Sabtu, 24 Oktober 2015

SI LICIN nan BERJAYA

SI LICIN nan BERJAYA
Kapan pelicin ini berhenti menjadi bahan bakar penentuan kemajuan bangsa? Apa yang tidak dihargai dengan si licin ini? Harga semua pemenuh nafsu biologis hingga birahi manusia dapat tercapai dengan si licin ini. Tak ada yang menolak saat diberinya, bahkan hingga ke suara hati dan keperawanan seorang gadis pun bisa ditukar dengan si licin ini. Apa yang mendasari si licin ini menjadi penopang kehidupan seluruh umat manusia?
Hal yang sungguh-sungguh suci dan berharga bisa dinilai dengan banyaknya si licin yang didapat. Apa yang akan terjadi pada generasi penerus jika hal ini dijadikan budaya? Masih adakah yang memandang sebelah mata pada si licin ini? Tak ada. Tak ada seorang pun yang mampu menolak bujuk rayu si licin menuju kantongnya. Tanpa disadari si licin ini menjadi perusak moral anak-anak bangsa yang mengedepankan isi perut ketimbang isi otak.
Banyak hal yang membuat si licin ini berjaya. Dimanapun, kapanpun dan dengan siapapun manusia hidup, ia takkan bisa melepaskan diri dari genggaman si licin. Kecuali jika manusia itu adalah manusia-manusia kolot yang menyalahkan kemajuan dunia. Bersyukurlah manusia-manusia kolot tadi yang tak mengenal si licin dan hidupnya sejahtera.
Pernahkah terbesit di dalam pikiran kalian bahwa kalian telah terjerat dalam tentakel si licin meski kalian berada dalam radius yang amat jauh? Itulah mengapa sebabnya hal utama yang menguasai manusia dan dunia adalah si licin itu. Jangan harap kalian bisa terlepas dari tentakelnya. Sejauh apapun jarak yang kalian jaga pada si licin ini, dia akan tetap membuai kalian dengan lagu-lagu merdunya yang menyakiti telinga malaikat. Dia juga akan membawamu ke dalam surga dunia yang indah hingga kalian tak dapat menjamah surga abadiNya.
Kini si licin itu tengah tertawa melihat tindak laku manusia-manusia tak beradab yang menghalalkan segala cara agar si licin itu bisa memasuki kantong sakunya yang dekil. Si licin itu pun kini telah menjadi alat pemacu bagi manusia tak berkesempatan menjadi manusia yang berkesempatan. Berkesempatan menjadi binatang buruan tenaga keamanan.

Rabu, 05 Februari 2014

22.06 WIB

CONTOH ANALISIS WACANA

TUGAS KELOMPOK
ANALISIS WACANA BERITA


Disusun Oleh :
1.           Nailun Najah                                 F1G012016
2.           Purnama Okto Vinali                   F1G012019
3.           Kartini                                            F1G012021
4.           Tria Winda Setiani                        F1G012042
5.           Rovalia Yuli K.                              F1G012049


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU BUDAYA
JURUSAN SASTRA INDONESIA
2015
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Istilah wacana berasal dari bahasa Sanskerta yang bermakna ucapan atau tuturan. Kata wacana adalah salah satu kata yang banyak disebut seperti halnya demokrasi, hak asasi manusia, dan lingkungan hidup. Seperti halnya banyak kata yang digunakan, kadang-kadang pemakai bahasa tidak mengetahui secara jelas apa pengertian dari kata yang digunakan tersebut. Ada yang mengartikan wacana sebagai unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Ada juga yang mengartikan sebagai pembicaraan. Kata wacana juga banyak dipakai oleh banyak kalangan mulai dari studi bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan sebagainya.
Pembahasan wacana berkaitan erat dengan pembahasan keterampilan berbahasa terutama keterampilan berbahasa yang bersifat produktif , yaitu berbicara dan menulis. Baik wacana maupun keterampilan berbahasa sama-sama menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Wacana berkaitan dengan unsur intralinguistik (internal bahasa) dan unsur ekstralinguistik yang berkaitan dengan proses komunikasi seperti interaksi sosial (konversasi dan pertukaran) dan pengembangan tema (monolog dan paragraf).
Realitas wacana dalam hal ini adalah eksistensi wacana yang berupa verbal dan nonverbal. Rangkaian kebahasaan verbal atau language exist (kehadiran kebahasaan) dengan kelengkapan struktur bahasa mengacu pada struktur apa adanya yakni nonverbal atau language likes mengacu pada wacana sebagai rangkaian nonbahasa (rangkaian isyarat atau tanda-tanda yang bermakna). Wujud wacana sebagai media komunikasi berupa rangkaian ujaran lisan dan tulis. Sebagai media komunikasi wacana lisan, wujudnya dapat berupa sebuah percakapan atau dialog lengkap dan penggalan percakapan. Wacana dengan media komunikasi tulis dapat berwujud sebuah teks, sebuah alinea, dan sebuah wacana.
Wacana berita merupakan salah satu wacana komunikasi yang dapat berupa teks, audio, maupun audiovisual. Dalam perkembangan sekarang, wacana berita sudah menjadi hal yang wajib untuk dikonsumsi masyarakat umum.  Berita yang dikonsumsi masyarakat bukan hanya berita audio dan audiovisual, tetapi juga media cetak. Namun, berita yang disajikan dalam media cetak umumnya sudah ditata sedemikian rupa agar isinya memenuhi rasa ingin tahu pembaca. Namun di era modern seperti sekarang ini, kejadian atau peristiwa teraktual bisa diketahui oleh masyarakat umum dengan cepat melalui media online yakni seperti kompas.com, detik.com, viva news, tribun news, dan lain-lain.
Penelitian kali ini akan menganalisis wacana berita berjudul Korban Lebih Miskin, Perampok Minta Maaf dan Memeluknya yang bersumber dari situs tempo.com dengan menggunakan metode deskriptif. Metode analisis wacana deskriptif dapat digunakan untuk memerikan, menguraikan, dan menjelaskan fenomena objek penelitian. Dalam kajiannya, metode ini  menjelaskan data atau objek secara natural, objektif, dan faktual (Arikunto, 1993:310 dalam Mulyana, 2005:83). Objek penelitian ini berupa wacana berita, sehingga sangat cocok apabila menggunakan metode deskriptif dalam menganalisisnya.
B.     Rumusan Masalah
Penelitian ini akan membahas kajian wacana deskriptif dalam wacana berita tulis yang berjudul Korban Lebih Miskin, Perampok Minta Maaf dan Memeluknya yang bersumber dari situs tempo.com.
C.    Tujuan
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan wacana deskriptif dalam wacana berita tulis yang berjudul Korban Lebih Miskin, Perampok Minta Maaf dan Memeluknya yang bersumber dari situs tempo.com.






PEMBAHASAN
Korban Lebih Miskin, Perampok Minta Maaf dan Memeluknya
TEMPO.COM , Antwerp: Seorang mahasiswa yang tak punya uang, Levi de Boeck, 23 tahun, mengaku dipeluk perampok bersenjata lantaran perampok itu merasa iba dengannya. Perampok tersebut mengasihani Levi lantaran dia lebih kere ketimbang si perampok. "Maaf kawan kau lebih buruk dari saya," kata perampok itu.
Awalnya, Levi ditodong pistol oleh seorang perampok. Perampok itu pun merampas telepon dan dompet Levi. Setelah itu, si perampok memaksa Levi ke ATM. Di depan ATM, perampok itu meminta Levi untuk menarik uang 200 poundsterling (Rp 4 juta). Namun, ternyata uang di rekening Levi tidak mencukupi.
Levi kemudian disuruh untuk mendatangi tiga ATM lain di Antwerp, Belgia. Di satu dari tiga ATM tersebut, si perampok mencoba langsung menggunakan kartu ATM Levi untuk mengambil uang yang ada di dalamnya. Tapi semua usaha itu ditolak karena uang di rekening Levi tidak cukup.

Karena gagal merampok Levi, perampok itu kemudian membeli rokok dengan kartu ATM Levi. Setelah terdiam sesaat, perampok itu menoleh ke Levi. Levi pun dipeluk. Perampok tersebut meminta maaf kepada De Boeck.
Perampok itu bahkan mengembalikan telepon genggam dan dompet Levi sebelum melarikan diri. Polisi kini tengah memburu perampok itu. Polisi menduga pria itu pernah melakukan perampokan sebelumnya.





Analisis Berita
Kohesi dan Koherensi Wacana
Teks wacana di atas memenuhi krieria kohesi dan koherensi. Kohesi terlihat pada kata itu dan tersebut pada paragraph pertama dan selanjutnya merujuk pada frase perampok bersenjata. Namun, pada kalimat kedua paragraph kedua, itu merujuk pada kejadian perampok merampas telepon dan dompet Levi, sedangkan  itu pada kalimat ketiga pada paragraph ketiga merujuk pada usaha perampok yang mencoba langsung menggunakan kartu ATM Levi untuk mengambil uang yang ada di dalamnya.
Selain wacana itu kohesi, wacana itu juga koheren. Hal itu terlihat pada keseluruhan teks berita.  Kata perampok  pada kalimat pertama diulang-ulang pada kalimat selanjutnya. Di samping itu, koherensi juga terlihat karena adanya penghubung intrakalimat antarkalimat seperti; karena, namun, lantaran, dan, kemudian, tapi, setelah itu, dan kemudian.
Analisis Deskriptif-struktural
Terbentuknya suatu paragraf tidak terlepas dari proses pemilihan kata, cara menggabung frasa, merangkai klausa, dan menjalin kalimat. Dengan dasar analisis struktural, proses panjang itu secara deskriptif dapat diuraikan terhadap setiap tingkatan satuan linguistic. Dalam kajian ini, model analisis yang digunakan lebih banyak bersandar pada teori M. Ramlan (1982, 1985, 1993, 1996) dan Cook (1969). Analisis terhadap paragraph secara berurutan dimulai dari tingkat: kalimat, klausa, frasa, dan morfem. Analisis hanya mengambil beberapa bagian di tiap satuan linguistik.
1.      Analisis Tingkat Kalimat
Untuk memperoleh gambaran yang komprehensif tentang struktur paragraf, maka beberapa aspek dari kalimat perlu dianalisis. Aspek-aspek tersebut antara lain jenis, struktur, dan makna kalimat. Ketiga aspek tersebut dianalisis secara lebih detail sebagai berikut.
a.      Jenis Kalimat
Jenis kalimat pada paragraf di atas adalah aktif-deklaratif. Sebagian pihak menyebutnya sebagai kalimat berita karena di dalamnya tidak mengandung kata-kata ajakan, perintah, pertanyaan, persilahan, dan larangan (M. Ramlan, 1996:32; Cook, 1969:38). Ciri yang menonjol dari kalimat jenis ini adalah banyak digunakannya predikat berkategori verba aktif seperti kata-kata: mengaku, mengasihani, merampas, mendatangi, meminta, menduga, mengendalikan, dan lai-lain. Beberapa kata yang menunjukan kata verba pasif yaitu disuruh, dipeluk, ditolak, ditodong.
1)      Awalnya, Levi ditodong pistol oleh seorang perampok.
2)      Levi kemudian disuruh untuk mendatangi tiga ATM lain di Antwerp, Belgia.
3)      Seorang mahasiswa yang tak punya uang, Levi de Boeck, 23 tahun, mengaku dipeluk perampok bersenjata lantaran perampok itu merasa iba dengannya.
4)      Tapi semua usaha itu ditolak karena uang di rekening Levi tidak cukup.
Kalimat itu sebenarnya dapat diubah menjadi kalimat aktif seperti:
1)      Awalnya, seorang perampok menodong Levi dengan pistol.
2)      Perampok itu kemudian menyuruh Levi untuk mendatangi tiga ATM lain di Antwerp, Belgia.
3)      Seorang mahasiswa yang tak punya uang, Levi de Boeck, 23 tahun, mengaku perampok bersenjata memeluk dirinya lantaran perampok itu merasa iba.
4)      Tapi semua usaha (mesin ATM)  menolak karena uang di rekening Levi tidak cukup.

b.      Struktur Kalimat
Kalimat pada wacana di atas terdiri atas kalimat kalimat sederhana, kalimat majemuk, dan kalimat majemuk.
1)   Kalimat yang terdiri atas satu klausa (kalimat sederhana) antara lain:
a)   Awalnya, Levi ditodong pistol oleh seorang perampok.
b)   Levi pun dipeluk.
2)   Kalimat lebih dari satu klausa antara lain :
Kalimat majemuk terbagi menjadi dua yaitu kalimat majemuk setara, majemuk bertingkat, dan kalimat kompleks.
a)   Perampok itu pun merampas telepon dan dompet Levi. (majemuk setara)
Pada kalimat majemuk setara di atas, terdapat 2 klausa yaitu;
(1)   Perampok itu pun merampas telepon Levi
(2)   Perampok itu merampas dompet Levi
b)   Karena gagal merampok Levi, perampok itu kemudian membeli rokok dengan kartu ATM Levi.
Pada kalimat majemuk bertingkat di atas, terdapat 2 klausa yaitu;
(1)   Perampok itu gagal merampok Levi
(2)   Perampok itu membeli rokok dengan kartu ATM Levi.
c.       Makna Kalimat
Untuk memperoleh pemahaman semantis sekitar tema umum paragraf, maka kalimat perlu dijabarkan. Analisisnya bersifat parafrastis. Secara berurutan maka kalimatnya adalah sebagai berikut.
Pada kalimat pertama pada paragraf pertama 1) Seorang mahasiswa yang tak punya uang, Levi de Boeck, 23 tahun, mengaku dipeluk perampok bersenjata lantaran perampok itu merasa iba dengannya.
Kalimat (1) tersebut, khususnya terdapat pada kata iba masih umum dan belum jelas maksudnya. Kenapa perampok itu merasa iba? Perasaan iba seorang perampok terhadap mahasiswa tersebut akan dijelaskan alasan-alasannya. Perasaan iba dari perampok itu muncul dengan sederekatan kalimat sebagai berikut.
Awalnya, Levi ditodong pistol oleh seorang perampok. Perampok itu pun merampas telepon dan dompet Levi. Setelah itu, si perampok memaksa Levi ke ATM. Di depan ATM, perampok itu meminta Levi untuk menarik uang 200 poundsterling (Rp 4 juta). Namun, ternyata uang di rekening Levi tidak mencukupi.
Levi kemudian disuruh untuk mendatangi tiga ATM lain di Antwerp, Belgia. Di satu dari tiga ATM tersebut, si perampok mencoba langsung menggunakan kartu ATM Levi untuk mengambil uang yang ada di dalamnya. Tapi semua usaha itu ditolak karena uang di rekening Levi tidak cukup.
Karena gagal merampok Levi, perampok itu kemudian membeli rokok dengan kartu ATM Levi. Setelah terdiam sesaat, perampok itu menoleh ke Levi. Levi pun dipeluk. Perampok tersebut meminta maaf kepada De Boeck.
2.      Analisis Tingkat Klausa
Analisis gramatikal-deskriptif pada tingkat klausa diarahkan pada pola analisis FKP ( fungsi-kategori-peran). Pola ini mengikuti analisis tagmemik yang disederhanakan oleh Verhaar (1987), dan M. Ramlan (1996). Secara kuantitatif, jumlah klausa dari wacana di atas kurang lebih 30 buah. Pola dari sebagian klausa tersebut adalah sebagai berikut.
a.      Awalnya, Levi ditodong pistol oleh seorang perampok.
analisis
awalnya
Levi
Ditodong
pistol
oleh seorang perampok
F
K. waktu
S
P
pelengkap
K. penyerta
K
N
N
V
N
F Prep.
P
waktu
penderita
perbuatan
sarana
Pelaku
S= Subjek; P=Predikat; K= Keterangan; N= Nomina; V= Verba; F Prep= Frasa preposisional.
b.      Perampok tersebut meminta maaf kepada De Boeck.
Analisis
Perampok tersebut
meminta maaf
kepada De Boeck.
F
S
P
K
K
FN
FV
F Prep
P
Pelaku
perbuatan
sasaran
FN= Frasa nominal; FV= Frasa Verbal
c.       Polisi kini tengah memburu perampok itu.
Analisis
Polisi
kini
tengah memburu
perampok itu
F
S
K waktu
P
O
K
N
K waktu
FV
FN
P
Pelaku
K. waktu
perbuatan
Sasaran
FN= Frasa Nomina
3.      Analisis Tingkat Frasa
Pada wacana berita di atas, ditemukan jenis-jenis frasa sebagai berikut: (1) frasa nomina, (2) frasa numeralia, (3) frasa preposisi, (4) frasa verbal. Secara kuantitatif, jumlah frasa sekurang kurangnya sebanyak 20 buah. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut.
1.      Frasa nomina : Seorang mahasiswa, Perampok itu, Perampok tersebut, dompet Levi, seorang perampok, ATM tersebut, kartu ATM, perampok itu, telepon genggam, pria itu, semua usaha, perampok bersenjata
2.      Frasa numeralia : tiga ATM lain
3.      Frasa preposisi: ke ATM, di rekening Levi
4.      Frasa verbal : melarikan diri.
Pada wacana tersebut, terdapat frasa endosentrik dan frasa eksosentrik. Frasa endosentrik yaitu frasa yang salah satu unsurnya dianggap menjadi unsur pusat. Frasa endosentrik dalam wacana tersebut antara lain Seorang mahasiswa, Perampok itu, kartu ATM, perampok bersenjata, dan lain-lain. Adapun frasa eksosentrik yaitu antara lain ke ATM, di rekening Levi, melarikan diri.
Berdasarkan distribusi konstruksinya, wacana tersebut sebagian besar bercirikan frasa endosentrik.
4.      Analisis Tingkat Morfem
Beberapa tahap analisis tingkat morfem berkaitan dengan jenis, jumlah, dan pola pembentukan morfem. Morfem pada teks berita di atas terbentuk dari morfem bebas dan morfem terikat. Morfem terikat pada wacana teks tersebut meliputi: se-, maha, meN, ber-, di-, ter-, ke-, -i, -an, dan –kan, selain itu merupakan morfem bebas. Hal tersebut, tampak pada kolom tabel berikut.
Monomorfemik (satu morfem)
Polimorfemik
(lebih dari satu morfem)
Punya
Seorang = se- + orang
Uang
Mahasiswa = maha + siswa
Tahun
Mengaku = meN- + aku
Iba
Dipeluk = di- + peluk
Lebih
Perampok = pe- + rampok
Kere
Bersenjata = ber- + senjata
Maaf
Lantaran = lantar + -an
Kawan
Merasa = meN + rasa
Buruk
Tersebut = ter- + sebut
Pistol
Mengasihani = meN- + kasihan + -i
Telepon
Ketimbang = ke- + timbang
Dompet
Ditodong = di- + todong
Depan
Merampas = meN- + rampas
Rekening
Setelah = se- + telah
Tiga
Meminta = meN- + minta
Satu
Menarik = meN- + tarik
Langsung
Ternyata = ter- + nyata
Kartu
Mencukupi = meN- + cukup + -i
Semua
Disuruh =  di- + suruh
Usaha
Mendatangi = meN- + datang + -i
Cukup
Mencoba = meN- + coba
Gagal
Menggunakan = meN- + guna + -kan
Rokok
Mengambil = meN- + ambil
Maaf
Merampok = meN- + rampok
genggam
Membeli = meN- + beli
Dompet
Terdiam = ter- + diam
Diri
Sesaat = se- + saat
kini
Menoleh = meN- toleh
Tengah
Mengembalikan = meN- + kembali + -kan
Pria
Sebelum = se- + belum
Pernah
Melarikan = meN- + lari + -kan
Polisi
Memburu = meN- + buru
Dia
Menduga = meN- + duga
Kau
Melakukan = meN- + laku + -an
Lain

Yang

Bahkan

Kepada

Kemudian

Dan

Karena

Untuk

Ke

Dari

Di

Si

Pun

Tidak

Namun

Dengan


Berdasarkan analisis sederhana tersebut, tampak bahwa pada umumnya kata-kata dalam bahasa Indonesia terdiri atas satu, dua, atau tiga morfem saja atau yang dapat disebut sebagai morfem sederhana.
Pengetahuan Budaya
Secara keseluruhan wavcana merupkan unsur kebahsaan ang sekaligus melibatkan aspek internal maupun eksternal, verbal maupun nonverbal. Ssuatu wacana pada dasarnya mengandung sejumlah pengetahuan dan informasi yang tidak begitu saja mudah dipahami oleh pembaca atau pemdengar. Oleh karena itu diperlukan cara tertentu untuk memahami hal yang sebenarnya diinformasikan oleh wacana tersebut.
Salah satu prinsip pemahaman wacana yang sangat penting dan bersifat mendasar adalah penafsiran lokal atau prinsip penafsiran lokal. Penafsiran lokal digunakan sebagai dasar mengintepretasikan wacana dengan cara mencari konteks yang meliputi wacana itu. Konteks yang dimaksud adalah wilayah, area, atau lokal (setting) tempat wacana itu berada. Konteks tersebut sangat bergantung pada jenis wacana yang sedang dianalisis.
Wacana pada teks berita yang dianalisis sekarang lahirnya di Antwp Belgia. Pengetahuan yang didapat dalam teks berita ini yakni bahwa perampok di Belgia merupakan orang-orang yang sebenarnya merampok itu karena untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Berbeda jika perampok yang berada di Indonesia, kebanyakan perampok di Indonesia merapok karena menuruti hawa nafsunya yang liar. Perampok di Belgia, akan benar-benar merampok orang yang dianggapnya kaya, sehingga dapat memberinya uang untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Maka dari pernyataan perampok pada paragraph pertama justru perampok tak segan untuk meminta maaf pada target rampokannya yang sebenarnya kehidupan ekonominya tidak lebih baik darinya. Ungkapan permintaan maaf tidak akan muncul apabila hal tersebut terjadi di Indonesia, mungkin jika target rampokannya lebih miskin darinya perampok di Indonesia justru akan mengumpat dan memaki target rampokannya tersebut. Dari sinilah, pengetahuan dunia itu sangat penting dalam menanalisis wacana karena setiap kelompok masyarakat tertentu memiliki tradisi atau suatu keadaan yang berbeda dengan masyarakat yang lainnya.




PENUTUP
Teks wacana di atas memenuhi krieria kohesi dan koherensi. Kohesi terlihat pada kata itu dan tersebut pada paragraph pertama dan selanjutnya merujuk pada frase perampok bersenjata. Namun, pada kalimat kedua paragraph kedua, itu merujuk pada kejadian perampok merampas telepon dan dompet Levi, sedangkan  itu pada kalimat ketiga pada paragraph ketiga merujuk pada usaha perampok yang mencoba langsung menggunakan kartu ATM Levi untuk mengambil uang yang ada di dalamnya.
Selain wacana itu kohesi, wacana itu juga koheren. Hal itu terlihat pada keseluruhan teks berita.  Kata perampok  pada kalimat pertama diulang-ulang pada kalimat selanjutnya. Di samping itu, koherensi juga terlihat karena adanya penghubung intrakalimat antarkalimat seperti; karena, namun, lantaran, dan, kemudian, tapi, setelah itu, dan kemudian.
Wacana tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan analisis wacana deskriptif struktural. Analisisnya meliputi analisis di tingkat kalimat, tingkat klausa, tingkat frasa, dan tingkat morfem. Di analisis tingkat kalimat, ada aspek-aspek yang perlu dikaji seperti jenis, struktur, dan makna kalimat. Jenis kalimat pada paragraf di atas adalah aktif-deklaratif, sedangkan struktur kalimatnya terdiri atas satu klausa (kalimat sederhana) dan lebih dari satu klausa (kalimat majemuk). Makna kalimat yang disampaikan dari wacana tersebut dapat dianalisis secara parafrastis. Analisis gramatikal-deskriptif pada tingkat klausa diarahkan pada pola analisis FKP ( fungsi-kategori-peran).
Pada wacana berita tersebut,  ditemukan jenis-jenis frasa seperti: (1) frasa nomina, (2) frasa numeralia, (3) frasa preposisi, (4) frasa verbal. Di analisis tingkat morfem, morfem pada teks berita di atas terbentuk dari morfem bebas dan morfem terikat. Morfem terikat pada wacana teks tersebut meliputi: se-, maha, meN, ber-, di-, ter-, ke-, -i, -an, dan –kan, selain itu merupakan morfem bebas.
Pengetahuan yang didapat dalam teks berita ini yakni bahwa perampok di Belgia merupakan orang-orang yang sebenarnya merampok itu karena untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Berbeda jika perampok yang berada di Indonesia, kebanyakan perampok di Indonesia merapok karena menuruti hawa nafsunya yang liar. Perampok di Belgia, akan benar-benar merampok orang yang dianggapnya kaya, sehingga dapat memberinya uang untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Maka dari pernyataan perampok pada paragraf pertama justru perampok tak segan untuk meminta maaf pada target rampokannya yang sebenarnya kehidupan ekonominya tidak lebih baik darinya.
Ungkapan permintaan maaf tidak akan muncul apabila hal tersebut terjadi di Indonesia, mungkin jika target rampokannya lebih miskin darinya perampok di Indonesia justru akan mengumpat dan memaki target rampokannya tersebut. Dari sinilah, pengetahuan dunia itu sangat penting dalam menanalisis wacana karena setiap kelompok masyarakat tertentu memiliki tradisi atau suatu keadaan yang berbeda dengan masyarakat yang lainnya.




DAFTAR PUSTAKA
Mulyana. 2005. Kajian Wacana: Teori, Metode, dan Aplikasi Prinsip-prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.




Lampiran
Korban Lebih Miskin, Perampok Minta Maaf dan Memeluknya
TEMPO.COM , Antwerp: Seorang mahasiswa yang tak punya uang, Levi de Boeck, 23 tahun, mengaku dipeluk perampok bersenjata lantaran perampok itu merasa iba dengannya. Perampok tersebut mengasihani Levi lantaran dia lebih kere ketimbang si perampok. "Maaf kawan kau lebih buruk dari saya," kata perampok itu.
Awalnya, Levi ditodong pistol oleh seorang perampok. Perampok itu pun merampas telepon dan dompet Levi. Setelah itu, si perampok memaksa Levi ke ATM. Di depan ATM, perampok itu meminta Levi untuk menarik uang 200 poundsterling (Rp 4 juta). Namun, ternyata uang di rekening Levi tidak mencukupi.
Levi kemudian disuruh untuk mendatangi tiga ATM lain di Antwerp, Belgia. Di satu dari tiga ATM tersebut, si perampok mencoba langsung menggunakan kartu ATM Levi untuk mengambil uang yang ada di dalamnya. Tapi semua usaha itu ditolak karena uang di rekening Levi tidak cukup.

Karena gagal merampok Levi, perampok itu kemudian membeli rokok dengan kartu ATM Levi. Setelah terdiam sesaat, perampok itu menoleh ke Levi. Levi pun dipeluk. Perampok tersebut meminta maaf kepada De Boeck.
Perampok itu bahkan mengembalikan telepon genggam dan dompet Levi sebelum melarikan diri. Polisi kini tengah memburu perampok itu. Polisi menduga pria itu pernah melakukan perampokan sebelumnya.