....
21) Rumah
Ustad Fariz
Sorenya, kami berdua diundang ke rumah Ustad Fariz. Uni
Reza, stri Ustad Fariz, memasak gulai kepala ikan berkuah merah muda terang
yang meneteskan air liur.
22) Hotel
St. Regis
.... Pintu
hotel itu dibukakan seorang door man dengan
jas menjuntai seperti ekor kucing. Hotel St. Regis yang bergaya kolonial megah
ini berada di lokasi mahal, 16th dan K Street, hanya dua blok dari
White House....
23) Restoran
Nippon
.... Pak Garda menyanggupi wawancara di restoran Nippon di
sebuah hotel berbintang lima sambil makan siang....
b. Latar
Waktu
1)
Pagi hari
“Good morning, Mr.
Owen...,” sapaku...
2)
Siang hari
.... Pak Garda menyanggupi wawancara di restoran Nippon di
sebuah hotel berbintang lima sambil makan siang....
3)
Sore hari
Sorenya, kami berdua diundang ke rumah Ustad Fariz. Uni
Reza, stri Ustad Fariz, memasak gulai kepala ikan berkuah merah muda terang
yang meneteskan air liur.
4)
Malam hari
Setelah
sejenak bercanda sambil menikmati makan malam, kami kembali khusuk
menyelesaikan tugas. Malam deadline
kali ini tampaknya akan jadi malam yang lebih panjang dari malam-malam panjang
sebelumnya....
5)
Tengah malam
“Sekali
lagi, ingat, hanya setelah jam 12 malam berdentang. Kalau perlu sekalian
wawancarai mayat-mayat di RS Cipto itu,” begitu kata Mas Malaka kepadaku.
6)
Musim semi
Salah
satu hiburan musim semi yang paling dinanti oleh Washingtonian-sebutan untuk
warga DC-adalah National Cherry Blossom Festival....
c. Latar
Sosial
Latar sosial yang digunakan dalam novel “Rantau 1 Muara”
adalah latar sederhana. Meskipun sang tokoh hidup diluar kota bahkan luar
negeri, tetapi dia tetap memegang prinsip kesederhanaan dalam menjalani
hidupnya. Seperti yang terangkum dalam cuplikan novel sebagai berikut.
...Di buku catatan itu aku melihat deretan rapi angka-angka
setiap pengeluaran dan pemasukan. Sampai ke setiap sen. Di atas pesawat sebelum
kami mendarat di Amerika, aku pernah bilang bahwa kita mungkin perlu hidup
hemat dengan pendapatan yang ada sekarang. Aku sama sekali tidak menyangka dia
begitu serius menanggapi perkataanku.
5.
PLOT
Plot merupakan jalinan cerita atau kerangka dari awal
hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh yang berlawanan
(Waluyo, 2003:8).
Menurut Hartoko dalam bukunya yang
berjudul Pemandu di Dunia Sastra
(1985:48), plot dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
1.
Plot Flash-back (alur campuran)
Teknik ini digunakan pengarang untuk menampilkan
kembali kejadian di masa lalu.
2.
Plot Flash-forward (alur maju)
Dalam suatu cerita, teknik ini lebih mudah dipahami
pembaca karena cerita yang ditampilkan maju terus ke depan.
Plot atau alur yang digunakan pengarang dalam novel ini
adalah alur maju atau Flash-forward. Dalam hal ini, pengarang hanya menceritakan perjalanan hidupnya selama
merintis karir setelah lulus sarjana, hingga akhirnya ia bertemu dengan
jodohnya dan merintis karir di Amerika.
Tahapan pengaluran ada lima, yaitu sebagai berikut.
a.
Tahap perkenalan
Dalam tahapan ini, penulis memperkenalkan tokoh-tokoh dan latar cerita.
b.
Tahap konflik
Dalam tahap ini, mulai timbul permasalahan.
c.
Tahap klimaks
Dalam tahap ini, masalah mulai memuncak.
d.
Tahap antiklimaks
Dalam tahap ini, masalah mulai menurun karena sudah ada penyelesaian
masalah.
e.
Tahap penyelesaian
Merupakan akhir dari cerita, apakah
berakhir bahagia, sedih, atau dibuat menggantung http://blog-pelajaransekolah.blogspot.com/2013/05/unsur-intrinsik-novel.html
diakses tanggal 3 Desember 2013
Tahap pengaluran dalam novel “Rantau
1 Muara” adalah sebagai berikut.
a.
Tahap perkenalan
Dilukiskan dengan cuplikan sebagai berikut.
Seperti kebiasaanku setiap masuk kamar, akunjulurkan tangan menekan tombol
radio usangku. Jarum frekuensinya setentang angka 100.4, KLCBS FM, stasiun
kesukaanku. Begitu bunyi saksofon Spyro Gyra mengalirkan lagu “Morning Dance”,
seketika itu hawa pengap terasa mencair dan sudut-sudut kamarku tampak lebih terang
dan lapang....
b.
Tahap konflik
Dilukiskan dengan cuplikan sebagai berikut.
.... Setahun yang membuat aku bukan pemuda tahun lalu lagi.
Aku yang baru, aku yang sudah berbeda. I
am back in Bandung.
Karena malas
pindah-pendah seperti kucing beranak, aku “menghasut” Ibu Odah, ibu kosku agar
tidak melepas kamarku ke orang lain selama aku pergi.
c.
Tahap klimaks
Dilukiskan dengan cuplikan sebagai berikut.
Selama setengah jam kemudian kami bersahut-sahutan seperti berbalas pantun
tapi dengan tensi semakin tinggi. Isi pembicaraan merembet ke segala arah,
berisi segala macam perasaan tak terungkap selama usia pernikahan kami yang
baru seumur jagung ini. Dinara kesal dan emosi, aku lebih-lebih lagi. Ketika
dia mulai terisak di sela-sela kata-katanya, aku tahu kami telah terjebak ke
perang yang tidak berguna. Kami seakan terus saling menyakiti deng ucapan
masing-masing. Aku tahu aku harus menghentikan ini dengan satu cara. Pergi dari
medan perang mulut.
d.
Tahap antiklimaks
Dilukiskan dengan cuplikan sebagai berikut.
Janji untuk hidup yang baru juga sampai ke apartemen kami, ketika tukang
pos mengetuk pintu kami. Dia datang membawa surat resmi di INS, kantor yang
menerbitkan izin kerja orang asing. Terburu-buru, Dinara merobek amplopnya dan
dia langsung melompat-lompat senang sambil berseru, “Alhamdulillah! Yes!” Hari ini adalah awal baru bagi
hidupnya di rantau. Dengan kartu yang dikirim bersama surat itu, dia bisa
bekerja dengan legal di mana saja di Amerika.
e.
Tahap penyelesaian
Dilukiskan dengan cuplikan sebagai berikut.
Sebuah pintu besar bagai dihamparkan terbuka untuk kami. Baru tadi malam
aku dan Dinara mempercakapkan hidup macam apa yang akan kami arungi di Jakarta
dan bagaimana kami harus siap berhemat. Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Baru saja
kami bicara, jawaban dari-Nya bersegera datang. Dari tempat yang kami tidak
sangka-sangka. Alhamdulillah....
Kerja di Jakarta. Gaji
Amerika. Apa lagi yang mau diminta?
6.
GAYA
BAHASA
Gaya
bahasa adalah
pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian
ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa
sekelompok penulis sastra dan cara
khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis
http://id.wikipedia.org/wiki/Majas, diakses tanggal 31 Desember 2013
Majas adalah gaya bahasa dalam bentuk
tulisan maupun lisan yang dipakai dalam suatu karangan yang bertujuan untuk
mewakili perasaan dan pikiran si pengarang http://www.terpopuler.net/macam-macam-majas-majas-dan-contohnya,
diakses tanggal 31 Desember 2013
Gaya bahasa atau majas yang digunakan dalam novel “Rantau 1
Muara” adalah sebagai berikut.
a. Metafora
Metafora adalah gaya bahasa yang membandingkan suatu benda
dengan benda lain karena mempunyai sifat yang sama atau hampir sama http://id.wikipedia.org/wiki/Majas,
diakses tanggal 31 Desember 2013
Hal ini terbukti pada kutipan sebagai berikut.
Manik-manik
keringat yang merembes dari telapak tanganku membuat kertas yang aku
pegang lembap. Nadiku terasa lebih ligat dari biasa...
b. Aptromorfisme
Aptromorfisme adalah metafora yang menggunakan kata atau
bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia http://id.wikipedia.org/wiki/Majas,
diakses tanggal 31 Desember 2013
Hal ini terbukti pada kutipan sebagai berikut.
.... Sekejap kemudian dia menempelkan sebuah amplop putih
bersih ke tanganku. Aku tidak siap dan kaget sehingga amplop itu jatuh. Ketika
aku pungut di lantai, amplop yang
lumayan gemuk itu terbuka. Beberapa lembar uang lima puluh ribu mengintip
keluar. Dari bau harum kertasnya yang meruap, aku tahu uang itu baru diambil
dari bank. Aku taksir mungkin beberapa ratus ribu. Setara dengan gajiku.
c. Aptronim
Aptronim adalah pemberian nama yang cocok dengan sifat atau
pekerjaan orang http://id.wikipedia.org/wiki/Majas,
diakses tanggal 31 Desember 2013
Hal ini terbukti pada kutipan sebagai berikut.
Gara-gara Pasus bertingkah pagi ini, aku pun kemudian sibuk
merapikan rambut dan bajuku. Aku tidak mau kesan pertamaku buruk. Pasus selama
ini punya banyak teman perempuan. Yang diajaknya jalan juga berganti-ganti.
Selain spin doctor, dia kami gelari playboy cap dangdut.
d. Litotes
Litotes adalah ungkapan berupa penurunan kualitas suatu
fakta dengan tujuan merendahan diri http://id.wikipedia.org/wiki/Majas,
diakses tanggal 31 Desember 2013
Hal ini terbukti pada kutipan sebagai berikut.
“Kamu sih enak Lif, banyak
pengalaman luar negerinya. Pasti banyak yang manggil wawancara,” kata Wira
kepadaku ketika kami sama-sama antre mendapatkan cap legalisasi di depan ruang
tata usaha.
“Ah, nggak juga,” kataku mencoba
merendah walau dalam hati aku mengiyakan.
e. Alusio
Alusio adalah majas yang mempergunakan peribahasa atau
kata-kata yang artinya diketahui umum http://www.terpopuler.net/macam-macam-majas-majas-dan-contohnya,
diakses tanggal 31 Desember 2013
Hal ini terbukti pada kutipan sebagai berikut.
....
Alhamdulillah, man jadda wajada kembali mujarab.
f. Simbolik
Majas simbolik adalah majas perbandingan yang melukiskan
sesuatu dengan membandingkan dengan benda-benda lain http://www.terpopuler.net/macam-macam-majas-majas-dan-contohnya,
diakses tanggal 31 Desember 2013
Hal ini terbukti pada kutipan sebagai berikut.
“Pondasi kerja kita adalah bukan jurnalisme yang memihak satu
golongan....”
g. Antonomasia
Majas antonomasia adalah majas yang menyebutkan nama lain
terhadap seseorang yang berdasarkan ciri atau sifat menonjol yang dimilikinya http://www.terpopuler.net/macam-macam-majas-majas-dan-contohnya,
diakses tanggal 31 Desember 2013
Hal ini terbukti pada kutipan sebagai berikut.
.... Si Setan Merah berhasil menyabet gelar
Juara Liga Champions 1999...
h. Simile
Simile adalah pengungkapan dengan perbandingan eksplisit
yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, “seperti”, “layaknya”,
“bagaikan”, “umpama”, “ibarat”, “bak”, “bagai” http://id.wikipedia.org/wiki/Majas,
diakses tanggal 31 Desember 2013
Hal ini terbukti pada kutipan sebagai berikut.
Bagai
melihat hantu beberapa orang berteriak.
7.
SUDUT
PANDANG
Titik pengisahan atau sudut pandang
pencerita (Point of View), yaitu dari
sudut pandang mana pengarang itu bercerita. Menurut S. Tasrif (dalam Pengkajian Cerita Rekaan :61), Point of View dapat dibedakan sebagai berikut.
a. Author Omnicient (orang
ketiga)
b. Author Participant (pengarang
turut mengambil bagian dalam cerita). Ada dua kemungkinan, pengarang menjadi
pelaku aku (main character), atau ia hanya mengambil bagian kecil saja (subordinate character).
c. Author Observer, ini
hampir sama dengan cerita pertama, perbedaannya pengarang hanya sebagai
peninjau, seolah-olah ia tidak mengetahui jalan pikiran pelakunya.
Sudut
pandang yang digunakan oleh pengarang dalam novel “Rantau 1 Muara” ini adalah Author Participant dengan pengarang
sebagai Main Character. Pengalaman
batin yang dirasakan oleh tokoh Aku hanya dapat diwujudkan oleh individu itu
sendiri secara tepat, karena pengalaman batin setiap orang juga berbeda-beda.
Hal tersebut dibuktikan dengan kutipan dari novel sebagai berikut.
Tapi
kenapa aku sekarang masih berdebar setiap ingat sekelebat pandangan tadi?
Inikah yang namanya jatuh hati? Kok seperti lagu M.E “Inikah Cinta”? otakku
yang selama ini mengagungkan logika bersikeras menolak. Pasti hanya pesona
fisik sesaat. Tidak sahih. Tapi bagian otakku yang tidak logis membela diri dengan
hebat: coba ingat hal sekejap tadi,
semuanya terasa kabur dan blur, yang tajam hanya bagian muka,khususnya matanya
saja. Persis seperti di film-film. Iya juga sih. Tapi mengenal seseorang
itu melalui proses, tidak melalui kerjapan mata. Suka, terkesima, kagum mungkin
terjadi dalam hitungan detik, tapi dia perlu diverifikasi dengan mengenal
karakter, pribadi, dan lain-lain. “Otak logis”-ku memenangkan debat.
Tapi
“otak tidak logis”-ku melawan dengan berdoa pelan, semoga gadis di sofa merah itu lulus tes dan bisa bertemu lagi.
8.
AMANAT
Amanat adalah berhubungan dengan makna (significance) dari karya itu. Amanat
bersifat kias, subjektif dan umum (Waluyo, 2003:28).
Amanat yang
hendak disampaikan penulis dalam novel “Rantau 1 Muara” adalah sebagai berikut.
a. Bersungguh-sungguhlah dalam
mencapai cita-cita atau harapan. Hal ini tercantum dalam kutipan novel sebagai
berikut.
....
Alhamdulillah, man jadda wajada
kembali mujarab.
b. Jangan sombong. Hal ini
tercantum dalam kutipan novel sebagai berikut.
Uh,
aku kok terdengar sombong? Mungkin
sekali-sekali tidak apa, apalagi kalau kenyataanya memang begitu.
Kesombongan yang kelak aku sesali.
c. Hidup adalah perjuangan. Hal
ini tercantum dalam kutipan novel sebagai berikut.
Aku kadang
berpikir, mungkin kami berdua membutuhkan satu sama lain untuk mengukur
kekuatan, untuk mengukur sejauh mana kami bisa mengalahkan dan menjadi lebih
baik.
d. Konsisten dalam menjalani
hidup. Hal ini tercantum dalam kutipan novel sebagai berikut.
Aku ingat
pesan Kyai Rais, “Berusahalah untuk mencapai sesuatu yang luar biasa dalam
hidup kalian selama tiga samapai lima tahun. Konsistenlah selama itu, maka
insya Allah akan ada terobosan prestasi yang tercapai.”....
e. Menulis sebagai obat awet
muda. Hal ini tercantum dalam kutipan novel sebagai berikut.
“Ketika dia meninggal di Maroko pada umur 72, yang dikuburkan hanya
jasad dan kafannya. Sementara semua tulisannya tetap hidup, tetap mengirim
kebaikan dan manfaat kepadanya sampai sekarang, hampir 800 tahun kemudian. Pada
hakikatnya dia tetap awet muda dengan segala tulisan dan bukunya yang kita
pegang sekarang, walau pada kenyataannya jasad dia sudah dilebur Bumi.”
f. Setiap kesulitan ada
kemudahan. Hal ini tercantum dalam kutipan novel sebagai berikut.
“Siapa tahu
ini peluang mengembangkan usaha. Waktu aden
mengaji di surau di kampung dulu, angku
guru selalu bilang ayat innamaal
‘usri yusra. Bersama setiap kesulitan itu ada kemudahan...
g. Konsep timbal balik dalam
kehidupan. Hal ini tercantum dalam kutipan novel sebagai berikut.
.... Semoga
kerja kerasku membaca buku TOEFL dan GRE setiap hari sejak berbulan-bulan lalu
akanmembuahkan hasil bagus. Aku percaya dengan man yazra’ yahsud. Siapa yang menanam, akan menuai.
h. Konsep ketidaktahuan. Hal
ini tercantum dalam kutipan novel sebagai berikut.
An nasu a’dau ma jahilu. “Manusia itu musuh terhadap apa yang dia
tidak tahu.”
i. Konsep bekerja keras. Hal
ini tercantum dalam kutipan novel sebagai berikut.
Apa yang
dipertunjukkan MU hari ini sungguh berkesan di hatiku. Perjuangan tidak boleh
berakhir, bahkan ketika semua tampaknya akan gagal. Sebelum titik darah
penghabisan dan peluit panjang, tidak ada kata menyerah. Terus berjalan, terus
maju, sampai ujung tujuan. Man saara ala
darbi washala. Sebuah konsistensi mengalahkan ketidakmungkinan...
j. Konsep kemenangan. Hal ini
tercantum dalam kutipan novel sebagai berikut.
Sedangkan
untuk Randai, aku menulis sebuah e-mail panjang tentang pengalamanku di
Amerika. Memenangkan sebuah kompetisi setelah merasa direndahkan itu sangat
menyenangkan. Sekali lagi: underdog can
win....
k. Konsep tentang sesuatu yang
berjumlah banyak atau kemajemukan. Hal ini tercantum dalam kutipan novel
sebagai berikut.
“Kalau
orientasi selalu untuk mendapat keturunan yang banyak, maka yang banyak itu
tidak selalu berkualitas. Ada pepatah, ‘iza
katsura rakhusa’. Kalau banyak jadi murahan....
l. Jangan bergantung pada orang
lain. Hal ini tercantum dalam kutipan novel sebagai berikut.
.... Semua
orang sibuk dengan masalah mereka masing-masing. Saatnya untuk i’timad ala nafsi. Harus bertopang pada
diri sendiri dan Yang Mahakuasa.
m. Jangan terlalu merasa
memiliki sesuatu. Hal ini tercantum dalam kutipan novel sebagai berikut.
Kepada Ustad
Fariz aku berkeluh kesah. Dia menasehati, “Kehilangan memang memilukan. Tapi
kehilangan hanya ada ketika kita sudah merasa memiliki. Bagaimana kalau kita
tidak pernah merasa memiliki? Dan sebaiknya kita jangan terlalu merasa
memiliki. Sebaliknya, kita malah yang harus merasa dimiliki. Oleh Sang Maha
Pemilik.”
n. Anjuran untuk menulis. Hal itu tercantum
dalam kutipan di dalam novel sebagai berikut.
Mungkin benar
juga kata pepatah yang konon berasal dari Imam Al-Ghazali, “Jika kau bukan anak
raja dan juga bukan anak ulama besar, maka menulislah.”....
o. Jangan terbuai keamanan. Hal itu tercantum
dalam kutipan di dalam novel sebagai berikut.
.... Aku hanya
menggeleng. Ingatanku kembali ke pesan Kyai Rais, “Jangan gampang terbuai
keamanan dan kemapanan. Hidup itu kadang perlu beradu, bergejolak, bergesekan.
Dari gesekan dan kesulitanlah, sebuah pribadi akan terbentuk matang....
p. Konsep tentang impian dan kenyataan. Hal itu
tercantum dalam kutipan di dalam novel sebagai berikut.
.... Aku
tertunduk di depan kosku, diantara tumpukan kardus. Aku belajar satu hal baru.
Memang impian bisa menjadi nyata tapi yang nyata bisa jadi hampa.
q. Konsep keindahan. Hal itu tercantum dalam
kutipan di dalam novel sebagai berikut.
“.... dulu
hanya merayap di ranting, kini terbang bebas ke angkasa. Dulunya ulat yang
lemah dan jelek kini jadi rama-rama bersayap indah. Sesuatu itu bisa indah pada
waktunya.”
r. Manusia yang paling baik. Hal itu tercantum
dalam kutipan di dalam novel sebagai berikut.
“Kalau di pesantren
kami diajarkan nasihat Nabi yang bilang: khairunnas
anfa’uhum linnas. Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat buat orang
lain. Nah bermanfaat kan bisa pakai apa saja yang kita punya. Bahkan tersenyum
saja sudah manfaat untuk menyenangkan hati orang yang melihatnya. Manusia yang
bermanfaat adalah manusia terbaik. The
most successful person,” jawabku.
PENUTUP
Novel “Rantau 1 Muara” merupakan
novel terakhir dari trilogi “Negeri 5 Menara” setelah “Ranah 3 Warna”. Unsur
intrinsik yang membangun novel “Rantau 1 Muara” sama seperti unsur intrinsik
karya sastra yang lain. Tema dari novel “Rantau 1 Muara” adalah tentang “Cinta
dan Perjuangan”. Tokoh-tokoh yang mendukung jalannya cerita ada tokoh Alif
Fikri atau tokoh Aku, Dinara, Mas Garuda, Ibu Odah atau Ibu kos, Bang Togar, Pak Wangsa, Kang
Maman, Pak Endang, Randai, Pak Imin, Ustad Salman, Mba Eva, Uda Ramon, Pasus
Warta, Mas Aji, Mas Malaka, Dida, Jenderal Broto, Ibu Utami, Amak, Hilda, Mas
Nanda, Ustad Fariz, Tom Watson, Prof. Deutsch, Ustad Fariz, Perwira, Menteri
Roddick, Mas Galih, Mas Rama, Rio, Arum, Tere, Mama Mona, dan Mas Tegal.
Latar atau setting
yang digunakan dalam novel “Rantau 1 Muara” ada di kantor, rumah mas Nanda,
apartemen, kampung halaman tokoh Alif Fikri, Washington DC, dan New York City. Alur
yang digunakan penulis dalam novel ini adalah alur Flash Forward atau alur maju. Gaya bahasa yang digunakan adalah
dengan menggunakan majas metafora, aptromorfisme, aptronim, alusio, litotes,
simbolik, antonomasia dan simile.
Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam
novel ini adalah orang ketiga pelaku utama atau Author Participant Main character. Amanat yang hendak disampaikan
pengarang melalui novel ini adalah kesungguhan dalam menggapai cita-cita,
jangan sombong, hidup adalah perjuangan, konsistensi dalam hidup, menulis
sebagai obat awet muda, konsep timbal balik dalam kehidupan, konsep bekerja
keras, konsep ketidaktahuan, konsep kemajemukan, konsep kemenangan, jangan
mengandalkan orang lain, dan jangan terlalu merasa memiliki sesuatu.
DAFTAR PUSTAKA
Jakop Sumardjo. dan
Saini K.M. 1997. Apresiasi Kesusasteraan.
Jakarta: Gramedia.
Hadidarsono, Kusneni.----. Pengkajian Cerita Rekaan. Purwokerto: ----
J.Waluyo, Herman. 2003. Drama Teori
dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita Graha Widia.
Nurgiyantoro,
Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi.
Yogyakarta.: Gajah Mada University Press.
SINOPSIS
Sepulangnya aku dari Kanada, aku tidak memiliki uang untuk
membayar uang kuliah dan kost yang telah ditinggalkan selama satu tahun. Namun,
aku masih diberi rezeki-Nya melalui tulisan-tulisan yang pernah aku kirim ke
koran Bandung selama alu di Kanada. Aku emndapatkan tawaran untuk menjadi
penulis tetap di koran “Warta Bandung”. Namun krisis moneter yang melanda
Indonesia membuat aku diputuskan dari kontrakku sebagai penulis tetap.
Kehancuran perekonomian negara membuat aku menjadi orang yang terjajah oleh
hutang. Setelah berkirim surat lamaran pekerjaan ke berbagai perusahaan, hanya
penolakan yang aku dapatkan. Hingga suatu hari aku mendapatkan pekerjaan di
Jakarta. Namun saat aku akan pindah ke Jakarta, sebuah surat kilat khusus aku
terima yang berisi penundaan peneriaam karyawan.
Hal yang diajarkan Ustad Salman saat di Pondok Madani dulu adalah menulis sebagai obat awet
muda. Setelah berusaha sekuat tenaga, aku mendapatkan pekerjaan untuk menjadi
wartawan di majalah Derap. Di hari
pertama meliput, aku mendapatkan sebuah amplop harum yang menghilangkan semua
pertanyaan-pertanyaan kritisku. Karena tidak tahan, aku pun segera
mengembalikannya. Aku dan Pasus belum mendapatkan kos-kosan, sehingga aku
mengikuti ajakan Pasus untuk tinggal di ruang kliping. Namun tak bertahan lama,
kantor segera direnovasi. Aku dan Pasus akhirnya tinggal di musala kantor.
Prinsip yang dipegang oleh Mas Aji dalam menjalankan majalah Derap adalah dengan tidak menerima
sogokan dari narasumber agar mendapatkan berita yang berimbang.
Aku bertemu dengan seorang gadis yang sedang duduk di sofa merah.
Dalam sekejap menatap matanya aku langsung jatuh hati. Karena memikirkan
pandangan mata yang sekilas tadi, aku terlambat masuk ruang rapat dan
mendapatkan hukuman mengecek jumlah korban meninggal dunia akibat kerusuhan.
Selama masa pasca reformasi, para wartawan disibukkan dengan mencari kebenaran
tentang korupsi yang terjadi di Indonesia pada masa Orde Baru. Tugas wawancara
Pasus dengan salah satu konglomerat yang dianggap terlibat mega korupsi di
Indonesia membuat tulisan Pasus menjadi berita utama di majalah Derap. Aku berhasil mewawancarai
Jenderal Broto yang terkenal anti wartawan dan aku bertemu lagi dengan gadis
yang aku taksir karena dia juga bekerja di Derap.
Hasil wawancaraku dengan Jenderal Broto menjadi berita utama.
Saat aku pergi ke musala untuk menunaikan salat, aku bertemu
dengan Dinara, wanita yang aku taksir. Dia mengajak untuk salat berjamaah dan
aku mengiyakan. Saat itu menjadi saat yang paling berharga bagiku. Pernah
sekali aku dan Dinara ditugaskan bersama ke Bogor. Saat naik kereta, aku dan
Dinara mengobrol banyak hal. Dari obrolan itu, aku dan Dinara semakin dekat.
Bahkan keesokan harinya dia memanggilku dengan sebutan “Abang”. Aku ingin
mencari tahu isi hati Dinara. Karena tidak ada orang yang tahu, satu-satunya
jalan adalah dengan bertanya langsung padanya. Aku berani, tapi aku malu.
Dengan bantuan Dinara, aku mendapatkan beasiswa kuliah S2 di Amerika. Aku pun
meminta doa restu kepada Amak. Namun sikap Dinara berbeda saat tahu aku akan
segera kuliah di sana selama dua tahuan.
Dinara semakin menghindari aku. Entah apa yang ada di dalam
hati dan pikirannya. Saat aku berangkat, Dinara hanya memberikan secarik kertas
bertuliskan “call me”. Setibanya di Washington DC, akupun langsung menelepon
Amak dan Dinara. Di Washington, aku bertemu dengan mas Garuda yang bersedia
memberi aku tumpangan sampai aku memiliki apartemen sendiri. Selama kuliah di
sana, banyak ilmu yang aku dapatkan, terutama dari Prof. Deutsch. Aku bertemu
dengan Ustad Fariz yang merupakan alumni Pondok Madani juga. Saat Ustad Fariz
berceramah mengenai pernikahan, aku membayangkan satu wajah.
Aku memantapkan niat untuk mengatakan perasaanku terhadap
Dinara dan melamarnya, hingga akhirnya Dinara menerimaku. Beragam cara aku
lakukan untuk meminta restu dari papanya Dinara. Karena banyaknya pikiran dan
tubuh yang terus menerus digunakan untuk bekerja, aku jatuh sakit. Dinara
memberikan berita baik. Dia mendapatkan beasiswa di Inggris. Namun dari
percakapan itu, aku dan Dinara malah bertengkar. Tetapi pada akhirnya beasiswa
Dinara dapat ditunda dan rencana kita untuk menikah segera terlaksana.
Aku memboyong Dinara ke Washington DC. Namun karena
penghasilanku yang masih minim membuat Dinara hemat habis-habisan. Kebosanan
Dinara menjadi ibu rumah tangga terbayarkan saat kami mendapat tugas dari mas
Aji. Aku dan Dinara kembali bertengkar, bahkan ini lebih hebat karena saling
menyakiti dengan ucapan masing-masing. Aku dan Dinara kembali mendapat tugas
dari mas Aji untuk mewawancarai menteri pertahanan Amerika Serikat.
Surat izin kerja Dinara sudah keluar dan dia mendapatkan
pekerjaan di perpustakaan Borders. Kebahagiaan kami bertambah saat Dinara
diperbolehkan membawa buku sebanyak-banyaknya secara gratis dari perpustakaan
Borders dan kami menikmati Cherry Festival pada musim semi. Mas Garuda kini
pindah dan bekerja di New York. Aku dan Dinara kini bekerja di ABN. Banyak
sekali ide-ide kreatif yang disampaikan Dinara untuk mendapatkan berita bagus,
hingga akhirnya kami mencoba mewawancarai Mama Mona yang disebut sebagai penyalur
tenaga kerja ilegal di Amerika. Namun, bukannya kami yang mengintrogasi, malah
kami yang diintrogasi olehnya.
Gedung kembar di Manhattan diserang oleh teroris dengan
menabrakkan pesawat untuk menghancurkannya. Wilayah itu adalah tempat kerja mas
Garuda. Aku mencoba mencari mas Garuda dan mas Nanda yang saat itu janjian
untuk bertemu di gyro yang dekat
dengan gedung kembar. Aku tenggelam dalam kesedihan karena masih tidak
mengetahui kabar mas Garuda.
Tanpa disengaja aku bertemu dengan sahibul menara, Raja dan Atang
di London. Setelah tiga tahun tinggal di Amerika, aku berfikir untuk pulang ke
Indonesia dan rencana itu disambut baik oleh Dinara. Aku dan Dinara berencana
berkeliling Eropa sebelum sampai di tanah air. Saat kami sudah mantaap untuk
pulang ke Indonesia, aku mendapatkan tawaran kerja di EBC, tempat yang aku
idamkan. Namun tawarn itu aku tolak. Aku dan Dinara pulang ke tanah air.
THX kaka ngebantu tugas bahasa indonesia ku kelas 8 banget...telimakacii kaka ^^
BalasHapusKomprehensif.. terima kasih
BalasHapusterimakasih atas postingannya, lanjutkan tulisannya ya , semoga terus bermanfaat bagi hal layak yang membutuhkna ;)
BalasHapusThanks kak
BalasHapus