TUGAS KELOMPOK
ANALISIS WACANA BERITA
Disusun Oleh :
1.
Nailun
Najah F1G012016
2.
Purnama
Okto Vinali F1G012019
3.
Kartini F1G012021
4.
Tria
Winda Setiani F1G012042
5.
Rovalia
Yuli K. F1G012049
KEMENTERIAN RISET,
TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU BUDAYA
JURUSAN SASTRA
INDONESIA
2015
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Istilah wacana berasal dari bahasa Sanskerta yang bermakna ucapan atau
tuturan. Kata wacana adalah salah satu kata yang banyak disebut seperti halnya
demokrasi, hak asasi manusia, dan lingkungan hidup. Seperti halnya banyak kata
yang digunakan, kadang-kadang pemakai bahasa tidak mengetahui secara jelas apa
pengertian dari kata yang digunakan tersebut. Ada yang mengartikan wacana
sebagai unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Ada juga yang mengartikan
sebagai pembicaraan. Kata wacana juga banyak dipakai oleh banyak kalangan mulai
dari studi bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan
sebagainya.
Pembahasan wacana berkaitan erat
dengan pembahasan keterampilan berbahasa terutama keterampilan berbahasa yang
bersifat produktif , yaitu berbicara dan menulis. Baik wacana maupun
keterampilan berbahasa sama-sama menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi.
Wacana berkaitan dengan unsur intralinguistik (internal bahasa) dan unsur
ekstralinguistik yang berkaitan dengan proses komunikasi seperti interaksi
sosial (konversasi dan pertukaran) dan pengembangan tema (monolog dan
paragraf).
Realitas wacana dalam hal ini adalah
eksistensi wacana yang berupa verbal dan nonverbal. Rangkaian kebahasaan verbal
atau language exist (kehadiran kebahasaan) dengan kelengkapan struktur
bahasa mengacu pada struktur apa adanya yakni nonverbal atau language
likes mengacu pada wacana sebagai rangkaian nonbahasa (rangkaian isyarat
atau tanda-tanda yang bermakna). Wujud wacana sebagai media komunikasi berupa
rangkaian ujaran lisan dan tulis. Sebagai media komunikasi wacana lisan,
wujudnya dapat berupa sebuah percakapan atau dialog lengkap dan penggalan
percakapan. Wacana dengan media komunikasi tulis dapat berwujud sebuah teks,
sebuah alinea, dan sebuah wacana.
Wacana berita merupakan salah satu
wacana komunikasi yang dapat berupa teks, audio, maupun audiovisual. Dalam
perkembangan sekarang, wacana berita sudah menjadi hal yang wajib untuk dikonsumsi
masyarakat umum. Berita yang dikonsumsi
masyarakat bukan hanya berita audio dan audiovisual, tetapi juga media cetak.
Namun, berita yang disajikan dalam media cetak umumnya sudah ditata sedemikian
rupa agar isinya memenuhi rasa ingin tahu pembaca. Namun di era modern seperti
sekarang ini, kejadian atau peristiwa teraktual bisa diketahui oleh masyarakat
umum dengan cepat melalui media online yakni seperti
kompas.com, detik.com, viva news, tribun news, dan lain-lain.
Penelitian kali ini akan menganalisis
wacana berita berjudul Korban
Lebih Miskin, Perampok Minta Maaf dan Memeluknya yang bersumber dari situs tempo.com dengan menggunakan metode deskriptif. Metode analisis
wacana deskriptif dapat digunakan untuk memerikan, menguraikan, dan menjelaskan
fenomena objek penelitian. Dalam kajiannya, metode ini menjelaskan data atau objek secara natural,
objektif, dan faktual (Arikunto, 1993:310 dalam Mulyana, 2005:83). Objek
penelitian ini berupa wacana berita, sehingga sangat cocok apabila menggunakan
metode deskriptif dalam menganalisisnya.
B.
Rumusan
Masalah
Penelitian
ini akan membahas kajian wacana deskriptif dalam wacana berita tulis yang
berjudul Korban Lebih Miskin, Perampok
Minta Maaf dan Memeluknya yang bersumber dari situs tempo.com.
C.
Tujuan
Penelitian
ini bertujuan mendeskripsikan wacana deskriptif dalam wacana berita tulis yang
berjudul Korban Lebih Miskin, Perampok
Minta Maaf dan Memeluknya yang bersumber dari situs tempo.com.
PEMBAHASAN
Korban Lebih
Miskin, Perampok Minta Maaf dan Memeluknya
TEMPO.COM , Antwerp: Seorang mahasiswa yang tak punya uang,
Levi de Boeck, 23 tahun, mengaku dipeluk perampok bersenjata lantaran perampok
itu merasa iba dengannya. Perampok tersebut mengasihani Levi lantaran dia lebih
kere ketimbang si perampok. "Maaf kawan kau lebih buruk dari saya,"
kata perampok itu.
Awalnya, Levi ditodong pistol oleh seorang perampok.
Perampok itu pun merampas telepon dan dompet Levi. Setelah itu, si perampok
memaksa Levi ke ATM. Di depan ATM, perampok itu meminta Levi untuk menarik uang
200 poundsterling (Rp 4 juta). Namun, ternyata uang di rekening Levi tidak
mencukupi.
Levi kemudian disuruh untuk mendatangi tiga ATM lain di
Antwerp, Belgia. Di satu dari tiga ATM tersebut, si perampok mencoba langsung
menggunakan kartu ATM Levi untuk mengambil uang yang ada di dalamnya. Tapi
semua usaha itu ditolak karena uang di rekening Levi tidak cukup.
Karena gagal merampok Levi, perampok itu kemudian membeli rokok dengan kartu ATM Levi. Setelah terdiam sesaat, perampok itu menoleh ke Levi. Levi pun dipeluk. Perampok tersebut meminta maaf kepada De Boeck.
Karena gagal merampok Levi, perampok itu kemudian membeli rokok dengan kartu ATM Levi. Setelah terdiam sesaat, perampok itu menoleh ke Levi. Levi pun dipeluk. Perampok tersebut meminta maaf kepada De Boeck.
Perampok
itu bahkan mengembalikan telepon genggam dan dompet Levi sebelum melarikan
diri. Polisi kini tengah memburu perampok itu. Polisi menduga pria itu pernah
melakukan perampokan sebelumnya.
Analisis
Berita
Kohesi dan Koherensi
Wacana
Teks
wacana di atas memenuhi krieria kohesi dan koherensi. Kohesi terlihat pada kata
itu dan tersebut pada paragraph pertama dan selanjutnya merujuk pada frase
perampok bersenjata. Namun, pada kalimat kedua paragraph kedua, itu merujuk
pada kejadian perampok merampas telepon dan dompet Levi, sedangkan itu pada kalimat ketiga pada paragraph ketiga
merujuk pada usaha perampok yang mencoba langsung menggunakan kartu ATM Levi
untuk mengambil uang yang ada di dalamnya.
Selain
wacana itu kohesi, wacana itu juga koheren. Hal itu terlihat pada keseluruhan
teks berita. Kata perampok pada kalimat pertama diulang-ulang pada kalimat
selanjutnya. Di samping itu, koherensi juga terlihat karena adanya penghubung
intrakalimat antarkalimat seperti; karena, namun, lantaran, dan, kemudian,
tapi, setelah itu, dan kemudian.
Analisis
Deskriptif-struktural
Terbentuknya suatu paragraf tidak terlepas dari
proses pemilihan kata, cara menggabung frasa, merangkai klausa, dan menjalin
kalimat. Dengan dasar analisis struktural, proses panjang itu secara deskriptif
dapat diuraikan terhadap setiap tingkatan satuan linguistic. Dalam kajian ini,
model analisis yang digunakan lebih banyak bersandar pada teori M. Ramlan
(1982, 1985, 1993, 1996) dan Cook (1969). Analisis terhadap paragraph secara
berurutan dimulai dari tingkat: kalimat, klausa, frasa, dan morfem. Analisis
hanya mengambil beberapa bagian di tiap satuan linguistik.
1.
Analisis Tingkat Kalimat
Untuk memperoleh gambaran yang
komprehensif tentang struktur paragraf, maka beberapa aspek dari kalimat perlu
dianalisis. Aspek-aspek tersebut antara lain jenis, struktur, dan makna
kalimat. Ketiga aspek tersebut dianalisis secara lebih detail sebagai berikut.
a.
Jenis Kalimat
Jenis
kalimat pada paragraf di atas adalah aktif-deklaratif. Sebagian pihak
menyebutnya sebagai kalimat berita karena di dalamnya tidak mengandung
kata-kata ajakan, perintah, pertanyaan, persilahan, dan larangan (M. Ramlan,
1996:32; Cook, 1969:38). Ciri yang menonjol dari kalimat jenis ini adalah
banyak digunakannya predikat berkategori verba aktif seperti kata-kata:
mengaku, mengasihani, merampas, mendatangi, meminta, menduga, mengendalikan, dan lai-lain. Beberapa kata yang menunjukan kata verba pasif yaitu disuruh,
dipeluk, ditolak, ditodong.
1)
Awalnya, Levi ditodong
pistol oleh seorang perampok.
2)
Levi kemudian disuruh
untuk mendatangi tiga ATM lain di Antwerp, Belgia.
3)
Seorang mahasiswa yang tak punya uang, Levi de Boeck, 23
tahun, mengaku dipeluk perampok
bersenjata lantaran perampok itu merasa iba dengannya.
4)
Tapi semua usaha itu ditolak
karena uang di rekening Levi tidak cukup.
Kalimat itu
sebenarnya dapat diubah menjadi kalimat aktif seperti:
1)
Awalnya, seorang perampok menodong Levi dengan pistol.
2)
Perampok itu kemudian menyuruh
Levi untuk mendatangi tiga ATM lain di Antwerp, Belgia.
3)
Seorang mahasiswa yang tak punya uang, Levi de Boeck, 23
tahun, mengaku perampok bersenjata memeluk dirinya lantaran perampok itu merasa iba.
4)
Tapi semua usaha (mesin ATM) menolak karena uang di rekening Levi
tidak cukup.
b.
Struktur Kalimat
Kalimat pada wacana di atas terdiri
atas kalimat kalimat sederhana, kalimat majemuk, dan kalimat majemuk.
1)
Kalimat yang terdiri atas satu klausa (kalimat sederhana) antara lain:
a)
Awalnya, Levi ditodong pistol oleh
seorang perampok.
b)
Levi pun dipeluk.
2) Kalimat
lebih dari satu klausa antara lain :
Kalimat majemuk terbagi menjadi dua yaitu kalimat majemuk setara, majemuk
bertingkat, dan kalimat kompleks.
a)
Perampok itu pun merampas telepon
dan dompet Levi. (majemuk
setara)
Pada kalimat majemuk setara di atas, terdapat 2 klausa yaitu;
(1)
Perampok itu pun merampas telepon Levi
(2)
Perampok itu merampas dompet Levi
b)
Karena gagal merampok Levi, perampok
itu kemudian membeli rokok dengan kartu ATM Levi.
Pada kalimat majemuk bertingkat di atas, terdapat 2 klausa yaitu;
(1)
Perampok itu gagal merampok Levi
(2)
Perampok itu membeli rokok dengan kartu ATM Levi.
c.
Makna Kalimat
Untuk
memperoleh pemahaman semantis sekitar tema umum paragraf, maka kalimat perlu
dijabarkan. Analisisnya
bersifat parafrastis. Secara berurutan maka kalimatnya adalah sebagai berikut.
Pada kalimat
pertama pada paragraf pertama 1) Seorang mahasiswa yang tak punya
uang, Levi de Boeck, 23 tahun, mengaku dipeluk perampok bersenjata lantaran
perampok itu merasa iba dengannya.
Kalimat (1)
tersebut, khususnya terdapat pada kata iba
masih umum dan belum jelas maksudnya. Kenapa perampok itu merasa iba? Perasaan
iba seorang perampok terhadap mahasiswa tersebut akan dijelaskan
alasan-alasannya. Perasaan iba dari perampok itu muncul dengan sederekatan
kalimat sebagai berikut.
Awalnya, Levi ditodong pistol oleh
seorang perampok. Perampok itu pun merampas telepon dan dompet Levi. Setelah
itu, si perampok memaksa Levi ke ATM. Di depan ATM, perampok itu meminta Levi
untuk menarik uang 200 poundsterling (Rp 4 juta). Namun, ternyata uang di
rekening Levi tidak mencukupi.
Levi kemudian disuruh untuk
mendatangi tiga ATM lain di Antwerp, Belgia. Di satu dari tiga ATM tersebut, si
perampok mencoba langsung menggunakan kartu ATM Levi untuk mengambil uang yang
ada di dalamnya. Tapi semua usaha itu ditolak karena uang di rekening Levi
tidak cukup.
Karena
gagal merampok Levi, perampok itu kemudian membeli rokok dengan kartu ATM Levi.
Setelah terdiam sesaat, perampok itu menoleh ke Levi. Levi pun dipeluk.
Perampok tersebut meminta maaf kepada De Boeck.
2.
Analisis Tingkat Klausa
Analisis gramatikal-deskriptif pada tingkat klausa
diarahkan pada pola analisis FKP ( fungsi-kategori-peran). Pola ini mengikuti
analisis tagmemik yang disederhanakan oleh Verhaar (1987), dan M. Ramlan
(1996). Secara kuantitatif, jumlah klausa dari wacana di atas kurang lebih 30
buah. Pola dari sebagian klausa tersebut adalah sebagai berikut.
a.
Awalnya, Levi ditodong pistol oleh
seorang perampok.
analisis
|
awalnya
|
Levi
|
Ditodong
|
pistol
|
oleh seorang perampok
|
F
|
K. waktu
|
S
|
P
|
pelengkap
|
K. penyerta
|
K
|
N
|
N
|
V
|
N
|
F Prep.
|
P
|
waktu
|
penderita
|
perbuatan
|
sarana
|
Pelaku
|
S= Subjek;
P=Predikat; K= Keterangan; N= Nomina; V= Verba; F Prep= Frasa preposisional.
b.
Perampok tersebut meminta maaf
kepada De Boeck.
Analisis
|
Perampok tersebut
|
meminta maaf
|
kepada De Boeck.
|
F
|
S
|
P
|
K
|
K
|
FN
|
FV
|
F Prep
|
P
|
Pelaku
|
perbuatan
|
sasaran
|
FN= Frasa
nominal; FV= Frasa Verbal
c.
Polisi kini tengah memburu perampok
itu.
Analisis
|
Polisi
|
kini
|
tengah memburu
|
perampok itu
|
F
|
S
|
K waktu
|
P
|
O
|
K
|
N
|
K waktu
|
FV
|
FN
|
P
|
Pelaku
|
K. waktu
|
perbuatan
|
Sasaran
|
FN= Frasa Nomina
3.
Analisis
Tingkat Frasa
Pada wacana
berita di atas, ditemukan jenis-jenis frasa sebagai berikut: (1) frasa nomina,
(2) frasa numeralia, (3) frasa preposisi, (4) frasa verbal. Secara kuantitatif,
jumlah frasa sekurang kurangnya sebanyak 20 buah. Beberapa contohnya adalah
sebagai berikut.
1. Frasa
nomina : Seorang mahasiswa, Perampok itu,
Perampok tersebut, dompet Levi, seorang perampok, ATM tersebut, kartu ATM,
perampok itu, telepon genggam, pria itu, semua usaha, perampok bersenjata
2. Frasa
numeralia : tiga ATM lain
3. Frasa
preposisi: ke ATM, di rekening Levi
4. Frasa
verbal : melarikan diri.
Pada wacana tersebut, terdapat frasa endosentrik dan
frasa eksosentrik. Frasa endosentrik yaitu frasa yang salah satu unsurnya
dianggap menjadi unsur pusat. Frasa endosentrik dalam wacana tersebut antara
lain Seorang mahasiswa, Perampok
itu, kartu ATM, perampok bersenjata, dan lain-lain. Adapun
frasa eksosentrik yaitu antara lain ke ATM, di rekening Levi, melarikan
diri.
Berdasarkan
distribusi konstruksinya, wacana tersebut sebagian besar bercirikan frasa
endosentrik.
4.
Analisis Tingkat Morfem
Beberapa
tahap analisis tingkat morfem berkaitan dengan jenis, jumlah, dan pola
pembentukan morfem. Morfem pada teks berita di atas terbentuk dari morfem bebas
dan morfem terikat. Morfem terikat pada wacana teks tersebut meliputi: se-, maha, meN, ber-, di-, ter-, ke-, -i,
-an, dan –kan, selain itu
merupakan morfem bebas. Hal tersebut,
tampak pada kolom tabel berikut.
Monomorfemik (satu morfem)
|
Polimorfemik
(lebih dari satu morfem)
|
Punya
|
Seorang = se- +
orang
|
Uang
|
Mahasiswa = maha +
siswa
|
Tahun
|
Mengaku = meN- + aku
|
Iba
|
Dipeluk = di- +
peluk
|
Lebih
|
Perampok = pe- +
rampok
|
Kere
|
Bersenjata = ber- +
senjata
|
Maaf
|
Lantaran = lantar +
-an
|
Kawan
|
Merasa = meN + rasa
|
Buruk
|
Tersebut = ter- +
sebut
|
Pistol
|
Mengasihani = meN- +
kasihan + -i
|
Telepon
|
Ketimbang = ke- +
timbang
|
Dompet
|
Ditodong = di- +
todong
|
Depan
|
Merampas = meN- +
rampas
|
Rekening
|
Setelah = se- +
telah
|
Tiga
|
Meminta = meN- +
minta
|
Satu
|
Menarik = meN- +
tarik
|
Langsung
|
Ternyata = ter- +
nyata
|
Kartu
|
Mencukupi = meN- +
cukup + -i
|
Semua
|
Disuruh = di- + suruh
|
Usaha
|
Mendatangi = meN- +
datang + -i
|
Cukup
|
Mencoba = meN- +
coba
|
Gagal
|
Menggunakan = meN- +
guna + -kan
|
Rokok
|
Mengambil = meN- +
ambil
|
Maaf
|
Merampok = meN- +
rampok
|
genggam
|
Membeli = meN- +
beli
|
Dompet
|
Terdiam = ter- +
diam
|
Diri
|
Sesaat = se- + saat
|
kini
|
Menoleh = meN- toleh
|
Tengah
|
Mengembalikan = meN- + kembali + -kan
|
Pria
|
Sebelum = se- + belum
|
Pernah
|
Melarikan = meN- + lari + -kan
|
Polisi
|
Memburu = meN- + buru
|
Dia
|
Menduga = meN- + duga
|
Kau
|
Melakukan = meN- + laku + -an
|
Lain
|
|
Yang
|
|
Bahkan
|
|
Kepada
|
|
Kemudian
|
|
Dan
|
|
Karena
|
|
Untuk
|
|
Ke
|
|
Dari
|
|
Di
|
|
Si
|
|
Pun
|
|
Tidak
|
|
Namun
|
|
Dengan
|
|
Berdasarkan
analisis sederhana tersebut, tampak bahwa pada umumnya kata-kata dalam bahasa
Indonesia terdiri atas satu, dua, atau tiga morfem saja atau yang dapat disebut
sebagai morfem sederhana.
Pengetahuan Budaya
Secara
keseluruhan wavcana merupkan unsur kebahsaan ang sekaligus melibatkan aspek
internal maupun eksternal, verbal maupun nonverbal. Ssuatu wacana pada dasarnya
mengandung sejumlah pengetahuan dan informasi yang tidak begitu saja mudah
dipahami oleh pembaca atau pemdengar. Oleh karena itu diperlukan cara tertentu
untuk memahami hal yang sebenarnya diinformasikan oleh wacana tersebut.
Salah satu prinsip pemahaman wacana yang sangat
penting dan bersifat mendasar adalah penafsiran lokal atau prinsip penafsiran
lokal. Penafsiran lokal digunakan sebagai dasar mengintepretasikan wacana
dengan cara mencari konteks yang meliputi wacana itu. Konteks yang dimaksud
adalah wilayah, area, atau lokal (setting) tempat wacana itu berada. Konteks
tersebut sangat bergantung pada jenis wacana yang sedang dianalisis.
Wacana
pada teks berita yang dianalisis sekarang lahirnya di Antwp Belgia. Pengetahuan
yang didapat dalam teks berita ini yakni bahwa perampok di Belgia merupakan
orang-orang yang sebenarnya merampok itu karena untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Berbeda jika perampok yang berada di Indonesia, kebanyakan perampok
di Indonesia merapok karena menuruti hawa nafsunya yang liar. Perampok di
Belgia, akan benar-benar merampok orang yang dianggapnya kaya, sehingga dapat
memberinya uang untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Maka dari pernyataan
perampok pada paragraph pertama justru perampok tak segan untuk meminta maaf
pada target rampokannya yang sebenarnya kehidupan ekonominya tidak lebih baik
darinya. Ungkapan permintaan maaf tidak akan muncul apabila hal tersebut
terjadi di Indonesia, mungkin jika target rampokannya lebih miskin darinya
perampok di Indonesia justru akan mengumpat dan memaki target rampokannya
tersebut. Dari sinilah, pengetahuan dunia itu sangat penting dalam menanalisis
wacana karena setiap kelompok masyarakat tertentu memiliki tradisi atau suatu
keadaan yang berbeda dengan masyarakat yang lainnya.
PENUTUP
Teks
wacana di atas memenuhi krieria kohesi dan koherensi. Kohesi terlihat pada kata
itu dan tersebut pada paragraph pertama dan selanjutnya merujuk pada frase
perampok bersenjata. Namun, pada kalimat kedua paragraph kedua, itu merujuk
pada kejadian perampok merampas telepon dan dompet Levi, sedangkan itu pada kalimat ketiga pada paragraph ketiga
merujuk pada usaha perampok yang mencoba langsung menggunakan kartu ATM Levi
untuk mengambil uang yang ada di dalamnya.
Selain
wacana itu kohesi, wacana itu juga koheren. Hal itu terlihat pada keseluruhan
teks berita. Kata perampok pada kalimat pertama diulang-ulang pada
kalimat selanjutnya. Di samping itu, koherensi juga terlihat karena adanya
penghubung intrakalimat antarkalimat seperti; karena, namun, lantaran, dan,
kemudian, tapi, setelah itu, dan kemudian.
Wacana tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan analisis wacana
deskriptif struktural. Analisisnya meliputi analisis di tingkat kalimat,
tingkat klausa, tingkat frasa, dan tingkat morfem. Di analisis tingkat kalimat,
ada aspek-aspek yang perlu dikaji seperti jenis, struktur, dan makna kalimat. Jenis kalimat pada paragraf di atas
adalah aktif-deklaratif, sedangkan struktur kalimatnya terdiri atas satu klausa
(kalimat sederhana) dan lebih dari satu klausa (kalimat majemuk). Makna kalimat
yang disampaikan dari wacana tersebut dapat dianalisis secara parafrastis. Analisis gramatikal-deskriptif pada tingkat klausa
diarahkan pada pola analisis FKP ( fungsi-kategori-peran).
Pada
wacana berita tersebut, ditemukan jenis-jenis frasa seperti: (1) frasa nomina, (2)
frasa numeralia, (3) frasa preposisi, (4) frasa verbal. Di analisis tingkat morfem, morfem pada teks berita di atas
terbentuk dari morfem bebas dan morfem terikat. Morfem terikat pada wacana teks
tersebut meliputi: se-, maha, meN, ber-, di-, ter-, ke-, -i, -an, dan
–kan, selain itu merupakan morfem bebas.
Pengetahuan
yang didapat dalam teks berita ini yakni bahwa perampok di Belgia merupakan
orang-orang yang sebenarnya merampok itu karena untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Berbeda jika perampok yang berada di Indonesia, kebanyakan perampok
di Indonesia merapok karena menuruti hawa nafsunya yang liar. Perampok di
Belgia, akan benar-benar merampok orang yang dianggapnya kaya, sehingga dapat
memberinya uang untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Maka dari pernyataan
perampok pada paragraf
pertama justru perampok tak segan untuk meminta maaf pada target rampokannya
yang sebenarnya kehidupan ekonominya tidak lebih baik darinya.
Ungkapan
permintaan maaf tidak akan muncul apabila hal tersebut terjadi di Indonesia,
mungkin jika target rampokannya lebih miskin darinya perampok di Indonesia
justru akan mengumpat dan memaki target rampokannya tersebut. Dari sinilah,
pengetahuan dunia itu sangat penting dalam menanalisis wacana karena setiap
kelompok masyarakat tertentu memiliki tradisi atau suatu keadaan yang berbeda
dengan masyarakat yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyana. 2005. Kajian
Wacana: Teori, Metode, dan Aplikasi Prinsip-prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta:
Tiara Wacana.
http://dunia.tempo.co/read/news/2015/05/25/121669058/Korban-Lebih-Miskin-Perampok-Minta-Maaf-dan-Memeluknya, diakses pada 25 Mei 2015.
Lampiran
Korban Lebih
Miskin, Perampok Minta Maaf dan Memeluknya
TEMPO.COM , Antwerp: Seorang mahasiswa yang tak punya uang,
Levi de Boeck, 23 tahun, mengaku dipeluk perampok bersenjata lantaran perampok
itu merasa iba dengannya. Perampok tersebut mengasihani Levi lantaran dia lebih
kere ketimbang si perampok. "Maaf kawan kau lebih buruk dari saya,"
kata perampok itu.
Awalnya, Levi ditodong pistol oleh seorang perampok.
Perampok itu pun merampas telepon dan dompet Levi. Setelah itu, si perampok
memaksa Levi ke ATM. Di depan ATM, perampok itu meminta Levi untuk menarik uang
200 poundsterling (Rp 4 juta). Namun, ternyata uang di rekening Levi tidak
mencukupi.
Levi kemudian disuruh untuk mendatangi tiga ATM lain di
Antwerp, Belgia. Di satu dari tiga ATM tersebut, si perampok mencoba langsung
menggunakan kartu ATM Levi untuk mengambil uang yang ada di dalamnya. Tapi
semua usaha itu ditolak karena uang di rekening Levi tidak cukup.
Karena gagal merampok Levi, perampok itu kemudian membeli rokok dengan kartu ATM Levi. Setelah terdiam sesaat, perampok itu menoleh ke Levi. Levi pun dipeluk. Perampok tersebut meminta maaf kepada De Boeck.
Karena gagal merampok Levi, perampok itu kemudian membeli rokok dengan kartu ATM Levi. Setelah terdiam sesaat, perampok itu menoleh ke Levi. Levi pun dipeluk. Perampok tersebut meminta maaf kepada De Boeck.
Perampok itu bahkan mengembalikan telepon genggam dan dompet
Levi sebelum melarikan diri. Polisi kini tengah memburu perampok itu. Polisi
menduga pria itu pernah melakukan perampokan sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar