tan asuwé
ring awan,
|
Maka tak
lama mereka berada di jalan
|
dhateng ta
ya ring bumipata<l>a, hana ta ya srijati dumilah sadakala lonya
sêndriya, sêndriya ngaranya, sôlih ing mata tumingal, hana ta babahan
kapanggiha denira sang Kuñjarakarna, inĕbnya tambaga, lereganya salaka, tuwin
ku<ñ>cinya mas,
|
Dan
sampailah di dunia bawah. Maka adalah sebuah pohon jati yang senantiasa
menyala. Tebal batangnya satu indera. Maksudnya hanya satu pemandangan mata.
Lalu sang Kuñjarakarna melihat ada pintu, panelnya dari tembaga, lacinya dari
perak, dan kuncinya dari emas.
|
ta<m>bak
lalénya w<e>si, ikang hawan sad<e>pa saroh lonya,
|
temboknya
dari besi, jalannya selebar satu depa dan satu roh
|
inurap
rinata-rata ginomaya ring tahining le<m>bu kanya,
|
dibersihkan,
diratakan dan dibersihkan dengan tinja sapi perawan betina
|
tinaneman
ta ya handong bang, kayu puring, kayu masedhang asinang, winoran asep dupa,
mrabuk arum ambunika sinawuran kembang ura, pinujan kembang pupungon,
|
diberi
tanaman andong merah, puring dan pohon-pohon yang sedang berbunga
harum. Berbaurlah dengan asap dupa, harum semerbuk dan ditebar dengan bungan
sebaran. Bunga-bunga yang sedang berkembang diberikan sebagai kehormatan
|
ya ta
matanyan maruhun-ruhunan ikang watek papa kabèh winalingnya
|
itulah
sebab para orang berdosa berbondong-bondong semua. Salah pikiran mereka,
|
dalan
maring swarga ri hidhepnya
|
dikira
jalan menuju ke sorga.
|
Jumat, 30 Mei 2014
terjemahan bahasa jawa kuno
analisis morfologi kata "pemukiman"
MENGANALISIS KATA DALAM BAHASA
INDONESIA
PEMUKIMAN
Pemukiman
berasal dari kata “mukim” yang berarti tempat tinggal atau kediaman dan
mendapat afiks peN-an, sehingga menjadi “pemukiman” yang berarti daerah untuk
bertempat tinggal.
Analisis
kata :
·
Memukimkan : meN- + mukim + -kan
memukimkan
berarti menyuruh untuk bertempat tinggal.
·
Memukimi :
meN- + mukim + -i
contoh : Para
transmigran itu memukimi daerah yang
tidak berpenduduk padat di luar Jawa.
memukimi berarti bertempat tinggal.
·
Mempermukimkan :
meN- + per + mukim + -kan
contoh :
Pemerintah daerah mempermukimkan para
gelandangan di tempat rehabilitasi.
mempermukimkan berarti
melakukan kegiatan pada orang lain untuk menetap.
·
Mempermukimi :
meN- + per + mukim +- i
contoh : Saat
ini, suku Bugis mulai telah mempermukimi beberapa
kabupaten di Sulawesi Selatan.
mempermukimi berarti bertempat tinggal secara tetap.
·
Dimukimkan :
di- + mukim + -kan
contoh :
Penduduk di daerah Jawa dimukimkan di
daerah luar Jawa sebagai upaya pemerintah mengatasi kepadatan penduduk.
dimukimkan berarti diberikan tempat tinggal.
·
Dimukimi : di- + mukim + -i
contoh : Purwokerto kini mulai dimukimi
oleh para pendatang yang berstatus sebagai mahasiswa.
dimukimi
berarti
dijadikan tempat tinggal.
·
Dipermukimkan :
di- + per + mukim + -kan
dipermukimkan berarti
disuruh untuk bertempat tinggal.
·
Dipermukimi :
di- + per + mukim + -i
contoh : Wilayah yang tanahnya subur
banyak dipermukimi oleh penduduk yang
profesinya sebagai petani.
dipermukimi
berarti
daerah yang dijadikan tempat tinggal.
·
Termukimkan :
ter- + mukim + -kan
contoh : Para
tuna wisma termukimkan di daerah luar
Jawa.
termukimkan berarti diberi tempat tinggal.
·
Tepermukimkan :
ter- + per + mukim + -kan
contoh : Anak-anak yang diculik dari
orang tuanya tepermukimkan di tempat
rehabilitasi bersama dengan para gelandangan.
tepermukimkan
berarti
tidak sengaja menempati tempat tinggal.
·
Termukimi :
ter- + mukim +-i
termukimi berarti ditempati.
·
Tepermukimi :
ter- + per + mukim + -i
contoh : Pulau
Kalimantan tepermukimi oleh para
transmigran.
tepermukimi berarti dijadikan tempat tinggal.
ARTIKEL BUBUR TINUTUAN
BUBUR TINUTUAN
Bubur
tinutuan merupakan makanan khas masyarakat daerah Manado, Sulawesi Utara. Bubur
tinutuan awalnya dikenal sebagai makanan khas masyarakat Minahasa. Namun kini,
bubur tinutuan dikenal secara nasional sebagai makanan khas Manado dan bahkan
sekarang banyak juga digemari oleh para turis asing. Siapa yang menyangka bahwa
makanan yang menjadi moto kota Manado ini tercipta dari sebuah ketidaksengajaan
seorang petani.
Dulu,
ada seorang petani yang kemalaman di kebunnya, sehingga ia memutuskan untuk
bermalam saja di kebunnya itu. Karena kelaparan, petani itu mencari bahan-bahan
yang dapat digunakan untuk dia masak sebagai pengganjal perutnya. Namun, tak
semua bahan itu ada, sehingga ia menggunakan bahan seadanya untuk diramu
menjadi sebuah masakan. Pada saat itu yang tersedia hanya sedikit beras dan
garam. Juga tidak ada lauk,
tidak ada minyak goreng. Kebiasaan petani di Minahasa adalah selalu menyediakan
garam di pondoknya. Peralatan untuk memasak pun, hanya ada sebuah belanga.
Bermodalkan keterbatasan ini, si petani menemukan ide praktis.
Ia
mengambil beras lalu menanaknya dengan air banyak sehingga menjadi encer
seperti bubur. Karena tidak ada lauk, maka yang dapat ia lakukan hanyalah
mengumpulkan sayur-sayuran sebagai bahan tambahan. Itu pun yang ada di sekitar
kebunnya. Tanaman sayur-sayuran itu meliputi labu (sambiki), daun gedi, pucuk
daun sambiki, rebung dari bambu pagar, buah taruptup (tumbuhan hutan yang
berbuah seperti tomat), pucuk daun pepaya, dann lain-lain. Sesudah masakan ini
selesai ia membuat sambal yang disebut dabu-dabu lilang. Sambal ini dinamakan
dabu-dabu lilang karena waktu mengolahnya tidak ada cobek, sehingga ia
menggunakan sebilah parang yang di Minahasa disebut “lilang”. Saat itu tinutuan
dinikmati dengan saguer (sagu aer) yaitu
nira yang disadap dari pohon seho (Aren). Namun kini resepnya mulai disesuaikan
dengan menambahkan bahan dan bumbu lain.
Resep bubur manado atau tinutuan yang
saya kutip dari duniakulinernusantara.blogspot.com adalah :
1. Bahan-bahan
- beras pulen 100 gram, cuci
bersih dan sisihkan
- ubi jalar kuning 200 gram,
potong kecil-kecil
- labu kuning 200 gram, potong
kecil-kecil
- jagung manis 2 biji, sisir
bijinya.
- daun bayam 100 gram
- daun kangkung 100 gram
- 1 batang daun bawang, iris kasar
- 20 helai daun kemangi
- 2 sendok teh garam
- 2 tangkai daun lelem
- sambal rawit
- ikan asin jambal roti, potong
kecil, goreng
- 1 liter air
2.
Cara Membuat Bubur Manado (Tinutuan)
1. Pertama-tama, didihkan air.
2. Masukan beras sampai setengah masak.
3. Masukan ubi, jagung, dan labu. Masak hingga layu.
4. Tambahkan juga kangkung, daun bayam, daun kemangi dan
lelem.
5. Masak sambil sesekali di aduk-aduk sampai layu.
6. Tambahkan garam, aduk rata.
7. Angkat dan sajikan
Tinutuan ini biasanya disajikan untuk sarapan pagi. Tinutuan
dapat disajikan dengan ikan asin serta berbagai macam pelengkap
hidangan. Di Manado, tinutuan disajikan dengan perkedel
nike, sambal
roa (rica roa, dabu-dabu roa), ikan cakalang fufu atau tuna asap dan perkedel jagung. Tinutuan yang disajikan bersama mi disebut midal. Akhiran dal tersebut berasal dari kata pedaal
yakni nama lain untuk tinutuan khusus di wilayah Minahasa Selatan yang merupakan wilayah subetnis Tountemboan di Minahasa.
Tinutuan juga dapat dicampur dengan sup kacang merah yang disebut brenebon. Tinutuan yang dicampur dengan brenebon ini kadang juga
ditambahkan tetelan sapi, yang konon dipercaya orang yang memakannya dapat menarik
"roda" (gerobak). Pada komunitas Kristen di Manado, tinutuan yang dicampur dengan brenebon ini dapat
juga disajikan khusus yaitu dengan ditambahkan kaki babi, biasanya pada acara khusus seperti
acara tumpah makan yaitu pada hari pengucapan
syukur di
Manado.
Tinutuan dipakai menjadi moto kota Manado sejak kepemimpinan Wali Kota Jimmy
Rimba Rogi dan Wakil
Wali Kota Abdi
Wijaya Buchari
periode 2005-2010, menggantikan moto Kota Manado sebelumnya yaitu Berhikmat. Pemerintah
Kota Manado melalui Dinas Pariwisata setempat pada tahun 2004 (ada juga yang
mengatakan pada pertengahan tahun 2005) menjadikan Kawasan Wakeke, Kecamatan Wenang, Kota Manado, sebagai lokasi wisata makanan khas
tinutuan. Titunuan sendiri berarti semrawut atau campur aduk dalam bahasa
Minahasa.
RESENSI BUKU "THE POWER OF SILATURRAHMI"
MENYAMBUNG
TALI PERSAUDARAAN
Judul :
The Power of “Silaturrahmi”
Penulis :
Yusuf Abdussalam
Penerbit :
Media Insani
Tahun terbit :
2007
Tebal buku :
VIII + 104 halaman
Harga :
Rp 10.000, 00
Pada dasarnya, manusia merupakan makhluk sosial.
Manusia harus berinteraksi dengan sesamanya sebagai kebutuhan hidup. Interaksi
antar sesama memiliki banyak manfaat. Selain sebagai pemersatu, dengan
berinteraksi kita juga dapat belajar banyak hal seperti memahami orang lain dan
menjadi pribadi yang lebih baik, karena saat berinteraksi individu dituntut
untuk tidak egois dan bersifat kolektif.
Buku ini membahas tentang hubungan silaturrahmmi
dengan kesuksesan seseorang. Di dalam buu ini dituliskan berbagai manfaat dari
silaturrahmi, yakni:
1. “Allah
memerintahkan kita untuk membina hubungan baik dengan para kerabat dekat dan
untuk saling mencintai dengan mereka. Namun dalam hal mencintai ini ada
pengecualian yakni apabila mereka kafir maka tidak boleh bagi kita untuk
mencintai mereka;
2. Allah
akan menyegerakan pahala silaturrahmi di dunia ini kepada para pelakunya;
3. Silaturrahmi
adalah sebuah cara untuk mencari kelapangan dalam urusan dunia;
4. Allah
dan Rasul-Nya mendorong manusia untuk bersilaturrahmi, yang berarti pula bahwa
Allah dan Rasul-Nya mendorong manusia untuk mencari kelapangan hidup;
5. Silaturrahmi
akan melapangkan rezeki, memanjangkan umur, mencegah hidup kekurangan, serta
mencegah kematian yang buruk.” (halaman 7)
Buku ini juga membahas mengenai uraian-uraian yang
menjelaskan konsep-konsep silaturrahmi dan membahas bagaimana caranya supaya
tali silaturrahmi dapat terjaga dengan baik, yakni dengan cara:
1. “Menjaga
dan mengendalikan lisan;
2. Allah
senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong sesamanya;
3. Bersabar
menghadapi fitnah dan gangguan;
4. Menghindari
pamrih dunia;
5. Mencintai
orang-orang lemah;
6. Berusaha
mendahului.” (halaman 79)
Manfaat silaturrahmi yang sering terasa adalah
kelapangan rezeki. Sebab orang yang pintar menjaga silaturrahminya berarti
rezekinya berlimpah, meskipun banyak faktor lain yang juga dapat
mempengaruhinya. Rezeki itu bukan hanya kenikmatan di dunia, tetapi juga
akhirat.
Banyak sekali contoh kelapangan rezeki yang
dirasakan oleh semua orang, terutama pengusaha. Banyak pengusaha yang sukses
karena hubungan silaturrahmi yang baik dengan rekan kerjanya. Suatu bisnis bisa
berjalan dengan lancar jika pembisnisnya memiliki banyak relasi yang baik.
Buku ini penting dibaca, terutama bagi Anda yang
menginginkan berusaha namun tidak memiliki modal uang. Bagi kita, saat akan
mendirikan usaha pasti diidentikkan dengan uang. Padahal banyak usaha yang
mengandalkan silaturrahmi yang baik, misalnya sales atau bagian pemasaran.
Selain itu, buku ini juga membahas silaturrahmi secara rinci disertai
terjemahan ayat-ayat Al Quran dan Al Hadist.
Dengan bahasa yang mudah dipahami, ringan dan santai
membuat pembaca mudah untuk mendapatkan maksud dari buku ini. Setelah pembaca
memahami maksud dari buku ini, pembaca diharapkan dapat mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan kertas putih membuat buku ini tidak
bosan dibaca, serta ketebalannya yang hanya 104 halaman membuat orang tidak
sungkan untuk membacanya karena pembacaannya bisa diselesaikan hanya dalam
waktu satu atau dua hari saja.
Namun, buku ini juga memiliki kelemahan seperti tidak
diberikan kata pengantar dan biografi penulis, sehingga sulit untuk mencari
tahu latar belakang kehidupan pengarang. Juga membahas mengenai
kelemahan-kelemahan kita yang sebenarnya itu bukan ranah pembahasan
silaturrahmi.
Buku The Power
of “Silaturrahmi” ini dipersembahkan kepada mereka yang ingin menangkap
kekuatan nyata silaturrahmi. Buku ini berisi tentang uraian-uraian yang
menjelaskan konsep-konsep silaturrahmi dan ditulis dengan maksud agar pembaca
dapat berpikir optimis dan tidak takabur untuk menjaga kesuksesannya agar
kesuksesannya menjadi sukses yang sejati.
ARTIKEL MUSIK KERONCONG
KEBUDAYAAN
GENERASI
BARU, INOVASI BUDAYA BARU
Tanggal 13-15 September 2013 lalu,
kota Surakarta atau yang lebih dikenal kota Solo mengadakan acara “Solo
Keroncong Festival (SKF)”. Festival yang diadakan di Balai Kota Solo itu
dihadiri oleh anak-anak muda sebagai pengisi acara atau penampil yang berasal
dari berbagai daerah di Indonesia.
Akar musik keroncong itu sebenarnya berasal dari sejenis musik Portugis yang
disebut fado yang
diperkenalkan oleh para pelaut dan budak kapal niaga bangsa itu sejak
abad ke-16 kepada Nusantara. Masuknya musik
ini pertama kali dari daratan India (Goa) di Malaka dan kemudian dimainkan
oleh para budak dari Maluku. Melemahnya
pengaruh Portugis pada abad ke-17 di Nusantara tidak dengan serta-merta berarti
hilang pula musik ini. Bentuk awal musik ini disebut moresco yang
merupakan sebuah tarian asal Spanyol, seperti polka tetapi lebih lamban ritmenya.
Musik keroncong telah mengalami evolusi yang panjang, yakni sejak
kedatangan orang Portugis di Indonesia pada tahun 1522 dan hadirnya pemukiman
para budak di daerah Kampung Tugu tahun 1661. Hal ini menjadi masa evolusi awal musik keroncong yang
panjang pada tahun 1661 hingga tahun 1880. Hampir dua abad lamanya,
namun belum memperlihatkan identitas keroncong yang sebenarnya dengan
suara crong-crong-crong, sehingga boleh dikatakan musik keroncong belum lahir tahun 1661-1880.
Musik keroncong mengalami masa evolusi pendek terakhir sejak tahun 1880
hingga kini, dengan tiga tahap perkembangan terakhir yang sudah berlangsung dan
satu perkiraan tahap perkembangan baru yakni keroncong millenium. Tonggak awal
itu terjadi pada tahun 1897, saat penemuan ukulele di Hawai yang segera menjadi
alat musik utama dalam keroncong karena suara ukulele yang crong-crong-crong.
Tahap
perkembangan musik keroncong itu ada empat, yaitu masa keroncong tempo doeloe
(1880-1920), masa keroncong abadi (1920-1960), masa keroncong modern
(1960-2000), serta masa keroncong millenium (2000- kini). http://id.wikipedia.org/wiki/Keroncong
Masa
keroncong tempo doeloe berawal dari ukulele yang ditemukan pada tahun 1879,
sehingga diperkirakan pada tahun 1880 keroncong baru muncul yaitu di daerah
Tugu, kemudian menyebar ke selatan menuju daerah Kemayoran dan Gambir, seperti
yang dicantumkan dalam lirik lagu Kemayoran dan Pasar Gambir tahun 1913. Pada
tahun 1891 lahir Komedi Stamboel yang berasal dari kota Surabaya yang jenis
musik keroncongnya menyerupai Pentas Gaya Istanbul. Komedi Stamboel mengadakan
pertunjukan keliling di Hindia Belanda, Singapura dan Malaya melalui jalan
kereta api maupun kapal laut. Pertunjukan-pertunjukan yang disajikan meliputi
cerita 1001 Malam dan cerita Eropa, baik cerita opera maupun cerita rakyat,
termasuk juga hikayat India dan Persia. Selingan antar adegan dan pembukaan
dalam pertunjukan itu disajikan musik mars, polka, gambus dan keroncong.
Pada
waktu itu, lagu yang dibawakan oleh Stambul berirama cepat, sehingga warga
kampung Tugu maupun Kusbini menyebutnya sebagai Keroncong Portugis, sedangkan Gesang menyebutnya sebagai Keroncong Cepat yang telah berbaur
dengan Tanjidor, musik asli Betawi. Periode tempo doeloe ini melahirkan bentuk
keroncong yang khas di Makassar, Sulawesi Selatan yang dikenal sebagai Musiq Losquin Bugis dengan lagunya
Ongkona Arumpone yang dinyanyikan oleh Sukaenah B.Salamaki. Irama musik
keroncong ini tanpa seruling, biola dan selo, tetapi dengan melodi gitar yang
kental. Hal ini menyerupai gaya Tjoh de
Fretes, Orkes Keroncong (OK) yang berasal dari Ambon.
Ada
garis kesamaan antara Orkes Keroncong (OK) Cafrino
Tugu (Kr. Pasar Gambir), Lief Java
(Kr. Kali Brantas), Musiq Losquin Bugis
(Ongkona Arumpone), Orkes Hawaian Tjoh de
Fretes (Pulau Ambon) yaitu gaya era
tempo doeloe dengan kendangan selo dan dengan gitar melodi yang kental.
Masa
keroncong abadi dimulai pada tahun 1920 sampai 1960. Pada masa ini, panjang
lagu telah berubah akibat pengaruh musik pop dari Amerika. Musisinya didominasi
dari Filipina seperti Pablo, Samboyan, dan sebagainya. Selanjutnya, pusat
perkembangan beralih ke timur mengikuti jalur kereta api melalui Solo dan
iramanya juga menjadi lebih lamban. Pada masa ini lahir para musisi keroncong Solo
seperti Gesang dan penyanyi legendaris Annie Landouw. Komponis Ismail Marzuki
termasuk hidup dalam era keroncong abadi, namun lagu-lagunya termasuk sangat
modern pada zamanya.
Gambang
Keromong adalah salah satu gaya keroncong yang dikembangkan oleh Etnis
Tionghoa. Gambang adalah alat musik bilah kayu seperti marimba, sedangkan
keromong adalah istilah lain dari kempul yang dikembangkan sekitar tahun 1922
di Kemayoran, Jakarta. Setelah itu, berkembang pula di Semarang sekitar tahun
1949 seperti yang tercantum dalam lagu Gambang Semarang. Sebenarnya, Gambang
Keromong yang lahir pada masa keroncong
abadi adalah cikal bakal Campursari yang lahir pada masa keroncong
modern. Pada masa akhir dari keroncong abadi, yakni tahun 1920 sampai 1960
merupakan masa keemasan (Golden Age)
bagi musik keroncong.
Masa
keemasan (Golden Age) musik keroncong
berawal dari tahun 1952, saat Radio Republik Indonesia (RRI) menyelenggarakan
perlombaan Bintang Radio dengan tiga jenis lomba yaitu keroncong, hiburan dan
seriosa. Selain itu, diadakan juga lomba mencipta lagu keroncong. Salah satu
pemenangnya adalah musisi Kusbini dengan lagunya “Keroncong Pastoral”.
Dalam
perkembanganya, masuk sejumlah unsur-unsur tradisional dalam musik keroncong.
Misalnya penggunaan seruling, serta penambahan beberapa atau bahkan seluruh
komponen gamelan. Pada sekitar abad ke-19, bentuk musik campuran ini sudah
populer di nusantara, bahkan hingga ke Semenanjung Malaya. Masa keemasan ini
berlanjut hingga sekitar tahun 1960-an, tetapi kemudian meredup akibat masuknya
gelombang musik populer. Jenis musik itu adalah musik rock yang berkembang tahun 1950 dan musik beatle yang berjaya pada tahun 1961 hingga sekarang. Meskipun
demikian, musik keroncong tetap dimainkan dan dinikmati oleh berbagai lapisan
masyarakat Indonesia dan Malaysia hingga sekarang.
Masa
keroncong modern terjadi pada tahun 1960-2000. Pada masa ini, perkembangan
musik keroncong masih berada di daerah Solo dan sekitarnya. Saat itu muncul
berbagai gaya dan musisi baru yang berbeda dengan masa keroncong abadi, serta
sebagai pembaruan terhadap musik keroncong sesuai dengan lingkunganya. Awal
dimulainya musik keroncong modern adalah tidak berlakunya semua aturan baku
atau pakem dalam musik keroncong, karena
mengikuti aturan baku (pakem) musik
pop yang berlaku universal. Misalnya tangga nada minor, rangkaian harmoni
diatonik dan kromatik, akord disonan, serta sifat politonal atau atonal pada
campursari. Dalam gaya baru ini terdapat irama nuansa dangdut atau congdut, dan
pada tahun 1998 musik rap mulai masuk
dalam musik keroncong seperti yang dilantunkan oleh Bondan Prakoso.
Masa
keroncong millenium dimulai dari tahun 2000 hingga kini. Walau pun musik
keroncong di era millenium belum menjadi bagian dari industri musik pop
Indonesia, tetapi beberapa pihak masih mengapresiasi musik keroncong. Kelompok “Keroncong
Merah Putih” yang berasal dari Bandung misalnya, mereka masih aktif melakukan
pertunjukan musik keroncong. Selain itu, Bondan Prakoso dan grupnya juga menciptakan
komposisi berjudul “Keroncong Protol” yang telah berhasil memadukan musik gaya rap dengan latar belakang musik
keroncong. Pada tahun 2008 dalam acara “Solo International Keroncong Festival”,
Harmoni Chinese Music Group membuat
suasana lain dengan memasukan alat musik tradisional Tiong Hoa dan menamainya
sebagai Keroncong Mandarin.
Berawal
dari Solo International Keroncong
Festival tahun 2008, membuat kota Solo semakin mantap untuk terus
melaksanakan acara festival keroncong sebagai bentuk pelestarian budaya
nusantara. Tema yang disajikan dalam Solo Keroncong Festival tahun 2013 adalah
“Keroncong Musik Segala Usia”. Pihak panitia berharap dengan tema tersebut penampilan
keroncong dari para peserta tidak standar, sehingga para penampil berkreasi
dengan cara menggabungkan unsur-unsur budaya lokal dalam musik keroncong.
Dari
situ lah muncul penampilan-penampilan terbaik dari para peserta orkes keroncong
yang menimbulkan decak kagum penonton. Ditambah lagi dengan para peserta yang
merupakan anak-anak dari usia sekolah dasar sampai mahasiswa, seperti Orkes
Keroncong (OK) Bahana Remaja dari SMP dan SMA Santa Angela Bandung, Komunitas
Keroncong Anak Jombang, Suara 8 dari SMKN 8 Solo, Univet dari Universitas
Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, D’sixtynine dari Cilacap, Bintang Swalayan dari
Salatiga, D’java dari Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Negeri
Surakarta (FSSR UNS), Hamkri dari Sumatra Selatan, Lapsek dari Sawah Lunto
Sumatra Barat, Pesona Dewata dari Bali, Pesona Jiwa dari Jakarta, dll.
Bukan
hanya itu, festival musik keroncong tahun ini juga dimeriahkan oleh orkes
keroncong dari luar negeri, seperti Pantai Barat dari Amerika yang tampil pada Jumat,
13 September 2013 dan D’temasik dari Singapura yang tampil pada hari Sabtu, 14 September
2013. Festival ini juga dihadiri oleh penyanyi rock atau lady rock Mel
Shandy. Penyanyi yang berasal dari Bandung ini tergabung dalam orkes keroncong Pesona
Jiwa. Menurutnya, musik keroncong harus dipertahankan karena itu sebagai salah
satu identitas budaya asli Indonesia. Keroncong yang selama ini identik dengan
musik orang tua, kini telah banyak digandrungi anak-anak muda, karena apresiasi
kaum muda dalam Solo Keroncong Festival sangat tinggi.
Bentuk
awalnya musik keroncong yakni moresco, hanya
diiringi oleh biola, ukulele dan selo. Untuk menyesuaikanya dengan masyarakat
Indonesia, maka diberi tambahan alat musik tradisional seperti rebab, sitar
india, suling bambu, gong, gendang, kenong dan saron. Namun pada saat ini, alat
musik yang biasa digunakan dalam musik keroncong hanya sebagai berikut :
a.
Ukulele cuk
Cuk merupakan salah satu
alat yang diadaptasi dari ukulele yang diperkenalkan oleh pelajar-pelajar Eropa
yang menjelajah di kawasan Timur pada abad ke-16. Cuk berperan sebagai alat
pengiring karena ia cuma digunakan untuk bermain kord saja. Ukulele berasal
dari satu alat yang dikenali dengan nama 'charanga'
yang dibawa dari Hawai. Ukulele digunakan sebagai alat musik utama karena menyuarakan crong-crong-crong, sehingga disebut keroncong.
b.
Ukulele cak
Cak ialah salah satu
alat pengiring dalam permainan keroncong. Cak bergabung dengan alat musik cuk.
Pada masa dahulu, alat yang digunakan untuk mengiringi keroncong adalah Banjo
atau Mandolin dan alat itu dimainkan dengan cara memetik not yang berasaskan
pada kord dan dimainkan dengan cara tertentu.
c.
Gitar
Gitar yang digunakan adalah jenis kotak atau akustik
dan menggunakan tali dawai untuk tali pertama dan kedua. Tali ketiga hingga
keenam dibuat dari dawai yang dibalut dengan logam. Tali nilon tidak digunakan
karena tidak mengeluarkan suara yang sesuai. Gitar memainkan iringan yang
berbentuk counter melody atau adakalanya
rangkaian not-not yang naik ke atas dan menurun dengan berasaskan kord yang
dimainkan. Kord saja yang jarang di petik melainkan untuk memberi tekanan
kepada sesuatu lagu atau pun pada permulaan lagu.
d.
Biola (sebagai pengganti rebab)
Biola merupakan alat yang tidak asing lagi di dalam
seni musik. Alat ini digunakan pertama kali pada tahun 1520. Pada masa dahulu,
biola dibuat dengan tangan. Antonio Stradivari
merupakan pembuat biola terkenal yang berasal dari Italia. Beliau
berjaya menghasilkan biola yang paling tinggi mutunya dan dapat mengeluarkan
suara yang baik, sehingga sampai sekarang beberapa biola buatanya masih ada dan
setiap satuanya berharga jutaan dolar Amerika.
e.
Flute (sebagai pengganti seruling)
Flute
atau yang dikenal juga sebagai seruling telah digunakan sejak abad ke-12. Pada
tahun 2000 SM, flute ditiup pada pangkal alat dan dipegang secara tegak,
bukannya melintang seperti sekarang. Pada era tempo doeloe, suling yang digunakan adalah suling Albert, yakni suling kayu
hitam dengan lubang dan klep, suara agak patah-patah. Suling ini digunakan oleh
orkes keroncong Lief Java, sedangkan pada era keroncong abadi telah memakai suling Bohm yakni suling metal
semua dengan klep, suara lebih halus dengan ornamen nada yang indah. Suling ini
digunakan oleh flutis Sunarno
dari Solo atau Beny
Waluyo dari Jakarta.
f.
Selo (sebagai pengganti kendang)
Selo ialah alat yang
tergolong dari keluarga biola, tetapi dalam keroncong asli ia dipetik (pizzicato) dan mempunyai peranan yang
lebih dinamik dan lincah untuk menambahkan ketegasan rentak. Kini selo
telah diubah dengan menggunakan tiga tali saja. Hal ini untuk memudahkan selo
saat dimainkan karena biasanya hanya tiga tali saja yang digunakan. Di Indonesia
terdapat perusahaan yang membuat selo khas untuk keroncong. Alat selo pertama
kali diperkenalkan pada tahun 1572 yang direka oleh Andrea Amati dari Cremona.
g.
Kontrabas (sebagai pengganti gong)
Kontrabas merupakan
alat terbesar dalam keluarga biola dan mulai terkenal pada awal abad ke-16. Ada
berbagai ukuran yang digunakan mengikuti kehendak pemain. Talinya dibuat dari
dawai dan juga nilon. Kontrabas merupakan alat yang paling mudah dimainkan karena
ia menekankan rentak seperti yang dilakukan oleh gong dalam gamelan.
Kehadiran
anak-anak muda dalam Solo Keroncong Festival tahun ini merupakan hal yang
sangat membanggakan, karena anak-anak muda peserta Solo Keroncong Festival mencintai
dan menggeluti musik keroncong sesuai dengan zamanya. Mereka membawa perubahan
dalam dunia musik keroncong, karena kini musik keroncong bisa dinikmati oleh
semua generasi tanpa menghilangkan unsur asli dari musik keroncong. Penambahan
unsur-unsur budaya yang dilakukan merupakan hal yang menarik karena beraneka
ragam dan berbeda-beda antarpeserta.
Seperti
contohnya orkes keroncong Lapsek yang menambahkan alat tiup bansi, Plasu
Minimal dari Solo yang menghadirkan sajian lebih dalam musik keroncongnya,
yakni dengan menambahkan unsur tari, teater, serta dialog humor yang memiliki
pesan berbau kritik sosial. Namun, selain orkes keroncong itu, lebih banyak
menyanyikan kembali lagu-lagu pop atau rock
dan mengaransemen ulang ke dalam musik keroncong. Ini adalah upaya agar musik
keroncong mudah diterima dan tidak terkesan membosankan. Solo Keroncong
Festival yang telah dilakukan untuk kelima kalinya ini telah memuaskan semua
orang yang datang menonton, entah itu yang baru mengenal musik keroncong maupun
yang telah menggilai musik keroncong. Penampilan para peserta yang membawakan
aliran baru dalam musik keroncong menggambarkan betapa kayanya budaya di tanah
air ini dan menandakan bahwa masa keroncong millenium sudah dimulai.
ü Sumber berita:
Harian Kompas, 26 September 2013
Kolom Nusantara, Halaman 22
ü Sumber gambar dan keterangan:
Langganan:
Postingan (Atom)