Jumat, 23 Mei 2014

ANALISIS UNSUR INTRINSIK NOVEL “RANTAU 1 MUARA”


TUGAS PENGKAJIAN CERITA REKAAN
ANALISIS UNSUR INTRINSIK
NOVEL “RANTAU 1 MUARA”
Karya : Ahmad Fuadi


Disusun Oleh              : Purnama Okto Vinali
  F1G012019
Dosen Pembimbing    : Sri Nani Hariyanti

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI JENDRAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU BUDAYA
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2013
DAFTAR ISI
Halaman Depan .................................................................................................................  1
Daftar Isi ............................................................................................................................  2
PENDAHULUAN ............................................................................................................  3
PEMBAHASAN
1.         TEMA ..................................................................................................................  4
2.         TOKOH ...............................................................................................................  4
3.         PERWATAKAN ................................................................................................  7
4.         LATAR atau SETTING...................................................................................... 20
5.         PLOT .................................................................................................................  23
6.         GAYA BAHASA .............................................................................................  25
7.         SUDUT PANDANG ........................................................................................  27
8.         AMANAT .........................................................................................................  28
PENUTUP .......................................................................................................................  31
Daftar Pustaka .................................................................................................................  32
LAMPIRAN
Sinopsis............................................................................................................................. 33



PENDAHULUAN
            Novel “Rantau 1 Muara” merupakan novel terakhir dari trilogi “Negeri 5 Menara” setelah “Ranah 3 Warna”. Trilogi novel ini menceritakan tentang perjalanan hidup seorang anak kampung dari Minang bernama Alif Fikri yang bercita-cita ingin belajar di Jerman agar bisa menjadi seperti B.J Habibie. Novel ini memiliki pelajaran yang sangat banyak untuk para pembacanya, karena segala sesuatu hal di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin terjadi.
            Novel ini dipilih sebagai bahan analisis karena isinya menggambarkan perjuangan, doa serta keyakinan untuk mencapai cita-cita yang setinggi langit meskipun itu merupakan hal yang sulit dan bahkan tidak mungkin bisa dicapai. Perjuangan yang keras disertai doa dan keyakinan yang kuat bahwa hal itu dapat terjadi, maka apa yang dianggap tidak mungkin oleh orang lain menjadi mungkin. Novel “Rantau 1 Muara” juga mengandung berbagai macam nilai pendidikan dalam kehidupan.
            Selain itu, bahasa yang enak dan ringan untuk dibaca membuat trilogi novel ini memiliki banyak peminat. Bahkan sampai mendirikan komunitas Menara sebagai bentuk ketertarikan mereka dengan novel yang ditulis oleh Ahmad Fuadi. Kombinasi bahasa dan penceritaan yang baik membuat pembaca semakin tertarik untuk membaca novel ini. Lalu, bagaimanakah unsur-unsur intrinsik yang membangun novel “Rantau 1 Muara” ini?


PEMBAHASAN
            Karya sastra memiliki unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra dari dalam diri karya sastra tersebut. Struktur karya sastra (fiksi) terdiri atas unsur alur, penokohan, tema, latar (setting) dan amanat sebagai unsur yang paling menunjang dan paling dominan dalam membangun karya sastra (fiksi) (Sumardjo, 1991:54).
            Unsur intrinsik yang membangun novel “Rantau 1 Muara” karya Ahmad Fuadi adalah sebagai berikut.
1.    TEMA
Tema adalah sesuatu yang menjadi pikiran atau sesuatu yang menjadi pokok persoalan yang diungkap dalam sebuah karya sastra, yang di dalamnya terbayang pandangan hidup atau cerita pengarang (Hadidarsono, : 21).
Pengarang dalam novel ini mengangkat tema tentang “Cinta dan Perjuangan”. Novel ini menceritakan tentang perjalanan hidup Alif Fikri dalam mencapai tujuanya untuk sekolah di Amerika dan menikah dengan seorang gadis yang sangat dikaguminya. Tujuan sang tokoh untuk belajar di Amerika tampak pada penggalan sebagai berikut.
Keajaiban injury time terjadi hanya dalam hitungan seminggu. Hari ini aku mendapat e-mail resmi dari dua fakultas komunkasi yang bagus di East Coast. Boston University dan George Washington University di Washington DC. Mereka telah menyetujui aplikasi S-2ku.
Selain itu, tokoh Alif Fikri juga memiliki tujuan untuk menikahi gadis yang telah ditaksirnya saat awal bertemu yaitu Dinara yang merupakan rekan kerja sekantor tokoh Alif Fikri. Hal tersebut tampak dalam penggalan novel sebagai berikut.
Pokok masalah yang membebaniku adalah cara mempercepat lamaran, pernikahan, dan memboyong Dinara ke Washington DC. Waktu kami hanya dua bulan lebih. Tapi bagaimana aku melakukan lamaran dari negeri yang jauh ini?

2.    TOKOH
Tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita (Nurgiyantoro, 2000: 165). Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Hasim (dalam Fanani, 1997: 5) bahwa penokohan adalah cara pengarang untuk menampilkan watak para tokoh di dalam sebuah cerita karena tanpa adanya tokoh, sebuah cerita tidak akan terbentuk. Menurut Aminudin (1984:85), tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan, sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita, sedangkan penokohan adalah cara sastrawan menampilkan tokoh https://sites.google.com/site/melacakilmu/pendidikan/bahasa-dan-sastraindonesia/perwatakandanpenokohan, diakses tanggal 31 Desember 2013
Tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel “Rantau 1 Muara” adalah sebagai berikut.
a.         Alif Fikri atau Aku
b.        Dinara
c.         Mas Budi atau Mas Garuda
d.        Ibu Odah atau Ibu kos
e.         Bang Togar
f.         Pak Wangsa
g.        Kang Maman
h.        Pak Endang
i.          Randai
j.          Pak Imin
k.        Ustad Salman
l.          Mba Eva
m.      Uda Ramon
n.        Pasus Warta
o.        Mas Aji
p.        Mas Malaka
q.        Dida
r.          Mbak Risa
s.         Pak Garda
t.          Om Chen
u.        Sutan Rangkayo Basa
v.        Jenderal Broto
w.      Ibu Utami
x.        Amak
y.        Mbak Hilda
z.         Mas Nanda
aa.     Ustad Fariz
bb.    Tom Watson
cc.     Prof. Deutsch
dd.   Perwira
ee.     Menteri Roddick
ff.      Mas Galih
gg.    Mas Rama
hh.    Rio
ii.        Arum
jj.        Tere
kk.    Mama Mona
ll.        Mas Tegal
mm.Atang
nn.    Raja
Berdasarkan perananya terhadap jalan cerita, tokoh dibagi menjadi tiga, yakni sebagai berikut.
a)    Tokoh protagonis, yaitu tokoh yang mendukung cerita. Biasanya ada satu atau dua figur tokoh protagonis utama, yang dibantu oleh tokoh-tokoh lainnya yang ikut terlibat sebagai pendukung cerita.
b)   Tokoh antagonis, yaitu tokoh penentang cerita. Biasanya ada seorang tokoh utama yang menentang cerita, dan beberapa figur pembantu yang ikut menentang cerita.
c)    Tokoh tritagonis, yaitu tokoh pembantu, baik untuk tokoh protagonis maupun untuk tokoh antagonis (Waluyo, 2003:16).
Pembagian tokoh dalam novel “Rantau 1 Muara” berdasarkan teori di atas adalah sebagai berikut.
a)    Tokoh protagonis
Tokoh protagonis dalam novel “Rantau 1 Muara” adalah Alif Fikri (aku). Hal ini dikarenakan novel “Rantau 1 Muara” menceritakan tentang kehidupan tokoh Alif Fikri atau aku. Selain itu, ada juga tokoh bernama Dinara yang mendukung tokoh utama dan  jalanya cerita.
b)   Tokoh antagonis
Tokoh antagonis dalam novel “Rantau 1 Muara” adalah Randai. Hal ini dikarenakan Randai selalu mengusik kehidupan tokoh Aku dan memberikan tantangan baru bahkan saat tokoh Aku sedang berada di bawahnya.
c)    Tokoh tritagonis
Tokoh tritagonis dalam novel “Rantau 1 Muara” adalah ibu Odah yang merupakan ibu kos tokoh “Aku” saat di Bandung, pak Imin, pak Wangsa, pak Endang, kang Maman, Ustad Salman, mba Eva, Uda Ramon, Pasus Warta, mas Aji, mas Malaka, Dida, Jendral Broto, ibu Utami, Amak, mas Garuda, mbak Hilda, mas Nanda, Ustad Fariz, Tom Watson, Prof. Deutsch, perwira, menteri Roddick, mas Galih, mas Rama, Rio, Arum, Tere, mama Mona, Atang, Raja, dan mas Tegal.

3.    PERWATAKAN
Menurut Jones (dalam Nurgiyantoro 1995:165) penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Suardi Tasrif (dalam Mochtar Lubis, 1960:18) mengemukakan 7 macam cara melukiskan perwatakan tokoh cerita, yaitu sebagai berikut.
1.    Physical Description : menggambarkan bentuk lahir dari pelaku cerita.
2.    Portroyal of Throught Streem of Conscious : pelukisan jalan pikiran atau apa yang terlintas dalam pikiran tokoh.
3.    Reaction to Event : penggambaran tentang bagaimana reaksi pelaku terhadap kejadian-kejadian.
4.    Direct Auther Analysis: menganalisis langsung watak tokoh.
5.    Discussion of Environment : pelukisan keadaan sekitar lingkungan pelaku,seperti keadaan kamar yang bisa memberi kesan jorok, dan sebagainya.
6.    Rection of Others About to Character : pelukisan mengenai bagaimana pandangan pelaku lain terhadap tokoh utama.
7.    Conversation of About to Character : perbincangan oleh pelaku-pelaku lain terhadap tokoh utama, untuk memberi kesan terhadap tokoh utama https://sites.google.com/site/melacakilmu/pendidikan/bahasa-dan-sastraindonesia/perwatakandanpenokohan, diakses tanggal 31 Desember 2013
Cara pengarang melukiskan tokoh dalam novel “Rantau 1 Muara” adalah dengan Physical Description, Portroyal of Throught Streem of Conscious, Reaction to Event, Direct Auther Analysis, dan Discussion of Environment.
Melalui cara Physical Description, pengarang menjelaskan watak tokoh Pak Wangsa dalam cuplikan sebagai berikut.
Dengan dompet sesak menyembul dari saku belakangku, aku melangkah pasti ke Kantor Fakultas. Selama ini, Pak Wangsa yang kurus tinggi menjaga meja administrasi dengan disiplin dan lurus. Terlambat sedikit mengurus daftar ulang semesteran, dia akan marah. Aku berharap semoga kali ini dia mau sedikit fleksibel.
Melalui cara Portroyal of Throught Streem of Conscious, pengarang menjelaskan watak tokoh Aku dalam cuplikan sebagai berikut.
Sambil menyurukkan kedua tangan ke dalam saku, aku membelah jalanan bersalju, seperti perahu oleng menembus gelombang pasang. Aku sepak-sepak bongkah-bongkah salju sekuat-kuatnya, melampiaskan sisa-sisa kesalku. Apakah kami memang terlalu muda untuk menikah sehingga bertengkar seperti ini? Apakah setiap pasangan baru menikah akan bersilang paham seperti ini? Apakah kami hanya berdua dan tidak punya keluarga lain untuk mengadu, sehingga tegangan emosi kami lebih tinggi? Beragam pertanyaan berputar-putar di kepalaku. Aku tidak bisa menjawab.
Melalui cara Reaction to Event, pengarang menjelaskan watak tokoh mbak Hilda saat mendapatkan kabar mengenai mas Nanda dalam cuplikan sebagai berikut.
Wajah Mbak Hilda pucat pasi. Dia hanya duduk dengan lunglai di sofa apartemennya sambil bersedekap. Si kembar, Putra dan Putri, duduk di lantai sambil memegang ujung baju ibunya. Keduanya menangis dengan isakan pelan. Dinara merangkul mereka untuk menenangkan. Mereka berdua membenamkan kepala ke pangkuan Dinara tapi tangisan mereka tidak berkurang.
Melalui cara Direct Auther Analysis, pengarang menjelaskan watak tokoh Dinara dalam cuplikan sebagai berikut.
Sudah sebulan Dinara bergabung dengan kami, menjadi bagian pasukan sersan. Gadis ini belajar seperti spons, menyerap hal baru dengan lahap, aktif bertanya, beradaptasi dengan cepat, dan cerdas. Dia ramah, ramai, cantik, dan paling muda diantara kami. Walau dia baik kepada semua orang, tapi menurutku dia tampak pemilih untuk berteman dekat.
Melalui cara Discussion of Environment, pengarang menggambarkan lingkungan tokoh dalam cuplikan sebagai berikut.
“Gak tuh, ngapain? Mending pulang aja tiap hari ke rumah. Gue anak rumahan.” Dia mungkin anak mami, manja, dan tidak mau menderita di kos. Mungkin juga anak orang kaya. Mungkin juga diantar jemput sopir pribadi.
Selain itu, watak para tokoh yang mendukung jalanya cerita adalah sebagai berikut.
a.         Alif Fikri atau Aku
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Alif Fikri atau Aku memiliki watak sebagai berikut.
1.    Bekerja keras, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Tentulah aku beruntung. Seandainya dia tahu dan merasakan bagaimana aku mengorbankan kenikmatan-kenikmatan sesaat untuk bisa sampai “beruntung”. Berapa ratus malam sepi yang aku habiskan sampai dini hari untuk mengasah kemampuanku, belajar, membaca, menulis dan berlatih tanpa henti. Melebihkan usaha di atas rata-rata orang lain agar aku bisa meningkatkan harkat diriku.
2.    Sedikit sombong, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Ada rasa bangga menjalar dari dasar hatiku. Apa yang aku impikan akhirnya selalu tercapai. Uh, aku kok terdengar sombong? Mungkin sekali-sekali tidak apa, apalagi kalau kenyataanya memang begitu. Kesombongan yng kelak aku sesali.
3.    Bertanggung jawab, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Aku berbisik sendiri: “Tenang adiak-adiak kanduang, abang kalian ini sekarang sudah dapat pekerjaan. Tenang-tenang saja kalian dalam bersekolah, Abang akan bantu. Kita akan punya rezeki, insya Allah tanggal muda bulan depan.”
4.    Penakut, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Dengan was-was aku berjalan maju. Aku rapal doa-doa dan bacaan suci lainya. Aku tidak takut makhluk halus, tapi kalau ketemu, aku tidak mau. Jadi wahai para jin dan setan, menyingkirlah jauh...
5.    Berjiwa nasionalis, terbukti pada cuplikan di dalam novel saat tokoh Alif Fikri mengobrol dengan wartawan bule tentang perkembangan bangsa Indonesia pasca-reformasi, yakni sebagai berikut.
Aku agak terganggu dengan komentarnya yang pesimistis tentang Indonesia. Aku menyela, “Jangan lupa, Indonesia sudah rindu ingin punya pemilu demokratis. Pemilu Juni nanti pasti dibela dan dijaga semua orang. Saya tidak setuju dengan pendapat Anda. Menurut saya, sebaliknya, ini awal kebangkitan Indonesia. Mungkin dalam lima tahun sudah akan smooth sailing.
6.    Lemah dan bodoh, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Wahai perempuan, kenapa harus seperti buku tertutup di depan kami para lelaki? Kami makhluk yang lemah dan bodoh dalam membaca isyarat yang tidak terkatakan dengan jelas. We are not mind readers. Kami bukan cenayang.

b.        Dinara
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Dinara memiliki watak sebagai berikut.
1.    Ceria, percaya diri dan waspada, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Anak baru ini tertawa ramah. “Baru dari mana dulu?ini kantor kedua saya dan sudah beberapa hari masuk untuk tugas orientasi di lantai bawah,” katanya. Wajahnya ceria, percaya diri dan juga agak waspada. Jawabanya berlogika dan lengkap informasi.
2.    Ramah dan perhatian, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Aku kembali ke ruang rapat. Rapat singkat sudah bubar tapi ruangan masih ramai. Dinara yang duduk di ujung meja sedang meladeni pertanyaan awak redaksi lain. Bagai kembang yang mekar, dia dikelilingi kumbang-kumbang. Dan sang kembang ini membagi perhatian dengan rata, senyum sana, senyum sini. Betul-betul anak Jakarta yang gaul.
3.    Ramah, ramai dan cantik, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Sudah sebulan Dinara bergabung dengan kami, menjadi bagian pasukan sersan. Gadis ini belajar seperti spons, menyerap hal baru dengan lahap, aktif bertanya, beradaptasi dengan cepat, dan cerdas. Dia ramah, ramai, cantik, dan paling muda diantara kami. Walau dia baik kepada semua orang, tapi menurutku dia tampak pemilih untuk berteman dekat.
4.    Pintar dan manja, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Satu bulan sejak pertama mengenalnya, aku habiskan untuk menerka-nerka dia dari jauh. Bahkan tidak kuanggap dia di level yang serius, sekadar anak kota pintar yang manja saja. Boleh jadi dari keluarga kaya karena warisan turun-temurun.
5.    Nasionalis, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
“Kan Abang sendiri yang bilang, sebaik-baiknya manusia itu yang bermanfaat buat orang lain. Yang paling perlu manfaat itu ya Indonesia. Bangsa kita.” Dia tiba-tiba jadi nasionalis tulen.

c.         Mas Budi atau Mas Garuda
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh mas Budi atau mas Garuda memiliki watak sebagai berikut.
1.    Nasionalis, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
“Nama di KTP sih Budi,tapi nama Garuda itu julukan dari kecil. Karena saya suka burung lambang negara kita itu. Ah, alasan yang aneh ya.. nanti saya ceritakan cerita lengkapnya. Ehm,” selorohnyadengan lidah Jawa yang kental. Plus sebuah dehaman di akhir.
2.    Suka menolong atau ringan tangan, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Dengan mulut diperban, Mas Nanda mencoba bicara susah payah. “Garuda...ingin bantu bayi kecil di warung gyro itu.... abis memapah saya ke sini....dia...pergi lagi....” Bicaranya tidak lurus. Bibirnya baru dijahit karena robek kena pecahan kaca.
.... Hanya soal waktu saja. Kalaupun dia telah mati, aku yakin dia mati tidak dengan sia-sia. Mas Garuda yang selalu ringan tangan membantu orang lain. Semoga dia mendapatkan husnul khatimah, akhir yang baik.
3.    Ramah, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
“Baru datang ya Mas? Saya belum pernah lihat sampeyan sebelumnya, katanya ramah. Aku mengangguk mengiyakan...
4.    Baik, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
“Mas nggak kerja? Tanyaku. Dari tadi dia hanya duduk saja di kamarku.
“Ah, tenang, saya bisa telat sedikit. Yang penting kamu oke dulu. Gimana? Kita perlu ke dokter? Atau saya kerok? Tanya dia sambil memperlihatkan koin 50 sen bergambar lambang negara Amerika Serikat. Aku menggeleng.

d.        Ibu Odah atau Ibu kos
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh ibu Odah memiliki watak sebagai berikut.
1.    Latah, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
.... Di luar, ibu kost yang sedang asyik menonton TV, tergagau sambil mengangkat kaki, “Eee cepot ee copoooot! Kok, masih ada tikus? Ibu kan kadang-kadang bersihin kamar itu ditemani Momon.” Kucingnya, si Momon, menegakkan kuping dan melompat dari pangkuanya mengejar si tikus sampai lubang gelap di sudut dapur, persis seperti Tom dan Jerry. Ukuran “kadang-kadang” Ibu Kos itu mungkin hanya sekali dua kali saja dalam setahun.
2.    Pecinta daster, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
.... Sebagai imbalan, aku imingi sesuatu yang Ibu Kos tidak akan bisa tolak. “Nanti saya akan cariin Ibu daster di luar negeri.” Dia memang tipe ibu-ibu separuh umur yang selalu berbaju daster kembang segala rupa....

e.         Bang Togar
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Bang Togar memiliki watak suka mengintimidasi di awal, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Mungkin memang adat Bang Togar saja yang suka mengintimidasi di awal. Selanjutnya dia bilang, “Ingat kau selama di Kanada mengirimkan artikel ke koran di Bandung? Aku lihat banyak artikel kau dimuat selama kau tak ada di Indonesia. Duit kau semua itu.”

f.         Pak Wangsa
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh pak Wangsa memiliki watak disiplin, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Dengan dompet sesak menyembul dari saku belakangku, aku melangkah pasti ke Kantor Fakultas. Selama ini, Pak Wangsa yang kurus tinggi menjaga meja administrasi dengan disiplin dan lurus. Terlambat sedikit mengurus daftar ulang semesteran, dia akan marah. Aku berharap semoga kali ini dia mau sedikit fleksibel.

g.        Kang Maman
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Kang Maman memiliki watak baik hati, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
.... Pusat kerumunan itu adalah Warung 1 Meter Kang Maman yang kami gelari the Savior from Cimahi, sang penyelamat dari Cimahi. Dialah penyelamat mahasiswa yang kelaparan dan kehausan di sela-sela kelas. Lalu dia menjelma menjadi penyantun kami ditanggal tua karena dia mau diutangi sampai bulan depan....
h.        Pak Endang
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Pak Endang memiliki watak aneh dan suka bermain TTS. Hal ini terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Hari ini aku mampir ke koran Suara Bandung untuk mengambil honor dari tulisan bulan lalu. Untuk sampai ke ruang kasir, aku harus melintas di depan ruangan Pak Endang, redaktur pelaksana yang eksentrik. Dia suka memberi teka-teki yang aneh-aneh kepada stafnya, yang jawabanya hanya dia dan Tuhan yang tahu. Aku selalu menghindar agar tidak sampai tersandera di ruanganya dengan teka-teki aneh. Tapi aku terlambat, kepalanya sudah mencongok dari balik pintu ruanganya. Dia tersenyum lebar bagai anak yang baru dapet mainan baru. Kena deh!


i.          Randai
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Randai memiliki watak yang senang membanggakan diri sendiri atau sombong. Hal ini terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Tidak begitu lama, Randai seperti biasa mulai membuka konflik. “Aden  sekarang sedang mengurus tugas belajar di IPTN. Kemungkinan aden akan belajar di Eropa atau Amerika, atau ikut training di markas Airbus atau Boeing,” katanya seperti membanggakan diri. Aku tahu gaya dia selalu berusaha memancing kompetisi.

j.          Pak Imin
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Pak Imin merupakan tukang pos. Hal ini terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Tanganku baru mengeratkan ikatan tali rafia di dus terakhir ketika sebuah motor berhenti di depan pagar. Aku sudah hafal, bunyi motor Pak Imin si tukang pos. Tangan Pak Imin tenggelam ke dalam tas cokelat tuanya yang tersampir di motor bagian belakang. “Kilat khusus buat Alif Fikri.”....

k.        Ustad Salman
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Uatad Salman memiliki watak penyemangat dengan ceritanya. Hal ini terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
“Coba kalian dengar baik-baik. Ibnu Rusyd itu adalah seorang laki-laki ajaib, salah satu orang paling jenius yang pernah lahir di peradaban muslim. Dia lahir di Cordoba, Spanyol, pada tahun 1126 dan meninggal tahun 1198 di Marrakesh, Maroko,” katanya bersemangat. Seperti biasa Ustad Salman selalu menceritakan sejarah dengan detail sampai tahun dan tempat. Dia selalu bilang, untuk menulis yang baik harus ditopang riset dan data yang lengkap.

l.          Mba Eva
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Mba Eva memiliki watak ramah. Hal itu terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
“Sebentar lagi ada sambutan dari pemimpin redaksi. Silakan gabung dengan semua wartawan baru di lantai tiga. Ini hari pertama kita beroperasi sebagai sebuah majalah lagi,” kata Mbak Eva tersnyum melihat tingkahku bagai seseorang yang akan mendapat makan siang gratis.

m.      Uda Ramon
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Uda Ramon memiliki watak sebagai berikut.
1.    Pemberontak, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
.... Uda Ramon terkenal sebagai anak pemberontak dan paling lasak di kampungku. Pergaulannya luas, seluas lapangan bermainya mulai Maninjau sampai Bukittinggi....
2.    Baik, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
.... Rupanya rantau membuatnya insaf. Dia kini anak muda yang rajin salat, pekerja keras, dan sering berkirim wesel ke amaknya. Konon ibu-ibu di kampung kini memujinya sebagai anak yang tahu diuntuang, dan mereka mulai berbisik-bisik membicarakan kemungkinan menjodohkan anak gadis mereka dengan Uda Ramon.

n.        Pasus Warta
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Pasus Warta memiliki watak sebagai berikut.
1.    Memiliki hobi mendengarkan lagu dangdut, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Pasus adalah penggemar tingkat parah Ike Nurjanah dan Gito Rollies, yang berkorelasi dengan selera musiknya yang aneh: campuran dangdut dan rock. Hobinya memutar kaset kleksinya di tape rekaman untuk wawancara. Kepalanya mnegangguk-angguk mengikuti irama lagu. Kadang dia ikut berdendang. Suaranya seperti dawai kendor. Meleot ke sana, meleot kemari. Tanpa peduli kuping kami yang keriting mendengarnya, dia tetap bernyanyi sepenuh hati.
2.    Egois, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Doktor? Doktor apa? Aku bingung, menurutku tidak ada yang lucu sam sekali. Mungkin selera humoranya kelas rendah. Selain itu, dia memang suka egois menikmati humornya sendiri. Tidak peduli orang lain merasa lucu atau tidak. Aku coba juga bertanya, “Hoi, kenapa kau ketawa?”
3.    Memiliki tekad yang kuat, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Karena ditolak oleh satpam yang berjaga di rumah konglomerat ini, ia bertekad melawan dengan cara paling sederhana. Menginap di taman kecil pas di depan rumah konglomerat itu. Benar-benar menginap. Dia sampai membawa tenda dan tikar untuk tidur melingkar di sana. Dia juga membawa kertas bertuliskan spidol, “Mohon wawancara 5 menit saja.” Satpam telah berkali-kali mengusirnya tapi Pasus membela diri bahwa dia berhak tidur di lahan publik. Mungkin karena bosan melihat muka Pasus selalu ada di depan rumahnya, konglomerat ini menyerah juga.
4.    Sombong, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Dia terkekeh sendiri, tapi tidak keberatan untuk ikut. “Little little I can speak-speak lah,” katanya. Aku amati rasa percaya diri Pasus meroket tajam sejak dia bisa menaklukan Om Chen tempo hari. Kadar kesombonganya juga naik beberapa kali lipat.
5.    Seperti filusuf, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
“Kau pikirlah baik-baik. Apa yang kau cari. Uang akan habis tandas dibelanjakan. Tapi yang kita sukai akan tinggal terus di sini,” katanya menunjuk dadanya. Ah, sejak kapan dia jadi filosofis. Kami berdiam diri lagi. Aku membalikkan badan menghadap tembok.
6.    Playboy, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Gara-gara Pasus bertingkah pagi ini, aku pun kemudian sibuk merapikan rambut dan bajuku. Aku tidak mau kesan pertamaku buruk. Pasus selama ini punya banyak teman perempuan. Yang diajaknya jalan juga berganti-ganti. Selain spin doctor, dia kami gelari playboy cap dangdut.

o.        Mas Aji
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, mas Aji memiliki watak seperti penyair dalam tulisanya. Hal ini terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Di kalangan aktivis kampus dulu, dia menjadi simbol suara perlawanan yang ditakuti rezim Orde Baru. Bukan karena dia punya pasukan, tapi karena syair dan tulisan kritisnya dibaca jutaan orang. Kabarnya, dia pernah beberapa kali diculik serta diinterogasi agar mau melinakkan tulisan-tulisannya. Beberapa hari saja setelah dilepas, dia menulis lebih tajam lagi. Dan dia diculik lagi dan begitu selanjutnya. Anehnya, bagai kucing bernyawa sembilan, dia masih hidup. Mungkin “menghilangkannya” sangat beresiko buat pamor Pemerintah. Namanya Sang Aji, atau akrab dipanggil Mas Aji atau dengan inisialnya SA.

p.        Mas Malaka
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh mas Malaka memiliki watak sebagai berikut.
1.    Santai dan apa adanya, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
“Sersan. Serius tapi santai. Nikmati kerja kita,” terang dia.....
“Bahkan di sini rapat boleh pakai apa saja, layaknya di rumah sendiri. Pakai sarung saja boleh. Karena kami tidak melihat sarung, tapi melihat isi laporan kalian,” katanya.
2.    Tegas, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Dia melirikku tajam sekilas. “Sejak kapan aku bercanda kalau bagi tugas. Kita sersan kan? Serius dulu, santai belakangan.”


q.        Dida
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Dida memiliki watak suka bercanda. Hal ini terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
“Wah belum kenal, udah naksir aja.” Dida cengar-cengir sambil menjulurkan lidahnya.

r.          Mbak Risa
Dalam novel “Rantau 1 Muara:, tokoh Mbak Risa memilikisifat yang sedikit cuek atau tidak peduli. Hal ini terbukti pada cuolikan di dalam novel sebagai berikut.
“Yak, tanda tangani tanda terimanya,” kata Mbak Risa seperti tidak peduli dan menyodorkan sebongkah tumpukan uang yang harum. Pasus membagi dua uang itu dan menyodorkan separuhnya ke aku....

s.         Pak Garda
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Pak Garda mengagumi wartawan Derap. Hal ini terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Selain mendapatkan wawancara yang bagus, kami berhasil membuat Pak Garda kaget, karena Pasus merebut bon restoran dari tangannya dan membayar lunas harga makanan yang mencapai sejuta rupiah dengan uang tunai yang kami tumpuk di meja. Pak Garda menggeleng-geleng. “Baru kali ini saya ditraktir wartawan. Padahal selama ini wartawan meminta saya yang nraktir.”

t.          Om Chen
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Om Chen memiliki watak pecinta burung. Hal ini terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
“Gampang,” kata Pasus menjentikkan jari. “Aku riset kalau dia adalah penggemar burung dan ayam pelung. Dia punya burung cucakrowo, kacer, cendet, gletekan, kenari, dan banyak lagi. Di kampungku dulu, bapakku punya beberapa burung kicau juara kecamatan dan aku yang mengururs mereka. Jadi aku mengerti sekali kualitas dan cara mengurus burung. Begitu aku memuji kolksi burung Om Chen, kami langsung akrab. Bahkan aku cerita makanan khusus burungku di kampung sono. Dia mau mesen supaya burung-burung piaraannya lebih bagus suaranya. Diplomasi burung, kawan.”

u.        Sutan Rangkayo Basa
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Sutan Rangkayo Basa memiliki watak sebagai berikut.
1.    Memperhatikan kesopanan, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
... Tidak ada jalan lain selain aku harus bicara dengan orangtua Dinara secepatnya. Dan yang aku hadapi adalah seorang calon bapak mertua bersuku Minang yang pasti sangat memperhatikan kesopanan dan adat dalam masalah pinang-meminang. Pengalamanku terakhir bicara dengan dia tidak begitu mengesankan.
2.    Keras dan egois, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
“Papanya Dinara orangnya keras dan punya ego yang besar. Harus pelan-pelan masuknya. Gini aja. Ibu akan pelan-pelan mulai bicara sama papanya Dinara minggu ini. Minggu depan, kamu telepon Ibu lagi untuk membicarakan bagaimana situasinya.” Seperti kata Dinara, Ibu Utami memberi lampu hijau kepadaku dan Dinara.
3.    Memiliki hobi mengisi crosswords, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
“Crosswords,” kata Ibu Utami kepadaku sebelum pembicaraan telepon kami selesai. “Coba Alif mengirimkan beberapa buku crosswords dari Amerika khusus ke papany Dinara. Hobinya mengisi buku itu. Dia punya koleksi dari berbagai negara tapi belum ada dari Amerika. Coba kirim secepatnya....

v.        Jenderal Broto
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Jenderal Broto memiliki watak sebagai berikut.
1.    Menghargai orang lain, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
“Tapi setelah saya baca lagi, saya sadar era telah berubah. Ini masa Reformasi. Walau tidak sepenuhnya sesuai dengan keinginan saya, saya hargai usaha Anda menulis juga sisi baik kami.....
2.    Anti wartawan, arogan dan kaku, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Siapa tidak kenal jenderal tinggi besar dengan temperamen keras ini. Sangat antiwartawan, gayanya arogan dan kaku. Dia kini konon dituntut di luar negeri karena dianggap melanggar HAM di Irian Jaya. Di mana aku harus mencari Pak Jenderal? “Tentu saja di Mabes-lah,” kata Pasus tersenyum jahil melihat aku berkeringat dingin mendapat tugas yang aku “minta” sendiri ini.

w.      Ibu Utami
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh ibu Utami memiliki watak sebagai berikut
1.    Ramah, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
“Lewat sini saja. Jangan sungkan, saya masih sambil kerja kok,” kata ibunya....
2.    Baik, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
“Papanya Dinara orangnya keras dan punya ego yang besar. Harus pelan-pelan masuknya. Gini aja. Ibu akan pelan-pelan mulai bicara sama papanya Dinara minggu ini. Minggu depan, kamu telepon Ibu lagi untuk membicarakan bagaimana situasinya.” Seperti kata Dinara, Ibu Utami memberi lampu hijau kepadaku dan Dinara.

x.        Amak
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Amak memiliki watak bijaksana. Hal ini terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Begitu Amak mendengar akau akan merantau setidaknya selama dua tahun tanpa pulang, mukanya tampak berkabut. Aku duduk bersimpuh di depan Amak dan tidak berani beringsut sampai mendengar jawabannya. Setelah beberapa saat diam, Amak mengulang lagi nasihatnya, “Ke mana pun dan apa pun yang wa’ang lakukann, selalu perbarui niat, bahwa hidup singkat kita ini hanya karena Allah dan untuk membawa manfaat. Jangan berorientasi pada materi. Kalau memang sekolah jauh itu membawa manfaat dan  wa’ang  niatkan sebagai ibadah, pailah, pergilah.”

y.        Mbak Hilda
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh mbak Hilda memiliki watak ramah. Hal ini terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Begitu Mas Garuda menguak pintu, hidungku diambut bau yang sangat Indonesia. Ada bau sambal terasi yang menusuk nikmat. Kepala seorang perempuan muncul dari dapur sambil berteriak, “Wah ada tamu. Halo selamat datang, saya Hilda.” Kepalanya diikat kain putih seperti koki dan senyumnya selebar mukanya. Aku tersenyum menyambut salamnya yang riang.

z.         Mas Nanda
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh mas Nanda memiliki watak suka membantu. Hal ini terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
“Rumah ini milik Mas Nanda dan istrinya Mbak Hilda, yang sudah lama tinggal di sini. Dari Mas Nanda, saya belajar bisnis kurir ini. Lumayan buat nabung modal untuk saya pulang selamanya ke Indonesia tahun depan,” katanya.

aa.     Prof. Deutsch
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Prof. Deutsch memiliki watak yang senang menuntut ilmu. Hal ini terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
I always a student at heart. My main interest is research and the history of knowledge,” katanya ketika aku tanya bagaimana dia bisa tahu begitu banyak hal. Seorang profesor yang selalu meras dirinya seorang murid.


bb.    Ustad Fariz
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Ustad Fariz memiliki watak suka menasehati. Hal ini terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Ustad Fariz yang sedang bertamu ke rumah kos kami tidak ketinggalan unjuk saran dan membekaliku. Pesannya, “Dibalik setiap kesuksesan laki-laki, pasti ada sosok perempuan yang hebat. Pilihlah perempuan terbaik. Karena dia yang mengingatkan dan menguatkan kita kaum lelaki. Dan kalau nanti dianugerahi anak, perempuan pulalah yang menjadi madrasatul ula, sekolah pertama setiap anak manusia.

cc.     Tom Watson
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Tom memiliki sikap percaya terhadap tokoh Aku dan Dinara. Hal ini terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Tom Watson yang mengenal baik reputasi Derap, memberi aku dan Dinara kepercayaan besar untuk mengembangkan gaya liputan ala Derap yang selalu ditopang riset dan perencanaan matang...

dd.   Perwira
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh perwira memiliki watak ramah. Hal ini terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
.... Begitu pintu terkuak, kami disambut oleh perwira berhelm mengkilat. “Saya perlu mengantar Anda bukan hanya karena alasan keamanan, tapi karena takut Anda tersesat. Kantor ini luas sekali. Staf baru saja bisa bingung kembali ke ruangannya,” kata perwira ini ramah.

ee.     Menteri Roddick
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Menteri Roddick memiliki watak sebagai berikut.
1.    Ramah, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
“Apa kabar?” sapanya dalam bahasa Indonesia. Menteri Roddick dengan hangat mengembangkan kedua tangannya menyambut kami dan menyilakan duduk....
2.    Santai dan santun, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Menilik penampilannya yang santai, rasanya sosok dia kurang pas menjadi menteri pertahanan sebuah negara Adikuasa. Bagaimana mungkin seorang yang berpengarai santun ini punya kuasa untuk merekomendasikan operasi militer atau perang kepada Presiden AS. Look can be deceiving.

ff.  Mas Galih
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Mas Galih merupakan teman Mas Garuda. Hal ini terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
....Mas Garuda menyetir dan Dinara kami daulat menjadi navigator kepercayaan untuk membaca peta dan menemukan jalan ke apartemen baru Mas Garuda di kawasan Queen. Kami sudah diannti oleh Mas Galih dan Mas Rama, teman-teman Mas Garuda yang tinggal di New York.

gg.    Mas Rama
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Mas Rama merupakan teman Mas Garuda. Hal ini terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
....Mas Garuda menyetir dan Dinara kami daulat menjadi navigator kepercayaan untuk membaca peta dan menemukan jalan ke apartemen baru Mas Garuda di kawasan Queen. Kami sudah diannti oleh Mas Galih dan Mas Rama, teman-teman Mas Garuda yang tinggal di New York.
Selain itu, tokoh Mas Rama berwatak putus asa. Hal ini terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
...Setiap dua hari-kadang setiap hari-aku menelepon mas Rama. “Jejaknya masih nihil,” begitu umumnya dia menjawab. Dia mungkin juga sudah bosan ditanya dan tidak tau harus memberikan jawaban apa lagi kepadaku. Suaranya saat berbicara bernada frustasi yang sama dengan nada bertanyaku.

hh.    Rio
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Rio memiliki watakbaik dan jago memasak. Hal ini terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Di ABN, kami mendapat teman-teman baru yang tidak kalah seru, walau tak ada yang seantik Pasus. Rekan kerja pertama yang aku kenal adalah Rio. Ketika jam makan siang, dia mengetuk-ngetuk kubikelku. “Mas, yuk makan siang bareng di meja rapat. Ntar coba ya green curry Thailand yang gue masak sendiri.” Selain Rio sudah memiliki jam terbang tinggi di dunia radio broadcasting dan videography dia pintar memasak dan membuat aku terus menambah nasi.

ii.        Arum
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Arum memiliki watak suka bercanda dan tomboi. Hal ini terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
... Arum yang tomboi, suka bercelana jeans dan berjaket kulit, memakai jam sebesar jengkol dan mengidolakan pria macho seperti Vin Diesel...
Sepanjang perjalanan ke DC, tak habis-habisnya aku diledek. “Lif, bagi-bagi dong cokelatnya? Pekerja pabrik pasti dapat gratis dong,” seloroh Arum.

jj.        Tere
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Tere memiliki penampilan yang girly. Hal ini terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
... Sedangkan Tere yang girly, suka bergaun modis berwarna pastel, kerap meneneteng kamera Nikon manual dan menyukai cowok akademisi...

kk.    Mama Mona
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Mama Mona memiliki watak keras. Hal ini terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
“Dari mana?” katanya menusuk. “Sudah janji?”

ll.        Mas Tegal
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh mas Tegal memiliki watak ramah. Hal ini terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Mas Tegal mendekatiku. “Giman Mas jadinya, dapat kerjaan di pabrik coklat atau botol? Nanti kita kos bareng aja. Biar hemat. Jadi kita bisa cepat nabung buat pulang kampung.”

mm.Atang
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Atang memiliki kebiasaan mencatat alamat semua teman-teman. Hal itu terbukti dari cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
Malam kami habiskan bernostalgia dan bercerita tiada henti tentang apa yang kami jalani setelah tamat di PM. Atang, kawanku yang dulu selalu rajin mencatat alamat orang, mempunyai informasi lengkap tentang Sahibul Menara yang lain...

nn.    Raja
Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Raja memiliki watak cinta kampung halaman . Hal itu terbukti dari cuplikan di dalam novel sebagai berikut.
“Sebuah sekolah di Medan sudah minta aku pulang untuk membuat sistem sekolah Islam modern. Kampungku lebih membutuhkan kami.”

4.    LATAR atau SETTING
Menurut Hadidarsono, latar atau setting adalah tempat dan waktu terjadinya peristiwa dalam cerita, dan lingkungan sosial. Unsur latar dapat dibedakan dalam tiga pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial (Pengkajian Cerita Rekaan: 55-59)
Latar yang digunakan di novel “Rantau 1 Muara” adalah sebagai berikut.
a.    Latar Tempat
Latar tempat yang digunakan dalam novel “Rantau 1 Muara” adalah sebagai berikut.
1)        Kos-kosan Ibu Odah di Bandung
.... Setahun yang membuat aku bukan pemuda tahun lalu lagi. Aku yang baru, aku yang sudah berbeda. I am back in Bandung.
        Karena malas pindah-pendah seperti kucing beranak, aku “menghasut” Ibu Odah, ibu kosku agar tidak melepas kamarku ke orang lain selama aku pergi.
2)        Kantin Kang Maman
.... Pusat kerumunan itu adalah Warung 1 Meter Kang Maman yang kami gelari the Savior from Cimahi, sang penyelamat dari Cimahi....
3)        Ruang kerja Pak Endang
Ketika aku meneruskan langkah, dia memanggilku dengan kibasan tangannya, “Alif, kadieu heula, ngobrol di dalam,” katanya. Terakhir dia memanggilku masuk keruangannya dua tahun lalu, untuk memstikan aku bisa menulis teratur untuk korannya.
4)        Depan ruang tata usaha
“Kamu sih enak Lif, banyak pengalaman luar negerinya. Pasti banyak yang manggil wawancara,” kata Wira kepadaku ketika kami sama-sama antre mendapatkan cap legalisasi di depan ruang tata usaha.
5)        Kantor Fakultas
Dengan dompet sesak menyembul dari saku belakangku, aku melangkah pasti ke Kantor Fakultas. Selama ini, Pak Wangsa yang kurus tinggi menjaga meja administrasi dengan disiplin dan lurus.
6)        Musala kantor
.... Tentulah aku mau menunggunya. Musala kecil yang sumpek, tempat aku bergelung pada malam hari bersama Pasus, tiba-tiba terasa lebih teduh dan sejuk.
7)        Perempatan Jalan Lengkong dan Jalan Asia Afrika
Aku meloncat turun dari angkot tepat di perempatan Jalan Lengkong dan Jalan Asia Afrika....
8)        Trotoar, pinggir jalan
.... Semoga kali ini lulus, kataku membatin sambil melangkah ke pinggir jalan untuk menyetop angkot. Tiba-tiba hanya dalam sekelebat pandang, aku terkesiap. Ujung sepatuku seperti mencengkeram trotoar. Ingin aku membalikkan badan, menghindar jauh, kalau perlu bersembunyi....
9)        Ruang kliping atau ruang arsip
“Maksudnya, kau menginap dan tinggal di kantor, di ruangan separuh ruang kliping separuh gudang ini?”...
Hari itu pula, sebelum tidur di kos ruang arsip, dengan resmi aku cabut surat Amak dan adik-adik yang telah kuselipkan di buku harianku sejak berbulan-bulan lalu...
10)    Kos Uda Ramon
Tujuanku adalah kamar kos Uda Ramon....
11)    Kereta
Pernah suatu kali aku dan Dinara mendapat penugasan liputan bareng naik kereta ke Bojong...
12)    Kampung Bayur
... Aku pulang ke kampung kelahiranku di Bayur untuk minta restu dan doa Amak.
13)    Ruang rapat
Hanya ada satu cara agar dia tidak bisa menolak aku ajak bicara. Aku harus duduk di sebelah dia ketika rapat redaksi. Tidak mungkin dia menghindar, tidak mungkin dia lari, tidak mungkin dia berkelit sedang ada tugas...
14)    Taman Lafayette Square
Sore itu aku perlu mencari angin. Aku racak sepedaku memutari Foggy Bottom, menyelip di antara beberapa mahasiswa yang jogging sore, lalu berhenti di taman Lafayette Square, di depan rumah paling terkenal di Amerika, atau bahkan di dunia. 1600 Pennsylvania Avenue. Rumah para presiden Amerika. The White House.
15)    Sungai Potomac
.... Suatu kali dia mengajakku mendayung kano di Sungai Potomac. Aku langsung menyambuttawaran ini karena mengingatkan pengalaman masa kecilku mendayung biduk di Danau Maninjau dulu....
16)    Rumah Mas Nanda
“Rumah ini milik Mas Nanda dan istrinya Mbak Hilda, yang sudah lama tinggal di sini. Dari Mas Nanda, saya belajar bisnis kurir ini. Lumayan buat nabung modal untuk saya pulang selamanya ke Indonesia tahun depan,” katanya.
17)    Kamar aku
.... Belum pernah aku merasakan kombinasi sakit seperti ini. Dengan tumit, aku ketok dinding kamarku yang berbatasan dengan kamar Mas Garuda. Semoga dia belum berangkat kerja.
18)    Toko berlian
Disuatu sore di awal Desember, aku dengan canggung masuk ke Macy’s, sebuah departement store di Pentagon City. Aku intip sudut penjual berlian yang pernah dibicarakan Mas Garuda....
19)    Apartemen
“Maaf ya Cinta, apartemen kita Cuma mungil gini,” kataku ketika membuka pintu apartemen Old York, tempat tinggal kami yang baru di kawasan Foggy Bottom....
20)    Kantor ABN
Di kantor ABN yang punya media radio, televisi dan internet, aku dan Dinara seperti mengalami deja vu....
21)    Rumah Ustad Fariz
Sorenya, kami berdua diundang ke rumah Ustad Fariz. Uni Reza, stri Ustad Fariz, memasak gulai kepala ikan berkuah merah muda terang yang meneteskan air liur.
22)    Hotel St. Regis
.... Pintu hotel itu dibukakan seorang door man dengan jas menjuntai seperti ekor kucing. Hotel St. Regis yang bergaya kolonial megah ini berada di lokasi mahal, 16th dan K Street, hanya dua blok dari White House....
23)    Restoran Nippon
.... Pak Garda menyanggupi wawancara di restoran Nippon di sebuah hotel berbintang lima sambil makan siang....
b.    Latar Waktu
1)        Pagi hari
Good morning, Mr. Owen...,” sapaku...
2)        Siang hari
.... Pak Garda menyanggupi wawancara di restoran Nippon di sebuah hotel berbintang lima sambil makan siang....
3)        Sore hari
Sorenya, kami berdua diundang ke rumah Ustad Fariz. Uni Reza, stri Ustad Fariz, memasak gulai kepala ikan berkuah merah muda terang yang meneteskan air liur.
4)        Malam hari
Setelah sejenak bercanda sambil menikmati makan malam, kami kembali khusuk menyelesaikan tugas. Malam deadline kali ini tampaknya akan jadi malam yang lebih panjang dari malam-malam panjang sebelumnya....
5)        Tengah malam
“Sekali lagi, ingat, hanya setelah jam 12 malam berdentang. Kalau perlu sekalian wawancarai mayat-mayat di RS Cipto itu,” begitu kata Mas Malaka kepadaku.
6)        Musim semi
Salah satu hiburan musim semi yang paling dinanti oleh Washingtonian-sebutan untuk warga DC-adalah National Cherry Blossom Festival....
c.    Latar Sosial
Latar sosial yang digunakan dalam novel “Rantau 1 Muara” adalah latar sederhana. Meskipun sang tokoh hidup diluar kota bahkan luar negeri, tetapi dia tetap memegang prinsip kesederhanaan dalam menjalani hidupnya. Seperti yang terangkum dalam cuplikan novel sebagai berikut.
...Di buku catatan itu aku melihat deretan rapi angka-angka setiap pengeluaran dan pemasukan. Sampai ke setiap sen. Di atas pesawat sebelum kami mendarat di Amerika, aku pernah bilang bahwa kita mungkin perlu hidup hemat dengan pendapatan yang ada sekarang. Aku sama sekali tidak menyangka dia begitu serius menanggapi perkataanku.

5.    PLOT
Plot merupakan jalinan cerita atau kerangka dari awal hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh yang berlawanan (Waluyo, 2003:8).
Menurut Hartoko dalam bukunya yang berjudul Pemandu di Dunia Sastra (1985:48), plot dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
1.    Plot Flash-back (alur campuran)
Teknik ini digunakan pengarang untuk menampilkan kembali kejadian di masa lalu.
2.    Plot Flash-forward (alur maju)
Dalam suatu cerita, teknik ini lebih mudah dipahami pembaca karena cerita yang ditampilkan maju terus ke depan.
Plot atau alur yang digunakan pengarang dalam novel ini adalah alur maju atau Flash-forward. Dalam hal ini, pengarang hanya menceritakan perjalanan hidupnya selama merintis karir setelah lulus sarjana, hingga akhirnya ia bertemu dengan jodohnya dan merintis karir di Amerika.
Tahapan pengaluran ada lima, yaitu sebagai berikut.
a.    Tahap perkenalan
Dalam tahapan ini, penulis memperkenalkan tokoh-tokoh dan latar cerita.
b.    Tahap konflik
Dalam tahap ini, mulai timbul permasalahan.
c.    Tahap klimaks
Dalam tahap ini, masalah mulai memuncak.
d.   Tahap antiklimaks
Dalam tahap ini, masalah mulai menurun karena sudah ada penyelesaian masalah.
e.    Tahap penyelesaian
Merupakan akhir dari cerita, apakah berakhir bahagia, sedih, atau dibuat menggantung http://blog-pelajaransekolah.blogspot.com/2013/05/unsur-intrinsik-novel.html diakses tanggal 3 Desember 2013
Tahap pengaluran dalam novel “Rantau 1 Muara” adalah sebagai berikut.
a.    Tahap perkenalan
Dilukiskan dengan cuplikan sebagai berikut.
Seperti kebiasaanku setiap masuk kamar, akunjulurkan tangan menekan tombol radio usangku. Jarum frekuensinya setentang angka 100.4, KLCBS FM, stasiun kesukaanku. Begitu bunyi saksofon Spyro Gyra mengalirkan lagu “Morning Dance”, seketika itu hawa pengap terasa mencair dan sudut-sudut kamarku tampak lebih terang dan lapang....
b.    Tahap konflik
Dilukiskan dengan cuplikan sebagai berikut.
.... Setahun yang membuat aku bukan pemuda tahun lalu lagi. Aku yang baru, aku yang sudah berbeda. I am back in Bandung.
          Karena malas pindah-pendah seperti kucing beranak, aku “menghasut” Ibu Odah, ibu kosku agar tidak melepas kamarku ke orang lain selama aku pergi.
c.    Tahap klimaks
Dilukiskan dengan cuplikan sebagai berikut.
Selama setengah jam kemudian kami bersahut-sahutan seperti berbalas pantun tapi dengan tensi semakin tinggi. Isi pembicaraan merembet ke segala arah, berisi segala macam perasaan tak terungkap selama usia pernikahan kami yang baru seumur jagung ini. Dinara kesal dan emosi, aku lebih-lebih lagi. Ketika dia mulai terisak di sela-sela kata-katanya, aku tahu kami telah terjebak ke perang yang tidak berguna. Kami seakan terus saling menyakiti deng ucapan masing-masing. Aku tahu aku harus menghentikan ini dengan satu cara. Pergi dari medan perang mulut.
d.   Tahap antiklimaks
Dilukiskan dengan cuplikan sebagai berikut.
Janji untuk hidup yang baru juga sampai ke apartemen kami, ketika tukang pos mengetuk pintu kami. Dia datang membawa surat resmi di INS, kantor yang menerbitkan izin kerja orang asing. Terburu-buru, Dinara merobek amplopnya dan dia langsung melompat-lompat senang sambil berseru, “Alhamdulillah! Yes!” Hari ini adalah awal baru bagi hidupnya di rantau. Dengan kartu yang dikirim bersama surat itu, dia bisa bekerja dengan legal di mana saja di Amerika.
e.    Tahap penyelesaian
Dilukiskan dengan cuplikan sebagai berikut.
Sebuah pintu besar bagai dihamparkan terbuka untuk kami. Baru tadi malam aku dan Dinara mempercakapkan hidup macam apa yang akan kami arungi di Jakarta dan bagaimana kami harus siap berhemat. Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Baru saja kami bicara, jawaban dari-Nya bersegera datang. Dari tempat yang kami tidak sangka-sangka. Alhamdulillah....
          Kerja di Jakarta. Gaji Amerika. Apa lagi yang mau diminta?

6.    GAYA BAHASA
Gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis http://id.wikipedia.org/wiki/Majas, diakses tanggal 31 Desember 2013
Majas adalah gaya bahasa dalam bentuk tulisan maupun lisan yang dipakai dalam suatu karangan yang bertujuan untuk mewakili perasaan dan pikiran si pengarang http://www.terpopuler.net/macam-macam-majas-majas-dan-contohnya, diakses tanggal 31 Desember 2013
Gaya bahasa atau majas yang digunakan dalam novel “Rantau 1 Muara” adalah sebagai berikut.
a.    Metafora
Metafora adalah gaya bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai sifat yang sama atau hampir sama http://id.wikipedia.org/wiki/Majas, diakses tanggal 31 Desember 2013
Hal ini terbukti pada kutipan sebagai berikut.
Manik-manik keringat yang merembes dari telapak tanganku membuat kertas yang aku pegang lembap. Nadiku terasa lebih ligat dari biasa...
b.    Aptromorfisme
Aptromorfisme adalah metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia http://id.wikipedia.org/wiki/Majas, diakses tanggal 31 Desember 2013
Hal ini terbukti pada kutipan sebagai berikut.
.... Sekejap kemudian dia menempelkan sebuah amplop putih bersih ke tanganku. Aku tidak siap dan kaget sehingga amplop itu jatuh. Ketika aku pungut di lantai, amplop yang lumayan gemuk itu terbuka. Beberapa lembar uang lima puluh ribu mengintip keluar. Dari bau harum kertasnya yang meruap, aku tahu uang itu baru diambil dari bank. Aku taksir mungkin beberapa ratus ribu. Setara dengan gajiku.
c.    Aptronim
Aptronim adalah pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang http://id.wikipedia.org/wiki/Majas, diakses tanggal 31 Desember 2013
Hal ini terbukti pada kutipan sebagai berikut.
Gara-gara Pasus bertingkah pagi ini, aku pun kemudian sibuk merapikan rambut dan bajuku. Aku tidak mau kesan pertamaku buruk. Pasus selama ini punya banyak teman perempuan. Yang diajaknya jalan juga berganti-ganti. Selain spin doctor, dia kami gelari playboy cap dangdut.
d.   Litotes
Litotes adalah ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahan diri http://id.wikipedia.org/wiki/Majas, diakses tanggal 31 Desember 2013
Hal ini terbukti pada kutipan sebagai berikut.
“Kamu sih enak Lif, banyak pengalaman luar negerinya. Pasti banyak yang manggil wawancara,” kata Wira kepadaku ketika kami sama-sama antre mendapatkan cap legalisasi di depan ruang tata usaha.
          Ah, nggak juga,” kataku mencoba merendah walau dalam hati aku mengiyakan.


e.    Alusio
Alusio adalah majas yang mempergunakan peribahasa atau kata-kata yang artinya diketahui umum http://www.terpopuler.net/macam-macam-majas-majas-dan-contohnya, diakses tanggal 31 Desember 2013
Hal ini terbukti pada kutipan sebagai berikut.
.... Alhamdulillah, man jadda wajada kembali mujarab.
f.     Simbolik
Majas simbolik adalah majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan membandingkan dengan benda-benda lain http://www.terpopuler.net/macam-macam-majas-majas-dan-contohnya, diakses tanggal 31 Desember 2013
Hal ini terbukti pada kutipan sebagai berikut.
 Pondasi kerja kita adalah bukan jurnalisme yang memihak satu golongan....”
g.    Antonomasia
Majas antonomasia adalah majas yang menyebutkan nama lain terhadap seseorang yang berdasarkan ciri atau sifat menonjol yang dimilikinya http://www.terpopuler.net/macam-macam-majas-majas-dan-contohnya, diakses tanggal 31 Desember 2013
Hal ini terbukti pada kutipan sebagai berikut.
.... Si Setan Merah berhasil menyabet gelar Juara Liga Champions 1999...
h.    Simile
Simile adalah pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, “seperti”, “layaknya”, “bagaikan”, “umpama”, “ibarat”, “bak”, “bagai” http://id.wikipedia.org/wiki/Majas, diakses tanggal 31 Desember 2013
Hal ini terbukti pada kutipan sebagai berikut.
Bagai melihat hantu beberapa orang berteriak.

7.    SUDUT PANDANG
Titik pengisahan atau sudut pandang pencerita (Point of View), yaitu dari sudut pandang mana pengarang itu bercerita. Menurut S. Tasrif (dalam Pengkajian Cerita Rekaan :61), Point of  View dapat dibedakan sebagai berikut.
a.    Author Omnicient (orang ketiga)
b.    Author Participant (pengarang turut mengambil bagian dalam cerita). Ada dua kemungkinan, pengarang menjadi pelaku aku (main character), atau ia hanya mengambil bagian kecil saja (subordinate character).
c.    Author Observer, ini hampir sama dengan cerita pertama, perbedaannya pengarang hanya sebagai peninjau, seolah-olah ia tidak mengetahui jalan pikiran pelakunya.
Sudut pandang yang digunakan oleh pengarang dalam novel “Rantau 1 Muara” ini adalah Author Participant dengan pengarang sebagai Main Character. Pengalaman batin yang dirasakan oleh tokoh Aku hanya dapat diwujudkan oleh individu itu sendiri secara tepat, karena pengalaman batin setiap orang juga berbeda-beda. Hal tersebut dibuktikan dengan kutipan dari novel sebagai berikut.
Tapi kenapa aku sekarang masih berdebar setiap ingat sekelebat pandangan tadi? Inikah yang namanya jatuh hati? Kok seperti lagu M.E “Inikah Cinta”? otakku yang selama ini mengagungkan logika bersikeras menolak. Pasti hanya pesona fisik sesaat. Tidak sahih. Tapi bagian otakku yang tidak logis membela diri dengan hebat: coba ingat hal sekejap tadi, semuanya terasa kabur dan blur, yang tajam hanya bagian muka,khususnya matanya saja. Persis seperti di film-film. Iya juga sih. Tapi mengenal seseorang itu melalui proses, tidak melalui kerjapan mata. Suka, terkesima, kagum mungkin terjadi dalam hitungan detik, tapi dia perlu diverifikasi dengan mengenal karakter, pribadi, dan lain-lain. “Otak logis”-ku memenangkan debat.
Tapi “otak tidak logis”-ku melawan dengan berdoa pelan, semoga gadis di sofa merah itu lulus tes dan bisa bertemu lagi.

8.    AMANAT
Amanat adalah berhubungan dengan makna (significance) dari karya itu. Amanat bersifat kias, subjektif dan umum (Waluyo, 2003:28).
Amanat yang hendak disampaikan penulis dalam novel “Rantau 1 Muara” adalah sebagai berikut.
a.    Bersungguh-sungguhlah dalam mencapai cita-cita atau harapan. Hal ini tercantum dalam kutipan novel sebagai berikut.
.... Alhamdulillah, man jadda wajada kembali mujarab.
b.    Jangan sombong. Hal ini tercantum dalam kutipan novel sebagai berikut.
Uh, aku kok terdengar sombong? Mungkin sekali-sekali tidak apa, apalagi kalau kenyataanya memang begitu. Kesombongan yang kelak aku sesali.
c.    Hidup adalah perjuangan. Hal ini tercantum dalam kutipan novel sebagai berikut.
Aku kadang berpikir, mungkin kami berdua membutuhkan satu sama lain untuk mengukur kekuatan, untuk mengukur sejauh mana kami bisa mengalahkan dan menjadi lebih baik.
d.   Konsisten dalam menjalani hidup. Hal ini tercantum dalam kutipan novel sebagai berikut.
Aku ingat pesan Kyai Rais, “Berusahalah untuk mencapai sesuatu yang luar biasa dalam hidup kalian selama tiga samapai lima tahun. Konsistenlah selama itu, maka insya Allah akan ada terobosan prestasi yang tercapai.”....
e.    Menulis sebagai obat awet muda. Hal ini tercantum dalam kutipan novel sebagai berikut.
“Ketika dia meninggal di Maroko pada umur 72, yang dikuburkan hanya jasad dan kafannya. Sementara semua tulisannya tetap hidup, tetap mengirim kebaikan dan manfaat kepadanya sampai sekarang, hampir 800 tahun kemudian. Pada hakikatnya dia tetap awet muda dengan segala tulisan dan bukunya yang kita pegang sekarang, walau pada kenyataannya jasad dia sudah dilebur Bumi.”
f.     Setiap kesulitan ada kemudahan. Hal ini tercantum dalam kutipan novel sebagai berikut.
“Siapa tahu ini peluang mengembangkan usaha. Waktu aden mengaji di surau di kampung dulu, angku guru selalu bilang ayat innamaal ‘usri yusra. Bersama setiap kesulitan itu ada kemudahan...
g.    Konsep timbal balik dalam kehidupan. Hal ini tercantum dalam kutipan novel sebagai berikut.
.... Semoga kerja kerasku membaca buku TOEFL dan GRE setiap hari sejak berbulan-bulan lalu akanmembuahkan hasil bagus. Aku percaya dengan man yazra’ yahsud. Siapa yang menanam, akan menuai.
h.    Konsep ketidaktahuan. Hal ini tercantum dalam kutipan novel sebagai berikut.
An nasu a’dau ma jahilu. “Manusia itu musuh terhadap apa yang dia tidak tahu.”
i.      Konsep bekerja keras. Hal ini tercantum dalam kutipan novel sebagai berikut.
Apa yang dipertunjukkan MU hari ini sungguh berkesan di hatiku. Perjuangan tidak boleh berakhir, bahkan ketika semua tampaknya akan gagal. Sebelum titik darah penghabisan dan peluit panjang, tidak ada kata menyerah. Terus berjalan, terus maju, sampai ujung tujuan. Man saara ala darbi washala. Sebuah konsistensi mengalahkan ketidakmungkinan...
j.      Konsep kemenangan. Hal ini tercantum dalam kutipan novel sebagai berikut.
Sedangkan untuk Randai, aku menulis sebuah e-mail panjang tentang pengalamanku di Amerika. Memenangkan sebuah kompetisi setelah merasa direndahkan itu sangat menyenangkan. Sekali lagi: underdog can win....
k.    Konsep tentang sesuatu yang berjumlah banyak atau kemajemukan. Hal ini tercantum dalam kutipan novel sebagai berikut.
“Kalau orientasi selalu untuk mendapat keturunan yang banyak, maka yang banyak itu tidak selalu berkualitas. Ada pepatah, ‘iza katsura rakhusa’. Kalau banyak jadi murahan....
l.      Jangan bergantung pada orang lain. Hal ini tercantum dalam kutipan novel sebagai berikut.
.... Semua orang sibuk dengan masalah mereka masing-masing. Saatnya untuk i’timad ala nafsi. Harus bertopang pada diri sendiri dan Yang Mahakuasa.
m.  Jangan terlalu merasa memiliki sesuatu. Hal ini tercantum dalam kutipan novel sebagai berikut.
Kepada Ustad Fariz aku berkeluh kesah. Dia menasehati, “Kehilangan memang memilukan. Tapi kehilangan hanya ada ketika kita sudah merasa memiliki. Bagaimana kalau kita tidak pernah merasa memiliki? Dan sebaiknya kita jangan terlalu merasa memiliki. Sebaliknya, kita malah yang harus merasa dimiliki. Oleh Sang Maha Pemilik.”
n.    Anjuran untuk menulis. Hal itu tercantum dalam kutipan di dalam novel sebagai berikut.
Mungkin benar juga kata pepatah yang konon berasal dari Imam Al-Ghazali, “Jika kau bukan anak raja dan juga bukan anak ulama besar, maka menulislah.”....
o.    Jangan terbuai keamanan. Hal itu tercantum dalam kutipan di dalam novel sebagai berikut.
.... Aku hanya menggeleng. Ingatanku kembali ke pesan Kyai Rais, “Jangan gampang terbuai keamanan dan kemapanan. Hidup itu kadang perlu beradu, bergejolak, bergesekan. Dari gesekan dan kesulitanlah, sebuah pribadi akan terbentuk matang....
p.    Konsep tentang impian dan kenyataan. Hal itu tercantum dalam kutipan di dalam novel sebagai berikut.
.... Aku tertunduk di depan kosku, diantara tumpukan kardus. Aku belajar satu hal baru. Memang impian bisa menjadi nyata tapi yang nyata bisa jadi hampa.
q.    Konsep keindahan. Hal itu tercantum dalam kutipan di dalam novel sebagai berikut.
“.... dulu hanya merayap di ranting, kini terbang bebas ke angkasa. Dulunya ulat yang lemah dan jelek kini jadi rama-rama bersayap indah. Sesuatu itu bisa indah pada waktunya.”
r.     Manusia yang paling baik. Hal itu tercantum dalam kutipan di dalam novel sebagai berikut.
“Kalau di pesantren kami diajarkan nasihat Nabi yang bilang: khairunnas anfa’uhum linnas. Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat buat orang lain. Nah bermanfaat kan bisa pakai apa saja yang kita punya. Bahkan tersenyum saja sudah manfaat untuk menyenangkan hati orang yang melihatnya. Manusia yang bermanfaat adalah manusia terbaik. The most successful person,” jawabku.

PENUTUP
Novel “Rantau 1 Muara” merupakan novel terakhir dari trilogi “Negeri 5 Menara” setelah “Ranah 3 Warna”. Unsur intrinsik yang membangun novel “Rantau 1 Muara” sama seperti unsur intrinsik karya sastra yang lain. Tema dari novel “Rantau 1 Muara” adalah tentang “Cinta dan Perjuangan”. Tokoh-tokoh yang mendukung jalannya cerita ada tokoh Alif Fikri atau tokoh Aku, Dinara, Mas Garuda, Ibu Odah atau Ibu kos, Bang Togar, Pak Wangsa, Kang Maman, Pak Endang, Randai, Pak Imin, Ustad Salman, Mba Eva, Uda Ramon, Pasus Warta, Mas Aji, Mas Malaka, Dida, Jenderal Broto, Ibu Utami, Amak, Hilda, Mas Nanda, Ustad Fariz, Tom Watson, Prof. Deutsch, Ustad Fariz, Perwira, Menteri Roddick, Mas Galih, Mas Rama, Rio, Arum, Tere, Mama Mona, dan Mas Tegal.
Latar atau setting yang digunakan dalam novel “Rantau 1 Muara” ada di kantor, rumah mas Nanda, apartemen, kampung halaman tokoh Alif Fikri, Washington DC, dan New York City. Alur yang digunakan penulis dalam novel ini adalah alur Flash Forward atau alur maju. Gaya bahasa yang digunakan adalah dengan menggunakan majas metafora, aptromorfisme, aptronim, alusio, litotes, simbolik, antonomasia dan simile.
Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam novel ini adalah orang ketiga pelaku utama atau Author Participant Main character. Amanat yang hendak disampaikan pengarang melalui novel ini adalah kesungguhan dalam menggapai cita-cita, jangan sombong, hidup adalah perjuangan, konsistensi dalam hidup, menulis sebagai obat awet muda, konsep timbal balik dalam kehidupan, konsep bekerja keras, konsep ketidaktahuan, konsep kemajemukan, konsep kemenangan, jangan mengandalkan orang lain, dan jangan terlalu merasa memiliki sesuatu.



DAFTAR PUSTAKA
Jakop Sumardjo. dan Saini K.M. 1997. Apresiasi Kesusasteraan. Jakarta: Gramedia.
Hadidarsono, Kusneni.----. Pengkajian Cerita Rekaan. Purwokerto: ----
J.Waluyo, Herman. 2003. Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita Graha Widia.
Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta.: Gajah Mada University Press.



SINOPSIS
Sepulangnya aku dari Kanada, aku tidak memiliki uang untuk membayar uang kuliah dan kost yang telah ditinggalkan selama satu tahun. Namun, aku masih diberi rezeki-Nya melalui tulisan-tulisan yang pernah aku kirim ke koran Bandung selama alu di Kanada. Aku emndapatkan tawaran untuk menjadi penulis tetap di koran “Warta Bandung”. Namun krisis moneter yang melanda Indonesia membuat aku diputuskan dari kontrakku sebagai penulis tetap. Kehancuran perekonomian negara membuat aku menjadi orang yang terjajah oleh hutang. Setelah berkirim surat lamaran pekerjaan ke berbagai perusahaan, hanya penolakan yang aku dapatkan. Hingga suatu hari aku mendapatkan pekerjaan di Jakarta. Namun saat aku akan pindah ke Jakarta, sebuah surat kilat khusus aku terima yang berisi penundaan peneriaam karyawan.
Hal yang diajarkan Ustad Salman saat di Pondok  Madani dulu adalah menulis sebagai obat awet muda. Setelah berusaha sekuat tenaga, aku mendapatkan pekerjaan untuk menjadi wartawan di majalah Derap. Di hari pertama meliput, aku mendapatkan sebuah amplop harum yang menghilangkan semua pertanyaan-pertanyaan kritisku. Karena tidak tahan, aku pun segera mengembalikannya. Aku dan Pasus belum mendapatkan kos-kosan, sehingga aku mengikuti ajakan Pasus untuk tinggal di ruang kliping. Namun tak bertahan lama, kantor segera direnovasi. Aku dan Pasus akhirnya tinggal di musala kantor. Prinsip yang dipegang oleh Mas Aji dalam menjalankan majalah Derap adalah dengan tidak menerima sogokan dari narasumber agar mendapatkan berita yang berimbang.
Aku bertemu dengan seorang gadis yang sedang duduk di sofa merah. Dalam sekejap menatap matanya aku langsung jatuh hati. Karena memikirkan pandangan mata yang sekilas tadi, aku terlambat masuk ruang rapat dan mendapatkan hukuman mengecek jumlah korban meninggal dunia akibat kerusuhan. Selama masa pasca reformasi, para wartawan disibukkan dengan mencari kebenaran tentang korupsi yang terjadi di Indonesia pada masa Orde Baru. Tugas wawancara Pasus dengan salah satu konglomerat yang dianggap terlibat mega korupsi di Indonesia membuat tulisan Pasus menjadi berita utama di majalah Derap. Aku berhasil mewawancarai Jenderal Broto yang terkenal anti wartawan dan aku bertemu lagi dengan gadis yang aku taksir karena dia juga bekerja di Derap. Hasil wawancaraku dengan Jenderal Broto menjadi berita utama.
Saat aku pergi ke musala untuk menunaikan salat, aku bertemu dengan Dinara, wanita yang aku taksir. Dia mengajak untuk salat berjamaah dan aku mengiyakan. Saat itu menjadi saat yang paling berharga bagiku. Pernah sekali aku dan Dinara ditugaskan bersama ke Bogor. Saat naik kereta, aku dan Dinara mengobrol banyak hal. Dari obrolan itu, aku dan Dinara semakin dekat. Bahkan keesokan harinya dia memanggilku dengan sebutan “Abang”. Aku ingin mencari tahu isi hati Dinara. Karena tidak ada orang yang tahu, satu-satunya jalan adalah dengan bertanya langsung padanya. Aku berani, tapi aku malu. Dengan bantuan Dinara, aku mendapatkan beasiswa kuliah S2 di Amerika. Aku pun meminta doa restu kepada Amak. Namun sikap Dinara berbeda saat tahu aku akan segera kuliah di sana selama dua tahuan.
Dinara semakin menghindari aku. Entah apa yang ada di dalam hati dan pikirannya. Saat aku berangkat, Dinara hanya memberikan secarik kertas bertuliskan “call me”. Setibanya di Washington DC, akupun langsung menelepon Amak dan Dinara. Di Washington, aku bertemu dengan mas Garuda yang bersedia memberi aku tumpangan sampai aku memiliki apartemen sendiri. Selama kuliah di sana, banyak ilmu yang aku dapatkan, terutama dari Prof. Deutsch. Aku bertemu dengan Ustad Fariz yang merupakan alumni Pondok Madani juga. Saat Ustad Fariz berceramah mengenai pernikahan, aku membayangkan satu wajah.
Aku memantapkan niat untuk mengatakan perasaanku terhadap Dinara dan melamarnya, hingga akhirnya Dinara menerimaku. Beragam cara aku lakukan untuk meminta restu dari papanya Dinara. Karena banyaknya pikiran dan tubuh yang terus menerus digunakan untuk bekerja, aku jatuh sakit. Dinara memberikan berita baik. Dia mendapatkan beasiswa di Inggris. Namun dari percakapan itu, aku dan Dinara malah bertengkar. Tetapi pada akhirnya beasiswa Dinara dapat ditunda dan rencana kita untuk menikah segera terlaksana.
Aku memboyong Dinara ke Washington DC. Namun karena penghasilanku yang masih minim membuat Dinara hemat habis-habisan. Kebosanan Dinara menjadi ibu rumah tangga terbayarkan saat kami mendapat tugas dari mas Aji. Aku dan Dinara kembali bertengkar, bahkan ini lebih hebat karena saling menyakiti dengan ucapan masing-masing. Aku dan Dinara kembali mendapat tugas dari mas Aji untuk mewawancarai menteri pertahanan Amerika Serikat.
Surat izin kerja Dinara sudah keluar dan dia mendapatkan pekerjaan di perpustakaan Borders. Kebahagiaan kami bertambah saat Dinara diperbolehkan membawa buku sebanyak-banyaknya secara gratis dari perpustakaan Borders dan kami menikmati Cherry Festival pada musim semi. Mas Garuda kini pindah dan bekerja di New York. Aku dan Dinara kini bekerja di ABN. Banyak sekali ide-ide kreatif yang disampaikan Dinara untuk mendapatkan berita bagus, hingga akhirnya kami mencoba mewawancarai Mama Mona yang disebut sebagai penyalur tenaga kerja ilegal di Amerika. Namun, bukannya kami yang mengintrogasi, malah kami yang diintrogasi olehnya.
Gedung kembar di Manhattan diserang oleh teroris dengan menabrakkan pesawat untuk menghancurkannya. Wilayah itu adalah tempat kerja mas Garuda. Aku mencoba mencari mas Garuda dan mas Nanda yang saat itu janjian untuk bertemu di gyro yang dekat dengan gedung kembar. Aku tenggelam dalam kesedihan karena masih tidak mengetahui kabar mas Garuda.
Tanpa disengaja aku bertemu dengan sahibul menara, Raja dan Atang di London. Setelah tiga tahun tinggal di Amerika, aku berfikir untuk pulang ke Indonesia dan rencana itu disambut baik oleh Dinara. Aku dan Dinara berencana berkeliling Eropa sebelum sampai di tanah air. Saat kami sudah mantaap untuk pulang ke Indonesia, aku mendapatkan tawaran kerja di EBC, tempat yang aku idamkan. Namun tawarn itu aku tolak. Aku dan Dinara pulang ke tanah air.

4 komentar:

  1. THX kaka ngebantu tugas bahasa indonesia ku kelas 8 banget...telimakacii kaka ^^

    BalasHapus
  2. terimakasih atas postingannya, lanjutkan tulisannya ya , semoga terus bermanfaat bagi hal layak yang membutuhkna ;)

    BalasHapus